Bab 24. BYAKTA INTERIOR ADVISER

Start from the beginning
                                    

Makanya sikap Radit memang sepertinya tidak cukup bersahabat.

"Mohon maaf untuk ketidaknyamanan Anda, Pak Raditya. Tapi sama sekali saya tidak berniat untuk mengganggu dan merecoki project Anda." Ada senyum yang diberikan Reiko ketika dia mengutarakan ini dan syukurlah sekarang dirinya sudah lebih melting dengan suasana dan bisa bicara lebih rileks.

"Tapi saya datang ke sini tidak sama sekali berniat untuk menyinggung Anda. Saya tertarik dengan project ini karena menurut saya ini bisa memperbesar nama perusahaan yang saya dirikan dan bergerak dalam bidang interior design. Byakta Interior Adviser, BIA. Karena itu saya dan tim merasa sangat tertantang ketika Anda membuka sebuah project untuk design interior di seluruh negeri ikut serta dalam project besar perusahaan Anda, menuangkan kemampuan mereka dalam project pembangunan perkantoran, mall dan hunian apartemen berkelas luxury yang pastinya sangat menjanjikan sekali untuk portofolio kami. Mampu meningkatkan popularitas kami apabila berhasil memberikan yang terbaik dalam kerjasama ini."

"Yang terbaik katamu?" Radit sepertinya masih sangsi.

Tapi beda dengan Reiko yang justru mengangguk pelan

"Jika Anda melihat saya sebagai pewaris dari Adiwijaya group, maka Anda bisa berpikir bahwa saya mungkin saja bukan partner bisnis yang baik. Tapi saat ini saya datang di hadapan Anda sebagai seseorang yang membawa nama perusahaan Byakta Interior Advisor dan di sini, saya tentu saja punya niatan untuk bekerja sama dengan Anda dan memberikannya kontribusi yang terbaik yang bisa kami lakukan bagi perusahaan Anda. Karena ini adalah win-win solution untuk kami."

Sepintas mendengar jawaban itu Radit memilih diam dulu.

Lalu matanya melirik pada Sandi, hanya sepersekian detik sebelum dia kembali lagi menatap Reiko.

"Apa motivasi terbesarmu dengan membuat perusahaan remahan rengginang BIA padahal kau sudah memiliki karier yang potensial di salah satu perusahaan berstandar internasional dan juga pewaris perusahaan itu?"

"Passion."

Satu kata yang membuat Radit menelan salivanya walaupun dia masih terlihat biasa saja tanpa ekspresi.

"Keinginan untuk mengembangkan kemampuan saya sendiri dan berbisnis dibidang yang memang saya sukai dan cintai, ini membuat saya mendirikan perusahaan kecil ini bersama tim saya, kami sudah berkomitmen untuk memberikan maha karya terbaik mewujudkan impian client kami." Reiko terlihat berapi-api juga ketika menjelaskannya

"Dan saya yakin sekali kalau perusahaan anda, aurora corps bisa membantu perusahaan yang kami rintis ini menjadi sesuatu yang bisa saya banggakan di hadapan keluarga saya, teman-teman saya, keluarga, tentu saja bisa memberikan bukti kepada dunia bahwa kami bukanlah sebuah perusahaan kecil. Tapi kami perusahaan dengan visi bergerak lurus bersama tuntutan perkembangan jaman, siap untuk memberikan kontribusi terbaik dari disiplin ilmu yang kami dalami, yaitu interior design. Termasuk mewujudkan rencana perusahaan anda menciptakan sebuah kota mandiri berkelas international."

"Apa menurut kalian semua permintaan untuk tambahan pada pasal-pasal perjanjian yang diajukan oleh BIA, masih sesuai dengan standar yang bisa ditoleril oleh Aurora corporation?"

Kini Radit tidak lagi bicara pada Reiko tapi kepada staf yang ada di kanan kirinya di antara Reiko dengan Radit. Meskipun matanya masih menatap tajam pada Reiko.

"Semuanya masih sesuai, tuan Raditya."

Salah seorang stafnya pun bicara

"Jadi tidak ada masalah lainnya dengan kontrak kerjasama itu?"

"Tidak ada Tuan. Semua sudah kami pelajari lebih lanjut dan kemarin kami juga sudah memberikan salinan soft copy kontraknya pada tuan Sandi sebagai bahan pertimbangan untuk Anda."

Lagi-lagi jawaban yang membuat hati Reiko agak tenang meskipun belum sepenuhnya.

Karena

Staffnya terliat mendukung. Tapi aku tak tahu apa yang dia pikirkan tentang aku dan jawabanku tadi apakah cukup memuaskan? Tapi aku yakin desainku adalah yang terbaik. Dia sendiri yang mengatakan itu bukan? Bahkan demi memperjuangkan ini aku sempat ribut juga dengan kakekku karena dia berpikir aku merendahkan diri demi karir kecilku ini, bisik hati Reiko yang mencoba untuk membuat dirinya merasa tenang

"Kalau begitu rapat sudah selesai. Aku ingin kalian semua keluar dan hanya menyisakan aku, Sandi dan perwakilan dari Byakta Interior Advisor untuk tetap tinggal di ruangan ini."

Secara sederhananya, Radit meminta Reiko dan Sandi tetap berada dalam ruangan di saat semua staf lain yang sudah selesai pekerjaannya mereka bisa pergi.

Tidak ada di antara mereka yang mengucapkan salam perpisahan kepada Radit. Mereka hanya berdiri menundukkan kepalanya dalam hening membuat langkah mereka keluar dari ruangan itu tanpa membuat kegaduhan. Sungguh keadaan yang memang membuat Reiko cukup terintimidasi

Semua stafnya sepertinya memang merasa sangat canggung dan takut sekali padanya. Orang ini mungkin saja memang silent killer? pikir hati Reiko saat dirinya menunggu apa yang akan dikatakan Radit. Meskipun jujur dari dalam hatinya, ada sesuatu yang dia sukai dari Radit.

Bagaimana dia bisa memimpin suatu perusahaan dan membuat kerajaan bisnis hebat ini di usianya yang hanya berbeda enam tahun dariku?

Raditya Prayoga di tahun itu akan berusia 38 tahun. Sedangkan Reiko, akan berusia 32 tahun di bulan September. Perbedaan usia mereka memang terpaut enam tahun Radit lebih tua darinya. Makanya Reiko merasa Radit cukup hebat dalam usia semuda itu, belum mencapai 40 tahun bisa mendapatkan penghargaan begitu besar dari para staf, rekan bisnis dan dia merupakan salah satu orang yang cukup mengerikan dan diperhitungkan di dunia bisnis Indonesia.

Bahkan wibawanya sering juga disandingkan dengan kakeknya, Adiwijaya yang justru usianya jauh dari Radit. Reiko belum ada apa-apanya tentu saja.

"Masalah passion, apa kau yakin bisa bertahan untuk menyelesaikan semua planning yang sudah kita buat ini?"

Radit mulai memberikan pertanyaannya yang membuat Reiko pun mengangguk.

"Tentu saja. Saya memiliki keinginan yang besar untuk berkontribusi dalam project ini, pak Raditya."

"Bagaimana kalau aku tidak yakin?"

"Ehm, maksud Anda?"

Reiko sungguh tak paham. Bagaimana mungkin dirinya yang sudah memberikan desain terbaik, presentasi terbaik yang menanggalkan atribut kebesarannya sebagai pewaris Adiwijaya dan menunjukkan keseriusannya masih tidak mendapat kepercayaan sepenuhnya dari Raditya Abimanyu Prayoga.

Apalagi yang kurang?

Ini sedikit membuatnya gusar di saat Radit tersenyum kecut dan bicara:

"Bagaimana aku bisa yakin, kalau kau sendiri menyembunyikan perusahaan milikmu, Byakta Interior Design di balik nama kekasihmu?" cicit Radit sinis

"Perusahaan itu dikelola oleh Brigita Michelle kan? Dan dia CEO-nya? Dia yang bertanggung jawab bahkan tidak ada namamu di sana. Lalu aku harus mempercayaimu?"

===

Nah lho, repot kan klo gini. Kira-kira apakah Reiko akan mendapatkan kepercayaan Radit untuk menangani projectnya? 

Baca cepat: Karyakarsa 

Bidadari (Bab 1-200)Where stories live. Discover now