Episode 58: Bahagia dan Tangisan

11 2 2
                                    

"Tentu saja enak. Kalau gak enak, bukan masakan Ibu namanya" jawab Bella sambil mengunyah cookies tersebut dengan begitu menikmati.

"Kalau begitu habiskan cookiesnya, Ibu mau melanjutkan pekerjaan Ibu sedikit lagi" ujar Bu Riska langsung menuju dapur dan Bu Layla pun duduk di bawah bersama anak-anak, lalu Laura dan Nathalie juga ikut duduk di bawah.

"Aku ingin tambah lagi" ucap Nathalie mengambil cookies kembali dan ia pun menikmatinya.

"Ouh ya, Nak Laura, apakah akhir-akhir ini kamu sibuk?" tanya Bu Layla sambil menatap wajah Laura.

"Tidak Bu, ada apa memangnya?" jawab Laura sekaligus bertanya.

"Anak-anak kepengen kamu datang ke sekolah, karena besok di sekolah mereka akan diadakan pentas seni, dan mereka ingin menunjukkan bakat mereka di depan kamu. Apa kamu bisa datang. Kalau kamu mau datang bersama sahabat kamu juga boleh" jawab Bu Layla dengan jelas, sambil tersenyum.

"Wah, tentu saja Laura mau datang. Kebetulan besok Laura tidak sibuk, dan besok Laura akan datang ke sekolah, untuk melihat mereka semua yang akan menampilkan bakat mereka. Pasti seru banget. Apa Ibu juga akan ikut?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya, dan mengunyah cookies tersebut.

"Tentu saja Ibu dan Ibu Riska akan datang ke sekolah, kan kami Ibu dari mereka. Tapi mereka akan lebih bahagia lagi, kalau kamu datang juga. Terima kasih banyak, kalau kamu mau datang besok, Nak. Maaf kalau kami sering merepotkan kamu" kembali tersenyum.

"Sama sekali tidak merepotkan Laura Bu. Laura malah bahagia, karena bisa bertemu dengan kalian, dan dengan dipertemukannya dengan kalian, hidup Laura menjadi lebih berwarna lagi" ucap Laura memegang kedua tangan Bu Layla dan ikut tersenyum.

Disisi lain, Nathalie bermain dengan anak-anak, sambil mengemil cookies yang ada di atas meja.

Keesokan paginya, di mana Laura baru bangun, karena kemarin malam Laura cukup pulang malam bersama Nathalie, dari rumah anak-anak, "huaa," menguap, dan langsung duduk, sambil mengusap matanya yang masih sedikit lengket.

Laura pun meregangkan badannya, lalu turun dari tempat tidurnya, dan membuka gorden jendelanya.

"Selamat pagi dunia yang begitu bahagia" tersenyum tipis, dan langsung duduk di atas tempat tidur kembali, lalu mengambil ponselnya.

"Halo Nathalie, apa kau jadi untuk menemaniku untuk ke sekolah anak-anak. Kalau tidak jadi juga tidak apa-apa?" tanya Laura.

"Maaf banget ya, Sayang. Aku baru saja dihubungi oleh atasanku, kalau hari ini akan dilaksanakan rapat penting, dan aku tidak bisa menemanimu. Maaf banget ya Laura, tidak apa-apa kan"

"Yaudah deh, gapapa. Lagian pekerjaanmu lebih penting, karena itu adalah penghasil uangmu. Kalau begitu sudah dulu deh, karena aku mau mandi dulu, baru bangun soalnya. Dah"

"Dah juga, Sayang" langsung mematikan panggilan tersebut, dan Laura pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah beberapa menit mandi. Laura pun langsung mengenakan pakaian sedikit berbeda, yaitu dress bunga dan ia pun langsung merias wajahnya di depan cermin.

Beberapa menit pun berlalu, dan Laura sudah merias dirinya, dan sudah mengenakan pakaian dress dan sedikit berbeda dari hari sebelumnya. Laura pun langsung keluar dari kamarnya, lalu turun menuju meja makan.

Di meja makan, Ayahnya sedang membaca koran seperti biasa, sambil menikmati kopi hangatnya, dan Ibunya sedang membuat sarapan, "pagi Ayah dan Ibuku" ucap Laura begitu bahagia, dan seperti biasanya duduk disamping Ayahnya.

Sontak Ayah dan Ibunya langsung menatap dirinya, dan menatapnya sedikit berbeda, tidak seperti biasanya, "ada apa dengan Ayah dan Ibu, kenapa seperti patung begitu?" tanya Laura yang bingung, sambil menaikkan alisnya.

"Apa ini benar-benar Laura?" tanya balik Ayahnya.

"Ya iyalah, jadi siapa lagi, kalau bukan anak Ayah yang paling cantik. Ada apa memangnya, apa Laura tidak cocok mengenakan dress bunga ini?" jawab Laura sekaligus bertanya kembali.

"Kamu cantik banget hari ini" serentak Ayah dan Ibunya saling memandang, dan kembali menatap wajah Laura.

"Terima kasih banyak, Laura kan memang cantik. Kapan memangnya Laura tidak cantik, hahahah. Bercandaa" ucap Lauda sambil tertawa tipis, dan Ayah Ibunya hanya bisa tersenyum tipis melihat kelakuan Laura yang lucu.

Ibunya pun kembali membuat sarapan dan Ayahnya masih terus menatap wajahnya, "Ayah, jangan menatapku seperti itu. Nanti Ibu cemburu tahu, hahahah" tertawa kembali Laura, sambil mengalihkan wajah Ayahnya ke sisi yang berbeda.

"Habisnya Ayah sedikit kaget saja, karena kamu sedikit berbeda mengenakan dress bunga ini. Gak tahu deh, karena apa, pokoknya kamu berbeda hari ini" jawab Ayahnya kembali tersenyum, dan langsung membawa korannya kembali.

"Sudahlah, jangan terus memuji Laura. Laura jadi salting, ahahah" terus tertawa karena selalu dipuji cantik oleh Ayah dan Ibunya.

"Sudahlah, daripada saltingan, lebih baik kita langsung sarapan, karena sarapannya sudah selesai" ucap Ibunya langsung meletakkan makanan tersebut di atas piring, lalu ia letakkan di atas meja.

Ibunya pun langsung duduk, dan mereka bertiga mulai sarapan bersama, "Laura" panggil Ibunya, dan Laura yang sedang mengunyah makanannya, sontak menatap wajah Ibunya.

"Hm" jawab Laura sambil menaikkan alisnya.

"Bagaimana dengan perkembangan cafe kamu yang terbakar itu. Dan jadinya nama apa yang kamu berikan di cafe kamu itu?" tanya Ibunya langsung menyantap sarapan tersebut, setelah bertanya kepada Laura.

Laura pun langsung menelan makanannya, "alhamdulilah baik Bu, dan nama yang Ibu rekomendasikan itu, tidak jadi Laura buat. Nama cafe itu adalah Cafe Happines Exists. Cafe itu akan dipenuhi dengan kebahagiaan orang-orang yang menikmati kopi Laura itu Bu. Bagaimana Bu, Ayah, apa itu bagus?" jawab Laura sekaligus bertanya kepada Ayah dan Ibunya.

"Itu nama yang bagus, Sayang. Ibu sangat bersyukur memiliki anak seperti kamu, yang pandai disemua bidang, dan tidak menyusahkan kedua orangtuanya. Ibu dan Ayah benar-benar bangga dan sangat sayang kepada kamu, Nak. Benar kan itu Ayah"

"Tentu saja. Ini kan anak Ayah yang paling cantik dan baik hati. Semoga kamu dipertemukan dengan pria yang benar-benar mencintai kamu tanpa harta, Sayang. Dia mencintai kamu, karena hati kamu yang baik, dan semoga saja kamu bahagia dengan pasangan kamu nanti. Aminn" mendoakan Laura.

"Aminn, makasih banyak Ayah dan Ibu, kalian memang orangtua yang the best buat Laura juga. Makasih udah mau sabar menghadapi Laura yang sedikit cerewet dan membuat onar ini. Laura sangat bersyukur bisa hadir di dunia ini bersama Ayah dan Ibu" bahagia Laura dan berhenti memakan sarapannya, karena tiba-tiba saja ia meneteskan air matanya.

"Kamu jangan nangis, Sayang. Ayah sangat sayang sama kamu" mengelus rambut Laura.

"Ibu juga sayang sama kamu, Nak" mengelus bahu Laura, dan tersenyum bersama.

Akhirnya Laku JugaWhere stories live. Discover now