S 28 : Him

6.2K 603 156
                                    

Seperti permintaan Mamanya.

Malam harinya seseorang datang ke rumahnya dan bergabung untuk makan malam bersama keluarganya. Shana tidak mengatakan apapun selama Mamanya dan para pelayan mendadani dirinya, dia seperti seseorang yang sudah kehilangan tujuannya, Shana tidak memiliki apapun untuk dipertahankan.

"Namanya Deen, kamu pasti kenal, anaknya baik, pintar, sering ikut debat antar kampus, masa depannya cerah, setelah tamat kuliah dia langsung mewarisi perusahaan keluarganya, pokoknya dia lebih baik dari pria itu."

"Iya, Ma." saut Shana, dia tahu gosip tentang Deen, ketua BEM.

Dia adalah pria yang memiliki masa depan cerah, seperti kata Mamanya. Dia sangat populer di kampus, semua gadis jatuh hati padanya bahkan Vilna dan kak Intan, sifatnya tertutup, dia memiliki kesan misterius tersendiri di dalam dirinya.

Deen jarang berada di kampus atau ruangan BEM, dia adalah mahasiswa berprestasi yang tidak perlu menghadiri mata kuliah dan tetap akan mendapatkan nilai yang bagus, Deen sibuk mengikuti acara debat, penelitian, penemuan, olimpiade yang mengharumkan nama kampus, bahkan dia pernah ikut pertukaran mahasiswa di Jepang satu tahun yang lalu.

Dia sangat berbeda dengan Drax.

Berbeda.

Sangat berbeda.

"Gue gak peduli dengan perjodohan ini, sebisa mungkin lo jaga nama baik lo karena gue gak mau reputasi gue tercoreng."

Sangat berbeda.

Nada bicaranya sangat dingin, matanya dipenuhi ambisi pada beberapa hal yang tidak bisa Shana sentuh, dia seperti seseorang yang tidak membutuhkan apapun selain prestasi, keuntungan, dan kekuasaan, bahkan sejak pertama kali mereka saling bertemu di ruang makan, dia tidak pernah menatap Shana.

Melirik pun tidak.

Shana merasa rendah, dia seperti direndahkan.

Deen adalah tipe seseorang yang menilai manusia melalui keuntungan.

Sama seperti dirinya dulu, sebelum bertemu dengan Drax, sama seperti pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya.

Dia mata Deen, Shana tidak memiliki harga apapun, baginya berhubungan dengan Shana tidak ada satupun keuntungan yang ia dapatkan.

Apa Mamanya menginginkan Shana bersama seseorang seperti ini?

Apa dia akan bahagia jika mereka menikah?

Apa dia harus menerima semua ini?

"Lo bisu yah? Daritadi gak pernah jawab pertanyaan gue, yah terserah lah, gue gak butuh apapun dari lo selain ahli waris."

Apa pernikahan mereka sudah ditentukan?

"Lo kenapa mau sama gue?" tanya Shana terus terang.

Deen menatap gadis itu malas, dia bodoh yah kenapa pakai ditanya. "Gue sama lo udah dijodohin dari kecil, murni untuk keuntungan keluarga, kalau gak ada untungnya mana mau gue."

Shana mencekram lengannya, dia merasa seperti tidak dihargai.

"Katanya lo pintar, engga kelihatan tuh, yah lo cantik sih, nanti kalau kita nikah lo di rumah aja ngurus rumah dan anak-anak, gak perlu kerja atau melakukan apapun, nurut aja sama gue."

"Demi kebaikan lo."

Ini semua demi kebaikan kamu.

"Iya." lirih Shana.

Mendapatkan calon istri yang patuh Deen tersenyum senang, dia menepuk pelan kepala Shana dan segera pergi, dia akan kembali ke meja makan untuk mendengarkan diskusi kedua orang tuanya.

S is She (The End)Where stories live. Discover now