Bab 134. MUNGKIN INI JALANNYA

Start from the beginning
                                    

Reiko jadi menjelaskan dua kali padahal tadi sebelum dirinya memulai zoom meeting dia sudah menjelaskan ini pada Endra Adiwijaya.

Endra: Hmm, apa kamu mau panggil dokter keluarga kita saja? Lagi kenapa kamu tidak panggil dokter keluarga Papa sih?

Reiko: Dia itu enggak bisa disogok Pah. Papa tahu kan dia itu sangat dekat sekali dengan Lesmana dan aku khawatir dia akan cerita macam-macam.

Endra: Ah, sudahlah, menurutku memang lebih tepat kamu memanggilnya dan kita bisa memintanya untuk tidak bicara. Tapi ya sudahlah karena memang sudah terlanjur seperti ini dan kamu juga khawatir pada Lesmana sekarang katakan kenapa kamu menelepon?

Reiko: Papa, aku sudah bicara dengan Kakek dan aku sudah putuskan kalau ke Mesir itu kita akan melakukan ekspansi, lalu sekarang aku diminta koordinasi sama Papa dan aku butuh bantuan Papa.

Endra: Kamu yang benar saja dong, Reiko. Kemarin kamu bilang itu tidak mungkin dan lebih baik mengejar yang lebih dekat dulu, seperti Australia. Gimana sih kamu ni?

Jelas saja Endra sewot. Ini kan bukan urusan kecil dan bukan main-main. Ekspansi dari satu negara ke negara lain. Ini membutuhkan tenaga, pikiran dan yang pasti modal yang cukup besar. Makanya dia spanneng juga mendengar ucapan Reiko.

Reiko: Iya Papa. Ini sudah aku putuskan karena Kakek memberikanku sebuah penawaran yang sangat bagus dan aku yakin ini jalan yang mesti aku coba.

Endra: Penawaran apa?

Di situlah Reiko menceritakan semua hal menguntungkan yang dinegosiasikan Kakeknya. Sesaat Endra kadang menyelak mengungkapkan argumennya dan kadang juga dia sedikit menentang. Tapi bukan Reiko kalau dia tidak bisa bernegosiasi dengan baik.

Endra: Baiklah kalau begitu rencanamu. Papa akan menyokongmu. Tapi kamu harus berhati-hati dengan Brigita. Lesmana itu tidak bisa dianggap remeh. Sekali kamu ketahuan dengannya, habis kamu. Mengerti?

Reiko: Iya Papa. Aku hanya ingin membantu Brigita dan menunjukkan pada Kakek kalau dia adalah wanita yang paling pas untukku. Kakek sendiri nanti bisa melihat kalau dirinya bukan wanita yang hanya menginginkan kemudahan hidup seperti yang selama ini Kakek pikirkan. Dia adalah wanita pekerja keras.

Tak ada kata yang keluar dari Endra saat itu.

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu di saat yang bersamaan.

Reiko: Bagaimana Papa? Hmm, Papa denger gak aku bilang apa?

Endra: Ya sudah, aku setuju saja. Lalu bagaimana sekarang? Apa yang kamu butuhkan?

Reiko: Papa, aku akan menyusunnya dulu semua biar jelas. Dan mungkin aku butuh beberapa orang yang akan ikut denganku. Aku butuh perwakilan juga di sana yang pro kita. Selain Farhan mungkin seseorang yang bisa aku percaya juga di dalam timku.

Reiko kalau bekerja memang betul-betul full heart. Makanya Endra tidak terlalu banyak bicara dan dia yakin dengan putranya.

Endra: Baiklah kalau begitu aku akan menyiapkan orang-orangnya dulu siapa yang paling tepat untuk membantumu.

Lega hati Reiko karena memang sekarang semua yang dia butuhkan sudah siap. Reiko hanya perlu merumuskan dan memberikan idenya kepada Papanya.

Reiko: Kalau begitu baiklah Papa. Nanti aku hubungi Papa lagi ya.

Endra: Kapan kamu berangkat, Rei?

Reiko: Secepatnya Papa. Karena project itu akan segera berjalan. Aku berharap sebulan ini aku bisa menyelesaikan urusanku di Timur Tengah dan Mesir.

Suaranya pun terdengar sangat antusias membuat Endra tersenyum simpul sebelum dia menjawab:

Endra: Kalau begitu aku akan mencari orang-orang yang tepat untuk membantumu

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now