Bab 80. DUA FOKUS BERBEDA

Start from the beginning
                                    

Entah apakah memang Reiko benar-benar mau ke ruang kerjanya atau tidak. Tapi dia agak gelagapan dan ingin sekali keluar dari kamar itu.

"Itu bisa kamu kasih tau papamu nanti kan sayang. Di jalan juga kita bisa mengirim pesan. Ayolah jangan ditunda, kita berangkat tiga jam lagi loh karena kamu ga bisa pake jet pribadi kan?"

Nah masuk akal lagi. Mereka memang naik pesawat komersil yang berjadwal. Apa Reiko bisa menunda pesawat berangkat?

"Ayo cepat."

Ssh, dia dengan luka begitu bisakah membersihkannya dalam seperempat jam? Reiko kembali teringat dosa-dosanya yang membuatnya bergidik.

"Sayang kamu mau pakai yang mana? Kok diem aja sih."

Bukannya memilih pakaian yang ingin digunakannya malah dari tadi Reiko hanya berdiri mematung menatap lemari bajunya di walkin closet.

"Oh, ehm ... masih bingung mau pakai mana, casual atau formal. I-ini kan urusan kerjaan, tapi ke Bali. Aku--"

"Ish, kita bisa telat kalau kamu terus buang-buang waktu. Mandi dan siap-siap begini aja udah seperempat jam lebih. Sini biar aku pilihkan saja yang matching dengan bajuku."

Syukurlah, aku memang sengaja memperlambat waktu. Tapi apa dia bisa membersihkannya? Apa cukup waktunya? apa aku turun ya?

Reiko memang tadi di kamar mandi juga seperti orang tak buru-buru. Hanya Brigita saja yang cerewet, tapi dia memang seperti sedang banyak pikiran

"Nah, yang ini aja. Ayo cepat siap-siap. Nanti baju yang akan dibawa juga aku harus memasukkan ke dalam koper. Kita harus cepat."

Yah, Brigita sendiri yang jadi seksi sibuk. Reiko masih hanya mengurusi pakaiannya sendiri. Memakai bajunya dan sekarang masih dibayangi dengan semua rasa bersalahnya.

Apalagi ...

Bagaimana caranya dia membersihkan ini semua?

Kepala Reiko berdenyut ketika dia menuruni tangga dan melihat lantai yang sudah berkilau.

"Kamu tahu kita beruntung. Kita ditawarin ini duluan padahal sebetulnya Tommy sudah punya banyak sekali relasi yang ingin berinvestasi di sana. Hanya saja kalau ini diberikan pada mereka kita nggak bisa dapat keuntungan apapun. Maklum saja tender ini kan memang sudah hampir jadi milik mereka. Jadi tinggal mengalahkan satu perusahaan lagi, Tommy bisa menang. Dan pasti investor akan banyak sekali ingin membantunya. Kebayang nggak sih berapa keuntungannya? Itu project besar banget. Bayangin aja, ini kerjasama dengan Gerald. Gerald Peterson loh. Ssssh. Keren ga sih?"

Brigita gemas dan antusias. Sekarang dia sedang mengoceh seperti ini begitu bersemangat. Tapi pikiran Reiko tidak sama sekali ke sana.

Bahkan darahnya tadi banyak banget. Pas tadi aku mandi buka baju ternyata di lengan bajuku juga banyak darahnya. Huh, dia gapapa kan? Tapi ga mungkin gapapa kalau kaki dan tangannya kena pecahan beling dan tangannya juga berdarah begitu banyak. Tapi, gimana dia lakukan ini? Dapurnya juga bersih?

Sepanjang menuruni tangga, sampai netranya bisa menatap ke arah dapur Reiko benar-benar kepikiran.

Boro dia bisa konsen soal Tommy seperti yang tadi dikatakan oleh Brigita.

"Sayang."

"Ehm, apa Bee?"

Baru juga pintu depan ditutup. Karena Reiko seperti zombie, Brigita yang tadi tak sengaja menatapnya tak berekspresi dengan semua celotehannya langsung menggoyangkan tangan Reiko sambil memanggilnya.

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now