26. We Always Met At A Crossroad

6.3K 776 69
                                    

Nina mengangkat telepon Gaza hanya untuk bilang kalau Aisha masih bangun dan Nina bermaksud menemani Aisha sampai dia itu tidur. Dengan kata lain, Nina tak bisa menerima telepon Gaza.

Nina tidak punya ekspektasi apa-apa soal jawaban Gaza, tapi tak ayal Nina merasa kelegaan yang sedikit ganjil saat Gaza bilang dia akan menelepon lagi satu jam dari sekarang, memberi waktu pada Nina untuk menidurkan Aisha.

Setelah menutup telepon dari Gazam Nina kemudian membantu Aisha sikat gigi, menggantikan piama Aisha dan membacakan dua buku cerita... dan Aisha sudah tidur sebelum waktu satu jam yang dijanjikan habis.

Nina tercenung sejenak, duduk di sofa di kamarnya, sebelum akhirnya memutuskan untuk menelepon Gaza duluan.

"Nina?" Suara berat Gaza terdengar sedikit parau, seperti orang yang terbangun dari tidurnya.

Selama beberapa detik, Nina tak tahu harus bicara apa. "Kamu.... sudah tidur?" tanya Nina akhirnya.

Gaza terdengar berdeham sejenak, lalu terdengar suara keresak kain. Nina bisa membayangkan Gaza tadinya sedang terbaring di ranjangnya dan kini berusaha duduk. "Nggak apa-apa, aku sudah pasang alarm juga... bakal bunyi sepuluh menitan lagi."

"Oh...." kata Nina. "Kamu pasang alarm buat telepon aku?"

"Iya," kata Gaza, terlalu lugas. "Tapi untungnya kamu telepon duluan.... Aisha sudah tidur?"

Nina tidak bisa begitu saja mengalihkan pembicaraan. "Kenapa kamu sampai pasang alarm buat telepon? Apa ada yang penting? Kamu bisa kirim WhatsApp dulu kalau memang sepenting itu, biar aku bisa segera balas..." kata Nina, kini dia bersila di sofa.

Terdengar suara Gaza menghela napas. "Nggak juga..." kata Gaza. "Gimana kamu hari ini?"

Nina mengerutkan dahi. Apa dia salah dengar? Rasanya baru hari ini Gaza tidak bersikap seolah semua yang dilakukan Nina salah.... dan malamnya sudah berprogres jadi how's your day?

Nina memilih menjawab dengan ringan. "Kamu kan bersamaku hampir sepanjang hari ini.... selain keluargaku yang mencari-cari aku sepanjang pagi dan siang, lalu pelajaran Geografi mendadak darimu, lalu aku di rumah sementara kamu, Reyhan dan Aisha ke minimarket dan beli yamin. Memangnya ada apa lagi yang terjadi padaku hari ini?"

"Oh," kata Gaza pelan.

Nina sedikit keki dengan jawaban pendek Gaza, tapi ternyata Gaza belum selesai bicara karena kemudian lelaki itu menambahkan.

"Terus, besok kamu rencananya mau ngapain aja?"

Hampir refleks, Nina melirik ke arah Aisha yang sedang tertidur.

Besok, rencananya dia akan menemui Hendra lagi, menyampaikan tawaran dari Tante Mula. Dan mungkin sepulangnya, dia akan ke kuburan orangtuanya.

Rencananya yang pertama masih mungkin dia sampaikan pada Gaza, tapi rencana yang kedua rasanya terlalu pribadi.

"Besok aku akan menemui seseorang," kata Nina akhirnya.

Hening sejenak, sebelum Gaza bertanya dengan pelan, "Boleh aku tahu siapa orangnya?"

Suara Gaza begitu berhati-hati, sampai Nina rasanya sedikit terharu.

Mungkin karena Nina masih terpengaruh dengan pembicaraan dengan Mula beberapa jam lalu; karena Mula memperlakukan Nina seolah Nina lebih kuat, lebih mandiri dari Hendra sehingga tanpa berpikir dua kali, Mula memberikan posisi Nina di Selabintana pada Hendra.

Love SickWhere stories live. Discover now