Mimpi-Mimpi Kita

101 29 7
                                    

Chapter 20 (Mimpi-Mimpi Kita)

"Kembalikan aku, Duke! Raih dan ambil dia lalu kembalikan aku! Buat dirimu menjadi sempurna, sesempurna taman surga ini, Duke!" Richard membuka sepasang matanya, melirik belekang leher Annete yang putih dan menyebarkan aroma wewangian khas (seperti wangi bunga namun semua wangi tanaman bunga yang ada di taman surga itu kalah akan wanginya Annete saat ini) kemudian Richard menggertakan gigi-giginya, membuat rahangnya yang tajam terlihat lebih tajam lagi. Sepasang matanya kini beralih pada gaun biru Annete yang bertebaran ditanamana bunganya. "Apa kau memang punya bau seperti ini?"

Annete membuka mulutnya tidak percaya. Apa maksud dari pertanyaan Richard barusan? Dan lagi, apa pertanyaan itu ditujukan untuk Annete? Wah wah wah....!

Annete menolehkan kepalanya, menatap Richard dengan pandangan tidak terima sebelum mulutnya bergerak untuk berkomentar. "Bau? Apa maksudmu, Duke?" Lagi, sepasang mata bulat Annete terlihat kesal, sengaja dia tunjukan terang-terangan pada Richard kemudian dia menambahkan. "Dengar! Aku memang bukan asli orang dari utara seperti kalian, aku hanya bertamu di daerah kalian tapi kenapa kalian selalu memandang rendahku?" Pandangan Annete masih terlihat kesal. "Dan bau? Apa maksudmu? Kau ingin bilang kalau aku ini bau, begitu?"

Richard berkedip santai seolah kemarahan Annete saat ini bukanlah apa-apa. Sepasang matanya terus berpaling dari wajah atau leher atau kulit Annete (yang tidak tertutup gaunnya)  yang terlihat sangat menggoda itu (lembut dan membuatnya sangat ingin menyentuhnya). Richard hanya mencoba fokus untuk mencari gaun Annete yang tersangkut kemudian membantu tuan putri paling merepotkan itu dan menyudahi ini semua dengan cepat.

Annete kembali membuka mulutnya, semakin tidak percaya dengan lelaki kejam yang kini ada di belakangnya itu. "Duke!"

Richard melirik Annete, hanya sebatas lirikan biasa (tetap tajam sebenarnya walaupun lirikannya terbilang biasa dan sepertinya Annete mulai terbiasa atau karena dia dalam mode kesal makanya tidak merasa takut) kemudian Richard kembali terlihat fokus pada gaun Annete, membuat Annete semakin merasa kesal. Sambil meluruskan kepalanya ke depan, Annete menggerakan mulutnya, mendumal sebal. "Dasar lelaki kejam yang tidak punya perasaan sama sekali! Bukan hanya kejam, tapi juga tidak bisa diajak bicara sama sekali! Apa gunanya manusia punya mulut dan bisa bicara memangnya? Dasar tukang pengangkat sebelah alis menyebalkan!"

Diam-diam Richard tersenyum karena masih bisa mendengar semua ucapan Annete yang barusan dikatakan dengan nada volume tidak terlalu keras (tentu saja karena Annete tidak akan berani mengatakan semua itu dengan lancang, apalagi didekat Richard). Tatapan tajam Richard seketika memincing saat menemukan salah satu bahan dari bagian gaun Annete yang menyangkut pada batang tanaman bunga. Dia tarik bahan gaun Annete yang menyangkut itu.

Bukankah seharusnya kekuatan batang dari tanaman bunga hias tidak akan pernah bisa sebanding dengan kekuatan yang dimiliki Richard? Tapi anehnya (Richard saja sampai harus mengernyitkan dahi) gaun Annete yang menyangkut itu tidak bisa terlepas dengan mudahnya.

Mau tidak mau Richard memajukan tubuhnya, bergerak lebih dekat pada punggung Annete kemudian dengan tenaga yang sedikit dia lebihkan dari sebelumnya, kedua tangannya kembali menarik gaun Annete. Benar-benar lebih kuat lagi! Bukan hanya gaun yang kenyataannya bisa terlepas dari batang tanaman bunga tapi tubuh Annete ikut tertarik ke belakang hingga punggungnya harus menabrak bagian depan tubuh Richard saat Richard terduduk jatuh setelahnya.

SREGGGG...

"Aw!" Annete menolehkan kepalanya, menatap Richard masih dengan pandangan kesalnya dan tidak sadar kalau jaraknya dengan Richard saat ini sangatlah dekat (punggungnya masih menempel didada Richard hingga mereka terlihat seolah Richard tengah memangku Annete saat ini). "Apa sih yang sedang kau lakukan, Duke?!"

The Last AphroditeWhere stories live. Discover now