Limabelas

76.1K 1.7K 151
                                    

Rencananya pengen genapin libur dua minggu atau lebih, tapi gak jadi deh karena kepikiran sama my readers yang pastinya udah lama nungguin...

Emang kalian nungguin gak sih?
Enggak ya?
Wah parah banget😔💔

Potek banget deh.. Tega kalian sama akoh😭

Ngilang lagi deh biar cerita nya gak tamat-tamat!
Nanti upload satu tahun sekali👁👄👁

Ngilang lagi deh biar cerita nya gak tamat-tamat! Nanti upload satu tahun sekali👁👄👁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini sudah menjadi hal biasa. Pemandangan yang kerap kali sudah Fanny lihat selama beberapa kali. Tak heran dan juga tak kaget. Seusai pertunangan yang diadakan kurang lebih satu bulan yang lalu, Matteo seolah-olah memiliki hobi baru. Setiap kali mata indahnya terbuka, Teo selalu dan pasti akan memandangi sebuah cincin cantik yang terpasang indah melilit jari manisnya. Teo juga kerap kali terlihat mengusap dan terkadang juga mencium cincin itu. Benar-benar terlihat sangat bahagia bukan?

Setiap Teo bersikap seperti itu, Fanny benar-benar sangat gemas. Teo terlihat seperti seorang bocah polos yang sangat menyayangi barang kesukaannya. Karena tak tahan, Fanny lantas memeluk Teo yang sedang duduk membelakanginya.

"Ini udah yang kelima kalinya kamu ngeliatin cincin pertunangan kita. Kamu bener-bener se-happy itu?" ujar Fanny usai mencium pipi kanan Teo.

Dengan semangat Teo menganggukkan kepalanya. Bagaimana bisa Teo tidak happy ketika ia berhasil mengikat orang yang sangat ia idam-idamkan dengan ikatan pertunangan? Meskipun hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan awalnya, yaitu ingin mengikat Fanny dengan pernikahan, tapi Teo tetap bahagia. Intinya ia dan Fanny sudah memiliki hubungan yang lebih serius.

"Lihat! Serasi banget kan?" Teo membawa tangan Fanny ke sisi tangannya, memperlihatkan cincin pertunangan yang tersemat indah di jari manisnya dan milik Fanny.

Kelewat gemas, Fanny mencubit pipi Teo yang sekarang semakin gembul itu. Teo benar-benar sangat lucu. Memang sejak dulu, jika laki-laki itu merasa senang, sikap Teo akan berubah seperti anak kecil yang seolah baru saja mendapatkan permen.

"Sekarang udah jam tujuh. Ayo kita berangkat, daripada nanti kena semprot sama dosen killer." kata Fanny mengusap dagu Teo.

"Mau kiss." ucap Teo membalikkan wajahnya.

Mendengar itu lantas Fanny mengangkat jari telunjuknya, digerakkan ke kanan dan ke kiri secara berulang kali.

"No no no." Fanny menegakkan tubuhnya. "Look at me! Aku udah cantik, make up aku udah mantap, jadi aku gak mau mengambil resiko yaitu lipstik belepotan. No no no!"

Wajah Teo berubah sendu, bibirnya cemberut, seperti seorang bayi yang sedetik lagi akan menangis dengan keras.

"Percuma kamu pasang wajah melas kayak itu. Sekali aku bilang enggak ya enggak." seru Fanny sebelum berbalik pergi.

Real Friend? {TAMAT}Where stories live. Discover now