Ҡìʂâɦ 14

546 117 41
                                    

Double update, Kawan!
╔══╦═╦═╦══╦═╦═╦╦╦╗
║║║║║║║╠╗╔╣║║║║║║║
║║║║╦║║║║║║╦║╔╬╬╬╣
╚╩╩╩╩╩╩╝╚╝╚╩╩╝╚╩╩╝
----------------------------------------------

Melangkah sambil menendang batu-batu kecil yang berserakan di jalanan. Kesal... Kesal... Kesal sekali. Hari apa sebenarnya ini? Kenapa dirinya mengalami kesialan bertubi-tubi.

Katanya kebajikan akan mendatangkan kebajikan juga bagi diri. Mana buktinya coba? Niat menolong orang malah berakhir sial begini.

Oh, seperti dirinya salah menolong orang. Bukan pertolongannya yang salah tapi orang yang ditolong yang tak tahu terima kasih. Air susu dibalas air tuba. Sialan.

Bayangkan, harus berjalan malam-malam, di tengah hutan lagi. Ini bukan soal takut demit atau semacamnya. Bukan juga takut gelap karena tadi dirinya membuat semacam obor untuk penerangan sekaligus pelindung dari hewan malam. Sungguh, melelahkan harus berjalan kaki di hutan.

"Dhanwa sialan!!!" umpatnya entah untuk ke berapa kalinya. "Astaghfirullah hal adzim," beristighfar setelahnya sebab tahu bahwa mengumpat adalah perbuatan dosa.

Memandang langit malam yang terlihat cerah dengan berhias bulan purnama yang dikelilingi puluhan, ah ratusan bintang sepertinya. Indah sekali. Namun, bukan saatnya mengagumi ciptaan Allah. Mungkin ini sudah tengah malam karena sumpah, kakinya pegal sekali. Hutan ini rasanya tak bertepi.

Dhanwa... Dhanwa... Dhanwa. Semua gara-gara pemuda bisu itu. Padahal bisa saja Dhanwa menolongnya tapi dia malah meninggalkan Tandu begitu saja. Dhanwa itu bisu, bukan buta dan tuli jadi seharusnya bisa melihat saat dirinya tadi terjatuh dari kuda. Bukan terjatuh saja tapi hampir terinjak kuda malahan. Untung dirinya gesit berguling hingga berhasil menghindar. Dhanwa juga sepertinya pura-pura tidak mendengar teriakan Tandu.

Dasar manusia tak tahu terima kasih. Memang tidak baik jika meminta imbalan atas pertolongan yang telah dilakukan. Sungguh, Tandu ikhlas menolong Dhanwa. Mungkin Dhanwa juga tidak tahu jika kuda yang dibawanya itu adalah kuda milik Tandu. Lagian, tumben kudanya menurut pada orang asing.

"Cuiiiiit... Cuiiiiit," bersiul guna memanggil kudanya walau tau hal ini sia-sia sebab kemungkinan Dhanwa sudah pergi jauh dari hutan ini.

Menghela napas panjang lalu mau tak mau berjalan lagi. Mencari tempat beristirahat karena matanya mulai mengantuk. Tandu harus memilih tempat beristirahat yang tepat. Bahaya bila tiba-tiba didatangi binatang atau yang paling parah ya tentu penjahat.

Mereka pasti sudah terbangun dan kemungkinan besar mencari tawanannya yang kabur. Walau memang agak kecil kemungkinannya. Bodoh jika mereka nekat mengejar tanpa kuda. Berhubung Dhanwa membuat hewan tunggangan mereka kabur semua tadi. Jadi para penjahat pasti kebingungan.

"Cuiiiiit... Cuiiiiit," ulang Tandu bersiul karena rasanya lebih tak nyaman mendengar suara burung gagak di kejauhan. Lebih baik dirinya yang bersuara.

"Cuiiiiit... Cu___" siulannya tak berlanjut saat terdengar ringkikan kuda. Samar memang. Tandu menggosok telinganya guna memastikan tadi benar-benar suara kuda... kuda miliknya.

"Cuiiiiiiiiit," siulan panjang keluar dari bibir Tandu sekali lagi sambil berjalan mengikuti arah suara ringkikan kuda yang didengarnya.

Bibirnya tertarik membentuk senyuman karena ringkikan itu nyata dan kini terdengar juga hentakan kaki kuda. Jodoh memang tak ke mana. Miliknya akan tetap jadi miliknya.

Terima kasih ya Allah.

Tandu mengangkat obor lebih tinggi guna menerangi. Walau langit lumayan terang tapi berhubung pepohonan di depannya cukup rapat maka matanya agak kesulitan melihat. Itu di sana, kuda milik Tandu tertambat di pohon. Binatang berkaki empat itu tampak bergerak gelisah.

Bukan Calon ArangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang