Tigabelas

90K 2K 93
                                    

Terimakasih banyak atas semua perhatian kalian para pembaca setia.. Mohon maaf sebelumnya ya apabila author terlalu terbawa perasaan 🙏

Tapi memang alangkah baiknya untuk meninggalkan komentar dengan bahasa/kata yang sewajarnya saja yaaa. Boleh marah, boleh kesal, boleh, kan masih ada banyak kosa kata lain yang bermakna "kasar", tapi kenapa lebih memilih yang "brutal"???!!!

Nanti, kalaupun masih ada komentar yang membuat author merasa risih/tidak nyaman, mohon maaf sebesar-besarnya, YOUR ACCOUNT AKAN DI BLOK!!!⚠️ komentar yang dihapus saja pasti akan kembali muncul komentar baru yang akan sama persis..

Jadi untuk keberlangsungan cerita ini dan untuk mood author yang agar baik terus, sehingga jalan ini yang telah di pilih author😃

Ada yang keberatan?
Jika keberatan, jika tidak mau mematuhi peraturan, tidak apa, silahkan angkat kaki dari sini!!
Terimakasih karena sudah pernah jadi bagian dari pembaca di cerita ini👍☺

Okey selanjutnya mari kita LANJUT!!!🔥

Okey selanjutnya mari kita LANJUT!!!🔥

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"KALIAN NGAPAIN???!!!"

Teriakan menggelegar itu mampu menghentikan dua sejoli yang semula sedang asik saling merangkul pinggang masing-masing dengan bagian tubuh yang juga saling bertautan.

"AH SIAL! MATA SUCI GUE JADI TERNODAI!!!"

Dengan detak jantung yang tak karuan, Fanny mendorong pundak Teo guna memberi jarak. Setelahnya, wanita itu tampak memalingkan wajahnya sembari menghapus jejak saliva yang menodai sudut bibirnya.

Syalan! Jantung gue rasanya mau copot..

Fanny menepuk dadanya untuk menenangkan jantungnya yang rasanya benar-benar mau terlepas dari tempatnya. Fio sialan! Biasanya adiknya itu akan bangun agak siangan, tapi apa ini? Ini baru jam enam pagi, dan Fio malah sudah bangun.

"Fio, kakak bisa jelasin.."

Bukan Fanny melainkan Teo yang tampak seperti ingin menjelaskan situasi. Bukan karena Teo ingin menjaga hati Fio atau apa, karena sejak dulu bahkan hingga sekarang Teo hanya menganggap Fio sebagai adiknya. Adik perempuannya. Teo hanya ingin supaya Fanny tidak dalam masalah yaitu tentu dengan menutup mulut Fio yang kapan saja bisa mengadukan hal ini ke keluarga mereka.

"Kak.. Yang bener aja dong. Ck! Mata suci gue kan jadinya kotor. Mana gue itu baru umur 17 tahun. 17 tahun loh. Bisa-bisanya di pagi yang cerah ini gue harus menyaksikan....." Mata Fio tampak beralih menatap Fanny dan Teo bergantian.

"AH! GELI BANGET!!! MERINDING!!!"

Fio terlihat berbalik pergi dengan langkah kaki yang menghentak-hentak yang menimbulkan suara khas bertubrukan di lantai.

Real Friend? {TAMAT}Where stories live. Discover now