Bab 9

15.5K 1K 34
                                    

Loha.. aku update lagi ❤️❤️❤️
Jangan lupa vote dan komen biar aku semangat update terus ya readers sayang 😘😘

Rainy berada di sebuah ruangan di salah satu kamar hotel yang ia tidak asing. Kamar presidential suite no 2001 yang pernah digunakan oleh Angkasa untuk menginap.

Setelah mengacaukan acara pertunangan Angkasa, tentu saja ia di seret oleh kaki tangan pria itu. Rainy di kunci di dalam kamar ini sudah dari empat jam yang lalu.

Tidak nampak batang hidung Angkasa muncul untuk menemuinya. Mungkin laki-laki itu sedang sibuk membereskan kekacauan yang Rainy perbuat.

Rainy duduk santai dengan kaki menjuntai keluar dari pagar balkon hotel. Melihat pemandangan kota yang nampak kerlap kerlip seperti bintang yang berkedip di hamparan langit yang luas.

Rainy menyesap batang nikotin ke tiga yang ia bawa di dalam tas jinjingnya. Masa bodoh dengan peraturan hotel jika kamar ini bukanlah area smooking room. Toh denda itu akan masuk dalam list tagihan Angkasa.

Asap itu mengepul, keluar dari mulut Rainy seperti kereta uap yang sering Angkasa lihat. Angkasa sudah berdiri di ambang pintu dari dua menit yang lalu namun Rainy tidak menyadarinya.

"Apa kamu sedang berfikir untuk terjun ke lantai dasar?" Suara Angkasa yang menyapa rungu Rainy membuatnya menoleh ke arah pria itu.

Rainy pikir Angkasa akan mengamuk dan menghajarnya habis-habisan karena mempermalukan dirinya. Pertunangan Angkasa  juga telah hancur karena ulahnya. Namun apa yang dilihat Rainy sekarang sungguh berkebalikan. Angkasa terlihat tenang seperti langit malam. Tidak nampak riak emosi yang akan meledak seperti perkiraan Rainy.

Rainy turun dari pembatas balkon. Ia menginjak batang nikotin yang masih menyala untuk dimatikan secara paksa. Rainy tahu, jika Angkasa alergi dengan debu dan asap yang membuat paru-parunya sesak.

"Bagaimana Julia? Apakah dia baik-baik saja?" Rainy tahu jika perbuatannya akan sangat melukai sahabat baik serta kekasih Angkasa. Tapi Rainy bisa apa? Jika Julia akan menjadi bagian hidup dari Angkasa. Maka perempuan itu juga harus bersiap jika Rainy membalas ulah Angkasa yang membuatnya menderita.

Angkasa tidak menjawab pertanyaan Rainy. Tentu saja Julia hancur. Acara yang semestinya menjadi bahagia untuk Julia malah justru menjadi malapetaka bagi perempuan itu dan keluarganya.

Pertunangan mereka akhirnya batal. Keluarga Julia tidak terima dan menganggap Angkasa adalah pria brengsek. Nyatanya ia memang pria brengsek karena menjebloskan perempuan yang tidak berdosa ke dalam penjara.

Meskipun Julia mendesak Angkasa untuk membela diri karena tahu kebenarannya. Angkasa memilih diam tanpa pembelaan. Karena ia tidak ingin menyeret Julia ke dalam pertarungannya melawan Rainy.

Selain itu memang tidak ada cinta untuk Julia. Lebih baik berakhir sampai di sini. Itu yang membuat Angkasa yakin untuk mengakhiri hubungannya dengan Julia.

Angkasa memindai penampilan Rainy yang terlihat berbeda dari Rainy yang dulu. Mantan istrinya itu mulai berani dengan memakai pakaian terbuka. Kedua bahunya terekspos menampilkan tulang selangka yang bisa dinikmati mata pria yang memandangnya. Bahkan belahan gaunnya hampir sampai ke paha.

Rainy yang di tatap Angkasa dari ujung rambut sampai kaki merasa tidak nyaman. "Kenapa?" Tanya Rainy lantang tanda ia tak suka. Masa bodoh dengan pertanyaan tentang kondisi Julia yang tidak mendapat jawaban dari Angkasa.

"Kamu seperti pelacur murahan mengenakan pakain itu" Mulut pedas Angkasa mulai berucap. Rainy tidak sakit hati jika kalimat itu yang keluar dari mulut Angkasa. Berbeda jika yang berucap bukan Angkasa. Mungkin Rainy akan menghajar dan melakukan pembelaan diri.

Berbeda dengan Angkasa. Ia hanya ingin Rainy tidak mengenakan gaun itu lagi. Namun ia tidak tahu caranya memberitahu Rainy dengan cara yang lebih baik. Ia hanya bisa melarang dengan cara merendahkan. Angkasa muak, jika banyak pasang mata lelaki yang memandangi tubuh Rainy. Apalagi berfantasi dengan tubuh Rainy. Bisa-bisa Angkasa memecahkan kepala pria-pria itu.

"Oh... sudah pernah tidur dengan pelacur murahan rupanya" Mulut Rainy membalas tak kalah pedas.

Angkasa mendekati Rainy. Pria itu mengapit dagu  Rainy menggunakan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya mengunci pinggang Rainy untuk masuk ke dalam pelukan Angkasa.

"Malam ini aku akan menidurinya" Rainy membelalak. Matanya terbuka lebar menatap tajam ke dalam mata Angkasa yang hitam legam.

"Kenapa terkejut? Bukannya kamu sendiri yang meminta aku menidurimu?" Angkasa tentu masih ingat betul. Apa yang diucapkan Rainy untuk menghancurkan pesta pertunangannya.

Rainy cukup kalang kabut meskipun masih menutupinya dengan sikap yang tenang. Jantungnya sudah menggedor-gedor ingin keluar dari rongga dadanya. Bola mata Rainy bergerak liar tanda ia sangat gugup. Bisa mampus jika Angkasa benar-benar memperkosanya malam ini.

Angkasa yang melihat ketakutan di wajah Rainy mengulas segaris senyum. Entah nampak lucu melihat wajah Rainy yang kalut atau puas karena bisa membuat Rainy ketakutan setengah mati. Angkasa belum bisa secara jelas menggambarkan suasana hatinya.

Rainy mencoba melepaskan tangan Angkasa yang membelit pingganngya. Namun nihil. Bukannya meregang, pelukan tangan itu justru semakin mengencang.

Angkasa yang tahu jika Rainy ingin meloloskan diri justru semakin tertantang. Bermain-main dengan Rainy malam ini nampaknya akan sangat seru.

Tanpa aba-aba, Rainy dibopong Angkasa untuk masuk ke dalam kamar. Tentu saja Rainy memekik kaget karena tindakan Angkasa yang implusif.

Rainy lalu di lempar ke atas permukaan ranjang. Sampai-sampai tubuhnya memantul di atas kasur yang empuk. Rainy mulai kalang kabut saat Angkasa melepas hoodie lalu kaos yang dikenakannya.

Pria itu sekarang bertelanjang dada. Terlihat perut kotak-kotak yang terpampang nyata di indra penglihatan Rainy.

Persetan dengan ketampanan Angkasa yang seperti Dewa Appolo. Kelakuan Angkasa yang seperti Dewa Ares tentu menyadarkan Rainy dari keterlenaan yang bisa mengancamnya saat ini.

Rainy berfikir keras bagaimana caranya ia bisa lepas dari cengkraman Angkasa. Ia berburu dengan waktu ketika Angkasa mulai beranjak mendekati ranjang.

Rainy bangun dari atas ranjang lalu menghampiri Angkasa yang masih berdiri di pinggir ranjang. Rainy menyambar bibir Angkasa untuk memberi laki-laki itu sebuah ciuman. Ciuman yang panas bahkan sampai Angaksa sendiri terlena karenanya.

Saat Angkasa mulai lengah. Rainy secata tiba-tiba  menandang 'adik' Angkasa sampai pria itu terguling di atas lantai.

Wajah Angkasa memerah, menggeram merasakan sakit luar biasa sambil memegangi adiknya yang mungkin bernasip mengenaskan.

"Wah... pasti sangat sakit" Rainy bermonolog sambil mengusap-usap kakinya yang merasakan tulang keringnya sangat linu.

Kaki Rainy saja sangat sakit apalagi Angaksa. Adiknya pasti tidak selamat.

Sebelum meninggalkan kamar, Rainy berjongkok mendekat ke daun telinga Angkasa "Sampaikan maafku kepada Julia. Mungkin adikmu sudah tidak berfungsi dengan baik" Rainy tersenyum mengejek melihat Angkasa yang masih terkapar. Akhirnya Rainy melenggang pergi meninggalkan kamar 2001.

Ada kelegaan yang dirasakan Angkasa di tengah kesakitannya. Rainy menyambar hoodie milik Angkasa untuk perempuan itu kenakan. Setidaknya tidak akan ada tatapan dari para pria yang akan menikmati bahu Rainy yang terekpos. Sungguh hati kecil Angkasa tidak akan rela.

Angkasa Membenci Hujan (END)Where stories live. Discover now