3🐔

1.3K 141 2
                                    

Voteeee, voteee!!!!

V.O.T.E!!

VOTEEEEEE!

WOI, VOTE DIBILANGIN JUGA

🎀🎀🎀

W

aktunya untuk makan malam, beberapa saat yang lalu ketika ia meninggalkan Lillian di tempat tidur, Lucas bersembunyi lumayan lama di dalam kamar mandi. Hampir setengah jam, dan ketika ia keluar, ia sudah tak melihat keberadaan Lillian lagi. Yang artinya, gadis itu telah pergi. Walau ada sedikit perasaan tak suka saat gadis itu pergi. Lucas mengira pasti gadis itu sudah pulang.

Jika diingat kembali perkataan ayahnya tadi siang, apakah anak dari teman ayahnya adalah Lillian? Jika iya...itu artinya ia masih punya kesempatan untuk bertemu bukan?

Merasa sudah waktunya untuk makan malam, Lucas bersiap-siap untuk mandi. Ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, lalu sengaja berhenti di depan kaca fullbody, dan Lucas langsung menganga. Apakah tadi ia bertemu dengan Lillian dengan kondisi seperti ini? Berantakan dengan rambut yang acak-acakan? Astaga, malu sekali! Huh, untung Lillian sudah pulang.

***

Lucas keluar dari kamar mandi dengan keadaan tubuh yang segar, rambutnya yang masih basah ia gosok-gosokkan dengan handuk putih yang melingkar di lehernya. Pinggangnya terbalut dengan handuk. Sudah seperti pria dewasa saja, ck.

Lucas membuka lemari untuk mencari pakaian yang akan ia gunakan, sibuk menyibak-nyibak berbagai pakaiannya, terpaksa kegiatannya itu terhenti kala pintu kamarnya diketuk.

Lucas menutup lemari yang di mana ia masih belum mendapatkan pakaian untuk digunakan, handuk masih melekat di pinggang.

Ceklek. "Lucas." Panggil Lillian dengan senyumnya dari balik pintu, bahkan matanya menyipit sanking sempurnanya senyum yang gadis itu beri.

"Kata Om Wen, Lucas buruan ke ruang makan. Papa sama Om Wen udah nungguin buat makan malam."

Brak! Pintu ditutup paksa oleh Lucas, wajahnya sudah sangat merah!

Ia menunduk, memperhatikan handuk yang masih ia pakai. Ia bertelanjang dada di depan seorang gadis!!! Sial! Sial! Sial! Lucas malu sekali!!

Ingin rasanya ia mengubur diri dalam-dalam karena malunya, semoga Lillian tak membahas kejadian barusan. Semoga saja. Ck! Ia kira Lillian sudah pulang, ternyata belum. Bahkan gadis itu ikut makan malam bersama di rumahnya. Aduhh, Lucas jadi malu untuk menampakkan wajahnya di depan Lillian.

Dengan lekas, ia bergegas menuju lemari untuk mengambil pakaian yang hendak ia kenakan.

Menunggu beberapa saat, Lucas sudah mengenakan pakaian dan berjalan keluar menuju meja makan.

Astaga, katanya ayahnya Lillian juga ada di meja makan. Itu artinya Lillian sendiri juga ada di sana! Astaga! Lucas masih malu jika mengingat kejadian tadi.

"Hei, Kai. Kenapa lama banget?" Tanya ayahnya Lucas, Wren.

Lucas tak menanggapi, ia membuat wajah dingin dan datar. Padahal tujuannya untuk menutupi rasa malunya ketika menatap Lillian.

Wren menggaruk tengkuknya yang tak gatal, anaknya ini... benar-benar tak sopan. Ia jadi malu pada Patra.

Lucas duduk di kursi dekat ayahnya, di depan Lillian.

"Hei, Lucas. Udah lama ngga ketemu. Pasti Lucas udah lupa sama Om." Ujar Patra menatap Lucas, mirip sekali dengan Wren, mungkin Lucas adalah cetakannya Wren versi bocah.

Lucas menaikkan sebelah alisnya bingung, apa mereka pernah bertemu?

Merasa Lucas tengah bingung, Patra melanjutkan maksud kata-katanya. "Maklum kalo kamu lupa, terakhir kali Om liat kamu saat kamu baru berusia 4 tahun."

Lucas mengangguk, pantas saja ia tak ingat. Kala itu ia masih sangat kecil, jadi ia lupa.

Pandangan Lucas beralih ke depan, menatap Lillian yang juga sedang menatapnya. Tiba-tiba, ia teringat kejadian tadi. Di mana Lillian yang melihatnya sedang bertelanjang dada. Ia jadi malu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.

"Yasudah, sekarang mari kita makan malam. Lil pasti udah lapar." Ucap Wren menatap Lillian dengan lembut.

Lil mengangguk.

Jawaban polosnya itu membuat semuanya tertawa kecil. Lil begitu polos. Bahkan Lucas saja tersenyum simpul.

Setelahnya tak ada lagi pembicaraan, semuanya asyik dengan makanan masing-masing. Namun, perhatian ketiga lelaki itu malah jatuh pada objek yang sama.

Lillian.

Melihat bagaimana wajah gembul itu yang sedang makan, pipinya naik turun ketika sedang mengunyah. Mata berbinarnya yang kelap-kelip ketika sesendok makanan masuk ke mulutnya. Terlihat sangat imut! Semuanya terpekik gemas, ingin sekali mencubit pipi menggemaskan itu.

Bahkan Lucas, karena tidak tahannya ia sudah memalingkan wajahnya. Tak ingin lama-lama menatap wajah menggemaskan itu demi kesehatan jantungnya.

***

Selesai makan malam, Patra dan Lillian pamit pulang. Sekarang Lucas dan Wren sedang berdiri di depan rumah, mengantar kepulangan Patra dan Lil.

"Dadah Lucas." Ucap Lil dengan senyum merekah, merasa bahagia. Ia melambaikan tangannya tanda perpisahan.

"Ayo masuk sayang, diluar dingin." Ujar ayahnya seraya membuka pintu mobil.

Lucas tersenyum kecut, kenapa kepergian Lillian begitu tak ia terima? Ia masih ingin berbincang-bincang dengan gadis imut itu. Walau sebenarnya ia enggan untuk berbicara lebih dulu.

Ia bahkan tak ingin melambai balik karena tidak relanya.

Lil membuka kaca mobil, lalu berteriak. "BESOK LIL MAIN LAGI KE RUMAH LUCAS!" Setelah itu, pintu kaca mobil tertutup dan mobil Lillian pun melaju meninggalkan mansion.

Lucas yang mendengar teriakan itu sedikit tersenyum senang, tak ingin ketahuan bahwa ia merasa sedikit menanti perkataan Lillian barusan.

Katanya besok Lillian main lagi ke rumahnya, itu artinya mereka akan kembali bertemu.

"Gimana sama Lil? cantik ngga? Boleh 'lah~" goda Wren pada putranya yang dingin itu.

Lucas mendengarnya, menatap kesal pada wajah ayahnya yang tak pernah tak merasa menyebalkan.

Lucas meninggalkan Wren di sana tanpa berniat menjawab.

"Gini amat punya anak sedatar tembok, persis banget kaya Zefanya. Wajahnya sih kaya gue, tapi sifatnya kaya ibunya. Dingin kaya benua Antartika." Gumam Wren berlapang dada, untung anak sendiri.

🦄🦄🦄

Apalah susahnya nge vote ya, ckckck, pelit gak di bawa mati, justru di bawa ke neraka

Tbc

12-feb-23/21-jul-23

26 November 2023

FLOWER GARDEN [PINDAH KE KARYAKARSA]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin