Ҡìʂâɦ 24

538 113 66
                                    

(¯'•.¸(¯'•.¸*♥♥♥♥*¸.•''¯)¸.•' '¯)
♥(¯'•.¸(¯'•.¸*♥♥*¸.•''¯)¸.•' '¯)♥

Makan nastar jangan sambil tiduran
Kalau tersedak kan bikin prihatin
Berhubung masih nuasa lebaran
Ku ucapkan mohon maaf lahir batin

♥(¯'•.¸(¯'•.¸*♥♥*¸.•''¯)¸.•' '¯)♥
(¯'•.¸(¯'•.¸*♥♥♥♥*¸.•''¯)¸.•' '¯)

---------------------------------------------------

"Ck, kau itu seorang dukun tapi sepertinya kau lebih senang bernyanyi dibanding merapal mantra?" suara sindiran terdengar dari arah belakang serta-merta menghentikan nyanyian Sedayu yang memang belum selesai seluruhnya. "Dasar gadis aneh!"

Jika ada yang menebak bahwa yang datang ke taman adalah Pangeran Rangga Samudra. Sayang sekali, jawaban anda meleset. Harap diketahui bahwa Pangeran Rangga Samudra sudah pergi dari keraton sejak tiga hari lalu dan tak tahu kapan dia akan kembali pulang.

Hukuman dari Panembahan Senopati pada Putra Mahkota Mataram itu belum selesai. Ada tambahannya. Pangeran Rangga Samudra diminta berguru pada Ki Juru Martani yang memang beberapa waktu ini berada di luar keraton. Walau ogah-ogahan sebab merasa ilmunya sudah cukup tinggi dan tidak butuh berguru lagi, tapi melawan titah Panembahan Senopati tentu tidak mungkin dilakukan oleh Pangeran Rangga Samudra.

Belum lagi, secara garis darah, Ki Juru Martani masih terhitung kakek buyut dari pangeran. Jadi makin terjepitlah Pangeran Rangga Samudra. Alhasil, dirinya mau tak mau mendatangi Ki Juru Martani di tempat kediaman beliau yang letaknya agak jauh dari keraton. Patih Kerajaan Mataram tersebut memang sedang menyepi di masa tuanya demi mendalami agama.

Semakin tua maka makin ingat Tuhan.

Setelah mengacaukan pasar. Menghancurkan benteng Cepuri. Pangeran Rangga Samudra juga sempat mengobrak-abrik pertahanan hati Sedayu. Namun kini dirinya pergi
begitu saja tanpa pamit terlebih dahulu.

Memang Sedayu bukan kekasih apalagi istri jadi Pangeran Rangga Samudra tentu tidak punya kewajiban berpamitan padanya. Tapi setelah kejadian rahasia--Pangeran memang tidak menyuruh Sedayu merahasiakan tapi Sedayu belum cukup gila untuk mengumbar aib tersebut pada orang lain termasuk Nyai Pradni--di ruang baca waktu itu membuat hubungan Sedayu dan Pangeran Rangga Samudra seharusnya tidak lagi biasa-biasa saja. Iya kan?

Tapi apa boleh buat. Kenyataannya, Pangeran Rangga Samudra sudah pergi dan kini Sedayu yang harus menata hatinya kembali. Sadar bahwa cintanya salah alamat dan mustahil terwujud.

Lagipula ini area keraton selatan. Tempat terlarang jadi tidak sembarangan orang bisa masuk tanpa pemberitahuan terlebih dahulu termasuk anggota keluarga kerajaan sekalipun. Mereka juga paling hanya berkunjung di ruang depan, ruang pertapaan atau ruang senjata pusaka. Itupun jarang.

"Angin malam tidak bagus untuk kesehatanmu, Guru. Lebih baik Guru kembali tidur!" balas Sedayu tanpa menengok ke arah belakang.

Nyai Pradni terkekeh dan malah berjalan terus lalu mendudukkan diri di samping kanan Sedayu. "Aroma kematian tercium pekat di udara," ucapnya dengan suara tenang.

"Apa aroma kematian itu adalah aroma harum bunga sedap malam, Guru?" tegur Sedayu karena yang tercium hidungnya adalah aroma khas salah satu bunga unik yang memang tumbuh di taman ini. Unik sebab bunga sedap malam itu makin kuat aromanya jika di malam hari sedang bunga lain tidak demikian.

"Hahaha." Bukannya marah, Nyai Pradni malah tertawa.

Wit Pii Wit.

Wit Pii Wit.

Bukan Calon ArangWhere stories live. Discover now