Bab 142. MUNGKIN KARENA RINDU

Mulai dari awal
                                    

"Jadi aku lebih penting?" tanya Reiko yang cuma pura-pura marah tadi sambil menahan beban tubuh Brigita dengan tangan kirinya saja. Ini tak masalah untuk Reiko. Sedang tangan kanannya sudah mengambil koper kekasihnya dan tidak sama sekali bermasalah dengan beratnya juga.

"Hmm. Tentu saja kamu yang lebih penting dong sayang! Tapi kan aku ini bukan orang yang mudah dibiarkan penasaran!"

Brigita bicara begitu sambil menaruh kedua tangannya di pipi Reiko dan mendekatkan bibirnya untuk memberikan kecupan kecupan manisnya di wajah pria yang kini sedang membawanya menaiki tangga.

"Aku merindukanmu, Bee. Kita bicarakan ini nanti ya. Aku benar-benar tidak tahan sekarang melihamu, you burn me up!" cicit Reiko yang ingin cepat masuk ke kamarnya. Entahlah, tapi dia sungguh tak tertahankan lagi rasanya melihat Brigita.

"Hahaha! Aku baru meninggalkanmu sehari kamu benar-benar sudah ingin menyantapku habis kah?"

"Hmm, aku benar-benar tak bisa menahan diri lagi, sayang,"

Reiko bicara sambil melemparkan koper Brigita sembarangan dalam kamarnya. Dan tak pikir panjang, langsung menaruh wanita itu di tempat tidurnya.

"Kamu benar-benar membuatku seperti makan malammu! Sssh, kamu melucutiku juga, sayang!"

"Hmmm! aku memang sudah tidak tahan. Kan aku sudah bilang padamu, My Queen!" Reiko bicara sebelum mulutnya terbuka.

"Ssssssh!" dia langsung menyesap sesuatu yang membuat Brigita tak tahan sangking enaknya, wanita itu pun meringis nikmat karena saat itu juga, hormonnya meningkat.

Tak henti suara enak itu membahana di seluruh sudut ruangan untuk beberapa waktu selanjutnya. keduanya terlarut, pria itu seakan memang tak bisa menahan semua yang ingin dirinya tumpahkan.

"Sudah lama aku gak tertantang begini, sayang. permainanmu kali ini luar biasa! Ini berbeda dari yang biasanya, sayang. Ini ... ehm, nikmatnya beda!" ujar Brigita karena memang dia sudah tahu bagaimana permainan Reiko biasanya. ini terlalu powerfull! Mencabik-cabik fantasi liarnya. Brigita bahkan hampir tak mengenali dia bermain dengan siapa. Cara yang berbeda, Reiko seperti mendapatkan suplemen tambahan yang memberikannya stamina luar biasa.

"Nikmatin aja Bee, aku beneran ingin menikmati setiap inchi tubuhmu!"

"Ehhhhhmmm .... Kamu liar sekali! Apa minum obat? Aaaaakh...."

Brigita melepaskan letupan-letupan rasa yang melenakan itu dengan pertanyaan baru.

Tak tahan dirinya!

"Aku gak perlu obat!" seru Reiko yang memang memiliki nafsu tak bisa dijabarkan bagaimana itu membakar gairahnya.

''Apa kamu masih belum lelah juga? Aku udah ga tau berapa kali, eehhmmmm ... shhh, sayang...."

Biasanya mereka selesai barengan.

Tapi saat ini Brigita sudah kelelahan tingkat tinggi tapi pria itu seperti tak habis tenaganya.

"Hmm... Aku benar-benar ingin, aku gak tahu Beee! Biarkan aku mengeluarkan dulu semuanya! Ini...hahaha!" Reiko malahan terkekeh tak memberikan alasan lebih.

"Ini apa?"

"Ini mungkin luapan rindu?"

Reiko bicara masih sambil tangannya memegang sesuatu yang membuat dirinya berangan-angan berbeda, entah apa itu, tapi memang tak diceritakannya pada Brigita.

Hahaha! ada tawa kesal di dalam hatinya saat matanya mengarah ke sesuatu di tubuh Brigita.

"Aaaakh, sayang, kenapa kamu mencengkramnya kencang sekali? Ssssssh, gunungku!" sampai Brigita memekik antara sakit bercampur enak.

"Aku suka wanita dengan dua keistimewaannya ini!"

"Heh, apa?"

"Just enjoy Bee, aku pun gak ngerti, nikmati saja!" seru Reiko dan selepas itu, dia membuka mulutnya, menghisap salah satu yang membuat Brigita merintih.

"Sayang aku nggak tahan! Jangan seperti itu! Aaaakh! dua puncakku, Sssshhh... sayang." Seakan tak mendengar, Reiko menggigit bagian itu tak seperti biasanya, Reiko banyak memberikan rona merah dari bekas sesapan bibirnya. Dengan satu tangannya tak kalah jahil juga menjepit di bagian yang lain.

Aku sangat menyukai ini! Ya aku suka ini, wanita seperti ini! seru hati Reiko yang entah apa dalam benaknya yang sulit dituangkan bahkan untuk dirinya sendiri. Seakan pikirannya mem-block semua yang ingin dipikirkan dan terus mengucapkan itu sambil membenamkan dirinya, makin terlarut dengan dua yang dicengkramnya erat membuat Brigita serba sulit.

Enak dan sakit bercampur aduk, menyiksanya turun dan naik. Dirinya sudah kelepasan berkali-kali tapi Reiko masih tak ingin membiarkan bagian itu berhenti dimainkannya seakan itu adalah sesuatu yang memperkuat pertahanannya dan tanpa itu dia mati.

"Aaaakh, sayang, aku gak kuat lagi!"

Membuat kekasihnya hampir mati karena enak. Brigita terus memekik, barulah setelah bahunya di dorong dan rambutnya di jambak, Reiko melepaskan dan menatap Brigita.

"Kamu benar-benar berbeda sekarang! Sangat liar, sayang."

"Maaf Bee, aku membuat luka dikit di sini karena menggigitnya," ucap Reiko yang melihat sendiri apa yang terjadi pada dua kelembutan Brigita. sungguh Reiko sendiri tak paham apa yang membuatnya betul-betul tak bisa mengontrol rasa itu, sangat gemas, tak habis-habisnya.

Jadi saja dirinya merasa bersalah dengan luka Brigita.

"Hmmm, gapapa, itu enak banget, aku seperti nemu gairah rasamu yang dulu, sayang. Kamu emang beda banget malam ini, kenapa sih nonton film itu?"

Bidadari (Bab 1-200)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang