S 30 : Depression

6.2K 554 121
                                    

Mama Shana pingsan sesampainya di rumah sakit. Mendapatkan kabar tentang apa yang terjadi Steven tiba di rumah sakit tidak lama setelah Mamanya dipindahkan ke ruang rawat inap, terlihat kekhawatiran yang sangat mendalam di wajahnya, dia takut, terakhir kali ia melihat Mamanya pingsan, butuh waktu yang cukup lama untuk wanita itu pulih.

Dia melihat Shana bersama seseorang yang seharusnya dipanggil Drax sedang duduk di luar kamar inap Mamanya, adiknya itu terlihat sangat terpukul, membuatnya tidak kuasa untuk tidak memberikannya pelukan hangat, Shana menangis di dada Steven, dia menceritakan apa yang terjadi sembari meracau, Steven mendengarkan sembari mengelus punggung adiknya, berusaha menenangkan.

"Shana engga bermaksud kak, Shana cuma, cuma...Shana minta maaf, Shana salah."

"Gak apa-apa, kamu gak salah kok, gak, gak salah." bisik Steven. "Engga ada yang salah, engga ada." Keluarga mereka hanya sedikit berbeda dari keluarga yang lain, memiliki trauma mendalam yang tidak berhak menyalahkan pihak manapun, ini semua sudah rencana takdir, kita sebagai manusia bisa apa? Hanya bisa menerima, berubah dan mengingat kejadian itu sebagai pembelajaran.

Steven melirik Drax, kebetulan pria itu juga sedang menatapnya, Drax sedikit kagum dengan kedewasaan yang dimiliki Steven.

"Thanks udah jaga Shana." Steven berujar tulus.

"Lalu Shana bisa kita bicara berdua?"

Shana mengangguk, dia mengikuti langkah kaki Steven ke tempat yang lebih sepi dan jarang dilalui orang-orang untuk mengobrol berdua.

"Shana..." panggil Steven.

Shana melepaskan pelukan kakaknya itu, jemari Steven dengan lembut menghapus air mata adiknya. "Berhenti yah?"

Gadis itu menatap kakaknya tidak mengerti. "Berhenti dari apa?" Dia tidak paham.

Steven mengigit bibirnya, dia mencekram lembut bahu adiknya itu. "Berhenti membantah Mama."

Eh?

Rasa aman dan terharu karena perkataan kakaknya tadi langsung hilang.

"Semua rencana Mama itu bagus untuk kita Shana, lihat kakak? Kakak bahagia mengikuti semua keinginan Mama, terima saja pertunangan itu kakak yakin kamu dan Deen akan saling jatuh cinta nantinya."

Kenapa?

Shana menarik ujung kemeja Steven, dia menggeleng kepalanya. "Aku..."

"Kakak mohon Shana, Mama itu mentalnya sakit, dia terluka parah karena kejadian kak Shena, turuti Mama yah? Kakak gak mau Mama kenapa-kenapa, jujur Shana kakak gak tahu gimana rasanya hidup kalau Mama pergi."

Steven sudah terlalu ketergantungan dengan Mamanya.

Tidak seperti Shana yang bisa memberontak dengan adanya poin dari luar, Steven menerima semua keputusan Mamanya hingga ia tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan selalu meminta pada Mamanya untuk apa yang harus ia lakukan kedepannya.

Dia menyayangi Shana, tapi kalau boleh jujur tentu saja Steven lebih menyayangi Ibunya.

Bagi seorang anak laki-laki, ibu adalah segalanya.

"Ayo kita kembali ke kehidupan sebelum kamu bertemu dengan Drax, pria itu juga pasti sibuk, dia harus meraih mimpinya dulu, kalau kamu dan dia tetap bersama itu akan menganggu perjalanan karirnya."

"Kenapa? Kenapa aku gak boleh sama Drax?"

Steven menjelaskan selembut mungkin. "Drax memiliki cita-cita untuk menjadi seorang artis terkenal, kalau mau perjalanan karirnya mulus, keberadaan kamu itu harus menghilang, kamu itu berarti buat Drax, jika terjadi sesuatu sama kamu, dia bisa mengorbankan karirnya, dia adalah tipe pria yang akan melakukan segalanya untuk seseorang yang ia cintai, apa kamu mau dia gagal meraih mimpinya karena kesalahan kamu?"

S is She (The End)Where stories live. Discover now