24. Encountering Peace

6.6K 772 108
                                    

Kepulauan Rempah, yang dikemudian hari dikenal dengan nama Kepulauan Maluku, pada tahun 1517 amatlah termahsyur.

Begitu termahsyurnya sampai membuat kerajaan-kerajaan Eropa berlomba mencapainya.

Salah satunya Ferdinand Magellan, yang bertekad ingin sampai ke sana dalam waktu yang secepat-cepatnya. Terutama karena sahabatnya, Francisco Serrão, sudah lebih dulu ada di Kepulauan Rempah, menikah dengan putri Sultan Bayan Nasrullah. Melalui surat-suratnya pada Magellan, Serrão menceritakan betapa kayanya hasil bumi di kawasan ini, bagai nyanyian putri duyung yang merayu pelaut.

Bagi Magellan, sampai ke Kepulaun Rempah saja tidak cukup. Dia juga terinspirasi oleh Christopher Colombus, yang dua dekade sebelumnya menemukan benua baru.

Keinginan untuk menjadi penemu ditambah keingingan untuk lekas sampai ke Kepulauan Rempah membuat Magellan bertekad untuk menghindari jalur maritim normal, menghindari mengelilingi Semenanjung Harapan di ujung benua Afrika.

Magellan yakin dia akan bisa menemukan jalan tembus menuju Kepulauan Rempah.

Dengan restu Raja Spanyol, bermodalkan lima armada kerajaan dan 270 awak kapal, Magellan memulai ekpedisinya, mengangkat sauh dari Pelabuhan Sevilla.... lalu menghabiskan bulan-bulan setelahnya dalam penderitaan.

Berkali-kali, Magellan gagal menemukan jalan tembus yang dia impikan itu. Menyusuri pesisir Amerika Selatan, melewati delta besar Rio de la Plata, terus ke utara di sepanjang pesisir Patagonia, namun jalan tembus itu tak kunjung ditemukan.

Kegagalan demi kegagalan membuat awak kapalnya kehilangan kepercayaan pada Magellan dan di akhir Maret tahun 1520, tujuh bulan sejak ekpedisi dimulai, awak kapalnya melakukan pemberontakan.

Dari lima kapten armada, tiga di antaranya memberontak. Dengan susah payah, Magellan berhasil mengalahkan anak buahnya itu. Satu kapten terpaksa dieksekusi dan satu lagi ditinggal begitu saja di St. Julian saat Magellan kembali meneruskan perjalanan.

Pada 21 Oktober, setelah hampir sebelas bulan mencari, jalan tembus itu berhasil ditemukan; sebuah selat sempit di ujung Amerika Selatan, memisahkan benua Amerika dengan Tierra del Fuego.

Butuh waktu 37 hari untuk melewati selat sempit itu, 37 hari yang penuh badai dan ombak besar.

Di hari ke-38, armada yang dipimpin Magellan memasuki perairan yang begitu tenang, begitu luas, begitu teduh.

Saking beratnya perjalanan di belakangnya dan saking tenangnya perairan di hadapannya, Magellan menangis terharu.

Dia sudah menemukan jalan tembus dan dia juga berhasil menemukan lautan baru... oleh Magellan, perairan itu dia namakan Pasifik, dari kata latin pacificus yang artinya tenang, hening, tenteram...

***

Setelah Nina dan Gaza turun dari taksi, mereka berdiri bersisian di halaman depan pagar rumah Mula, menyaksikan mobil biru itu berjalan menjauhi mereka hingga menghilang dari pandangan.

Nina yang duluan berkomentar, "Ini kita nunggu sampai taksinya pergi kenapa ya... kan nggak ada siapa-siapa di sana."

Gaza masih melihat ke arah taksi itu, sebelum akhirnya menghela napas dan mengalihkan pandangannya menatap Nina, bersiap mengatakan--

...tadi dia mau ...mengatakan apa?

Karena saat Gaza menatap Nina, dia kehilangan kata-kata. Seperti gelembung sabun yang ditusuk, detik ini ada, detik selanjutnya menghilang....

Di depan gerbang rumah Mula, ada pohon kersen yang besar dan rindang, meneduhi sebagian besar halaman luar pagar.

Nina dan Gaza ada di bawahnya.

Love SickWhere stories live. Discover now