Kutukannya!

255 43 3
                                    

Chapter 1 (Kutakannya!)

Duke Richard memicingkan sepasang mata tajamnya sebelum memejamkan mata kanannya, memokuskan semua fokus pada satu mata kirinya kemudian dengan yakin dan kekuatan penuh ditangan kanannya dia menarik lepas busur panahnya itu. Seketika anak panah yang Duke itu lepaskan meluncur, cepat hingga ujungnya yang tajam bisa langsung menancap pada salah satu bagian dari tubuh rusa dan membuat rusa yang terpanah itu membelalakan sepasang matanya sebelum rusa itu jatuh dengan dramatisnya, tergeletak tidak berdaya dengan darah yang terus saja mengalir dari perutnya.

Richard menyinggungkan sebelah bibirnya, merasa puas dengan hasil buruannya pagi ini. Kaki jenjangnya melangkah, ingin mendekati rusa yang sudah terkapar itu.

"Duke, bukankah sudah aku bilang kalau kita tidak akan berburu lagi?"

Richard menghentikan langkahnya, membalikan tubuhnya  dan memberi salam hormat sebelum menjawab. "Lalu apa yang akan anda makan kalau aku tidak berburu pagi ini? Apa anda ingin memakan umbi-umbian saja?"

Prince Maxim berkedip, sedikit mengernyit saat menimpali, "Tidak juga! Tapi setidaknya jangan rusa! Mereka itu hewan yang imut, kenapa bisa kau setega itu pada mereka?" Prince Maxim mencoba menggerakan kepalanya untuk mengintip hewan yang menurutnya imut dan kini tengah terkapar tidak berdaya di ujung sana (Penglihatannya jadi tidak terlalu jelas karena tubuh Duke yang tinggi kekar membelakangi Rusa imut yang sudah dipastikan tidak akan bisa selamat itu). "Aku juga tidak akan tega memakannya kalau membayangkan keimutannya itu!"

Wajah Duke Richard masih dingin, tidak ada ekspresi walau dia sebal mendengar kata-kata imut terus saja keluar dari mulut prince yang seharusnya tidak akan  pernah mengatakan hal itu (harapannya saja sih). "Aku hanya ingin mengingatkan kalau perjalanan kita untuk sampai ke tujuan masih membutuhkan waktu kurang lebih dua sampai tiga minggu ke depan dan aku rasa anda tahu kalau yang kita butuhkan saat ini adalah banyak memakan makanan yang bisa memberikan energi yang baik bagi tubuh  kita, Prince!"

"Aku tahu! Dan aku juga tahu kalau tanganmu itu akan gatal jika tidak mengayunkan pedang kesayanganmu atau panah mainanmu itu barang sehari saja, bukan?"

Richard mengernyitkan dahinya. Bukan karena dia tidak suka dengan lelucuan yang baru saja dilanturkan prince atau bukan karena Richard tidak menghormati teman yang juga seorang Prince dari negaranya itu. Tapi karena sepasang telinga Richard yang selalu awas itu seperti baru saja mendengar suatu pergerakan yang menurutnya terdengar aneh. Prince Max yang sangat mengerti dengan temannya itu, kini ikut mengernyitkan dahinya.

"Apa yang terjadi?"

Telunjuk Richard terangkat untuk dia letakan didepan bibirnya, mencoba memberi kode pada prince Max untuk diam. Sepasang mata Prince terlihat sedikit bergetar kemudian Duke Richard mengangkat busur panahnya, mengambil salah satu anak panahnya dari belakang punggungnya lalu dengan tenang Duke muda yang tegap dan tampan itu kembali mengarahkan mainannya di hadapan Prince.

Sepasang mata tajam Duke terlihat seserius saat dia mengincar anak rusa yang sebelumnya sudah dia buru itu. Sebelah bibirnya kembali terangkat, ekspresinya terlihat sangat kejam saat jemari panjangnya menarik anak panah dari tali busurnya, kembali melayangkan anak panah tajamnya itu hingga anak panah itu terbang dengan kecepatan lebih cepat dari yang sebelumnya, tepat melewati sisi wajah Prince Max.

Sepasang mata Prince Max memejam, merasakan tiupan angin dari anak panah yang melewati sisi wajahnya dan mungkin kalau dia bergerak saat itu maka sisi wajahnya bisa saja tergores oleh anak panah mainannya Duke itu.

SYURRRR...

***


Annete segera membuka sepasang matanya, seolah kaget. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya kemudian dia bergerak bangun, menyenderkan punggungnya pada head board ranjang tidurnya. Satu tangannya kini mengusap perlahan dada kirinya, merasakan setiap nada yang tidak beraturan keluar dari jantungnya itu, benar-benar bukanlah hal yang normal pada umumnya.

The Last AphroditeWhere stories live. Discover now