Satu

420K 2.9K 49
                                    

Matteo Abraham

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matteo Abraham. Pria tampan rupawan yang memiliki tinggi badan 180 cm itu benar-benar tidak memiliki rasa takut sedikitpun. Teo benar-benar definisi pria yang suka tantangan. Seperti halnya yang sedang dilakukan pria itu sekarang.

Teo benar-benar gila. Batin Fanny menjerit sembari menggigit kuku jari jempolnya. Sejak sepuluh menit yang lalu, Teo berada di antara kedua kakinya bersembunyi di bawah meja. Keduanya sekarang tengah berada di sebuah ruangan untuk menghadiri perkuliahan. Mungkin dikarenakan keduanya datangnya terlalu cepat, sehingga saat sampai kondisi kelas masih sangat sepi. Keadaan yang sepi seperti ini langsung dengan cepat dimanfaatkan oleh Teo.

Fanny semakin menundukkan kepalanya ketika merasakan bibir Teo menyedot klitorisnya yang sudah dipastikan memerah. Hari ini, Fanny memang memakai rok pendek dengan cd yang tipis menerawang.

"Aaahh.."

Fanny meremas rambut hitam tebal Teo ketika merasakan lidah basah nan panas Teo menggoda berputar-putar di sekitaran lubang kewanitaannya yang terasa semakin berkedut.

Bagaimana ini? Fanny sudah tidak tahan. Ia ingin keluar!

Fanny menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, menatap Teo yang sangat terlihat begitu sibuk sembari kedua tangan beruratnya meremas-remas pahanya.

Nafas Fanny semakin lama semakin terasa berat. Keningnya sudah mulai berkeringat padahal di dalam kelas AC sudah menyala.

"Nghh.."

Kepala Fanny mendongak ketika dua jari Teo masuk ke dalam lubangnya. Keluar masuk dengan cepat dan cepat.

"Desah aja, Fan. Jangan ditahan! Gue suka desahan lo.." bisik Teo sambil terus menggerakkan jarinya.

Kepala Fanny bergerak ke kanan dan ke kiri saat tempo gerakan jari Teo semakin cepat dan tak lama setelahnya jari besar nan panjang Teo dibanjiri cairan Fanny dengan sangat banyak.

Belum juga nafas Fanny kembali normal. Tubuh Fanny kini sudah berpindah duduk di atas pangkuan Teo, dengan keduanya saling menghadap ke depan, yang berarti Fanny memunggungi Teo.

"Jangan gila! Lo mau ngelakuin disini? Sekarang?" Fanny menoleh ke belakang, menatap Teo tak percaya.

"Gak usah banyak bacot! Gue udah gak tahan." Tanpa memperdulikan omelan Fanny, Teo melesatkan kejantanan besarnya yang mengeras menerobos masuk ke lubang anal Fanny.

"Aahh.."

Fanny dan Teo sama-sama mendesah kala keduanya berhasil menyatu. Beberapa saat setelahnya, ruangan bernuansa putih itu semakin lama semakin terisi dengan suara desahan dan deru nafas yang berat.

Fanny menyangga berat tubuhnya melalui sikunya di atas meja dengan pinggul yang terus naik turun menenggelamkan kejantanan Teo yang terasa semakin membesar. Sedangkan dibelakang, Teo terus menggeram keenakan merasakan lubang anal Fanny yang juga selalu bisa memuaskannya seperti lubang kewanitaan Fanny.

Real Friend? {TAMAT}Where stories live. Discover now