--- Pada zaman dahulu dengan penuh mistis kejaiban, muncul malam yang gelap dan penuh badai untuk memulai cerita ini. Ada sebuah pondok di dalam hutan, sebuah rumah yang jauh dari desa. Tempat kecil itu adalah tempat keempat saudari itu hidup dalam kebahagiaan. Meski sulit menemukan kehangatan yang cukup dan mencegah lilinnya tidak cepat padam.
--- Semua penduduk di kerajaan Kinderdallen telah mengetahui bahwa berempat perempuan ini dijuluki sebagai kutukan makhluk-makhluk mitos seperti Kuntilanak, penyihir tidak berhati, sosok iblis yang ingin membalas dendam, dan sundel bolong. Mereka diperkucilkan oleh masyarakat disebabkan ibu mereka adalah makhluk sirene yang lama pergi ke laut yang luas dan tega tidak kembali menjemput anak-anaknya dengan menculik ayah mereka.
--- Calista Thalia, sebagaimana orang lain dapat memanggilnya Calla. Perempuan ini sebagai kakak tertua dan di anggap sebagai sosok Ibu di keluarga ini sejak tiada siapapun yang dapat mengasuh adik-adiknya. Calla menghela nafas dan menggeleng kepala, '"Cuacanya sungguh ekstrem malam ini"
--- Elizabeth Mudita, juga dikenal sebagai Eliza, dia menggigil sambil menggosokkan kedua telapak tangan, "Brr, kapan ini akan berhenti? Sepertinya Elina mengendalikan alam dengan sikap dinginnya!" Eliza memberitahunya dengan sinis dan bersembunyi di bawah meja.
--- Elina Powers, gadis ini yang diadopsi oleh ibu mereka dan terpaksa hidup bersosialisasi sama ketiga saudaranya yang banyak berbicara setiap hari, memutar matanya, "Iyolah tuh, suka gomel terus!" Dia merasakan tetesan air dari langit-langit sampai jatuh ke kepalanya saat dia segera mengambil ember untuk mengambil tetesan air hujan.
"Saya berharap tempat bahagia kita tidak tenggelam karena hujan deras ini," June Meza berdoa. Anak ini adalah anggota termuda dalam keluarga itu, yang membedakannya dengan Eliza adalah mata merahnya yang tampak menyeramkan.
"Oy! Jangan berani-beraninya kamu membawa sial pada kami!" Eliza berteriak sambil menampar punggungnya dengan main-main.
"Aku mendoakan yang terbaik, bukan yang malang, BEGO!" Teriak Jun sambil menarik rambut Eliza dan keduanya mulai berdebat seperti yang selalu mereka lakukan dengan komentar buruk.
--- Elina dan Calla sangat lelah untuk menghentikan para kembar dan mengalihkan pikiran mereka ke pemandangan luar jendela, "Menurut mu...Kapan badai ini akan segera berhenti?" Elina mengajukan pertanyaan kepada kakaknya.
"Mana ku taaahu, Eli." Calla mengangkat kedua bahunya dan tidak tahu jawabannya, "Apakah aku terlihat seperti peramal bagimu?"
Tawa lirih keluar dari bibir Elina, "Dulu kakak selalu membawa kebijaksanaanmu saat di Alam Mimpi yang gelap, tentunya." Elina mengingatkan, "Apakah kakak masih ada hal-hal itu saat ini?"
"Tidak, aku belum mendapatkan mimpi-mimpi yang sangat aneh sekarang." Calla menggelengkan kepalanya, "Menjadi gadis yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan terkadang membuatku takut." Dia menggigil dan mengingat berita mengejutkan yang dulu dia khawatirkan. Syukurlah, tidak ada hal buruk yang akan terjadi dalam waktu dekat.
--- Tiba-tiba, bel jam berbunyi nyaring keras dan jarum jam tepat pada pukul dua belas sebagai tanda mereka berempat secepatnya tidur. Elina menarik kedua telinga adik-adik kembar dan menjatuhkan mereka berdua ke tempat kamar tidur bersama saat kedua gadis ini merintih kesakitan, Dan Calla mengikuti di belakang mereka bertiga sambil menahan tawa melihat adegan konyol di depannya.
"Aku ingin tempat tidur paling atas!" Eliza menunjuk tempat tidur susun tertinggi, lupa kalau dia sudah punya tempat tidur susun di urutan ketiga.
"Oh, tidak! Kita sudah sepakat untuk mendapat tempat tidur dari yang tertua hingga yang termuda." Calla mengingatkan.
"Dan apakah kita perlu tidur dengan lampu menyala? Padahal kita semua kan sudah remaja." Elina mengejek Eliza.
"Aku tidak ingin ada laba-laba yang mendadak keluar dari kegelapan dan serang aku," Eliza menjawab.
Calla tersenyum nakal, "Benar, ketakutan terbesarmu."
Eliza melempar bantal ke arahnya, "Sebaiknya kamu jangan melakukan prank menyenangkan apa pun!"
Jun mengerang, "Bisakah kita segera tidur sebelum insomnia menghantam kita dengan kelumpuhan setan?"
"Bukankah kita semua dipercayai sebagai setan?" Elina ragu.
"Eh, jangan bilang gitu, ah! Itu tak baik, bagusnya kita tidur sekarang seperti kata Jun." Calla bernasehat.
--- Yang lain setuju dan beristirahat dengan baik sambil mengucapkan kepada satu sama lain:
"Selamat malam."
"Selamat tidur."
"Jangan biarkan laba-laba menggigit!"
"CALLA, UDAHLAH!"
"Apa lagi maumu, hm? Mau dinyanyikan lagu Itsy Bitsy Spider?" Calla rekomendasikan dan Eliza cepat-cepat sembunyi di bawah selimut sambil memejamkan mata.
ੈ✩‧₊˚ೃ⁀➷ੈ✩‧₊˚ೃ⁀➷ੈ✩‧₊˚ೃ⁀➷ੈ✩‧₊˚ೃ⁀➷ੈ✩‧₊˚ೃ⁀➷ੈ
Jun: Calla, aku sedih.
Calla: *Mengulurkan tangan untuk berpelukan* Semua akan baik-baik saja.
Eliza: Elina, aku sedih.
Elina, mengangguk: Sama nih.
Terbit: Senin, 13 November 2023
Kalimat: 710
YOU ARE READING
𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝗹𝗶𝗻 𝗣𝗲𝗿𝘀𝗮𝘂𝗱𝗮𝗿𝗮𝗮𝗻
Adventure"Katanya cinta sedalam samudra Bohong nyata kita berakhir juga." Pada kehidupan dengan berisi penuh ujian yang terasa pedih perlu dihadapi bersama. Di mana para beradik-kakak perempuan hanya ingin melakukan aktivitas biasa seperti tetangga mereka ya...
