Dirinya Dan Mimpinya

105 32 3
                                    

Chapter 12 (Dirinya Dan Mimpinya)

Mendiang ayah Richard, yaitu Duke Alexander terdahulunya sudah bercerita soal kutukan pedang singa dari keluarganya dimana jika keturunan Alexander membuka pedang dari sarungnya, mengayunkannya ke seseorang (Entah musuh atau apapun yang pasti itu adalah makhluk hidup) maka kutukan itu akan diturunkan ke si pemegang pedang yang sudah melumuri pedang itu dengan darah. Mendiang ayahnya Richard bahkan sudah memberitahu soal betapa menderitanya kehilangan hasrat atas pengorbanan yang harus dibayarkan dari menggunakan pedang itu. Wajar saja jika saat itu, (Sebelum mati) Duke Alexander terdahulu berpesan pada Richard agar tidak menggunakan pedang kutukan itu sebelum Richard menikah dan mendapatkan keturunannya. Jelas sekali karena ayahnya saat itu tidak yakin kalau Richard bisa menemukan penawar dari kutukannya jika Richard sudah lebih dulu menggunakan pedang itu dari pada menikah dan memiliki keturunan seperti dirinya.

Dan benar saja! Richard sudah lebih dulu menggunakan pedang singa keturunan keluarganya sebelum dia menikah dan memiliki keturunan. Sepuluh tahun yang lalu, setelah empat tahun menjadi seorang Duke muda, Richard memutuskan untuk ikut berperang dan menggunakan pedang kebesaran dari keluarganya itu. Lalu apa dia tengah menyesalinya saat ini? Saat dimana semua kemenangan dari peperangannya juga semua pembantaian yang telah dia lakukan ditukar dengan kesenangan yang direnggut dari dirinya? Hasratnya yang hilang dan tidak bisa memberikan apapun lagi pada hidupnya, juga kesempurnaan yang dilihat orang-orang padanya?

Haruskah Richard mengatakan kalau dia menyesal? Keputusan yang telah dia ambil sepuluh tahun yang lalu itu, telah membuatnya merasakan sebuah penyesalan yang luar biasa. 

Bagaimana tidak?

Bukan hanya hasrat yang telah hilang darinya, yang membuatnya menderita selama ini tapi juga kekhawatiran ibunya soal penerus dari keluarganya kelak. Bagaimana jika Richard tidak bisa mengembalikan hasratnya, tidak mampu menghilangkan kutukannya? Bukankah dia tidak akan pernah bisa memiliki keturunan yang sudah sewajibnya dia miliki agar Alexander Family tetap ada?

Apa bagusnya menjadi Duke yang sempurna, yang dielu-elukan semua rakyat, yang teramat dikagumi tapi yang sebenarnya terjadi adalah Richard yang memiliki kutukan, yang memilki sebuah kecacatan besar didalam hidupnya ini?

Richard tersenyum, pahit dan getir kemudian dia melirik pedang kutukan keluarganya yang masih disarungi, dimana lambang keluarganya menjadi pola hiasan utama dari sarung pedangnya itu, seekor singa jantan yang terlihat sangat ganas, yang bisa mengalahkan apapun! Kembali, RIchard menaikan setengah bibirnya, tidak ada ketulusan sama sekali karena memang dia pikir itu bukanlah senyuman kegelian akan sesuatu atau kesenangan tapi sebuah penderitaan.

"Errrrrr...!"

Richard segera mengangkat kepalanya, mencari sumber suara yang baru saja dia dengar dan menurutnya sudah tidak asing lagi. 

"Errrrrr... Rooarrrrr!"

Richard menatap tajam seekor singa yang kini mendekatinya. Tanpa mencoba bergerak untuk mejauh, Richard tetap pada posisinya saat ini, duduk dipinggir kolam air mancur dengan tenangnya. Sepasang mata tajamnya berkedip sebelum terus beradu pandang dengan  mata singa. "Jadi, kau itu apa? Pelindungku?"

"Errrrr...!" Singa itu tidak bisa bicara menggunakan bahasa manusia, dia hanya meraung tapi tidak mencoba menyerang RIchard. Singa itu berdiri diam disamping Richard dan menatap Richard seperti seekor anjing peliharaan yang lucu.

Sepasang mata Richard terus memerhatikan singa itu kemudian dia melihat sesuatu didekat leher yang sedikit tertutup bulu itu. Tatapan matanya memincing melihatnya. Ada ukiran kecil yang tidak begitu telihat jelas tapi Richard yang punya penglihatan tajam bisa mengenalinya. Huruf A dan R yang ditulis berdampingan menjadi sebuah tanda dileher singa itu.

The Last AphroditeDove le storie prendono vita. Scoprilo ora