Episode 10: Memasak

22 10 4
                                    

Sesampainya di kantor polisi, Laura pun langsung turun dari mobilnya dan masuk ke dalam kantor polisi tersebut. Dan betapa terkejutnya Laura, karena pelaku yang membakar cafenya adalah orang yang sempat dekat dengannya.

"Kau Kevin kan. Dasar, beraninya kau membakar cafeku. Apa salahku padamu hah!" tegas Laura kepada Kevin.

"Sabar mbak, sabar," ucap polisi tersebut menenangkan Laura yang emosi.

"Bagaimana saya mau sabar pak. Dia yang sudah membakar cafe saya dan dia harus diberikan hukuman yang setimpal atas perbuatannya itu!" ujar Laura kembali marah.

Kevin berdiri dan terlihat tangannya yang sudah diborgol oleh polisi, "aku melakukan semua ini, karena aku membencimu. Kenapa dengan mudah kau mengatakanku pria buaya dan kau sok jual mahal begitu. Kau itu tidak laku, jadi jangan sok jual mahal," jawab Kevin dengan jelas dan tertawa dihadapannya.

"Bagaimana aku tidak marah. Aku melihat dengan kepalaku sendiri, kau sedang berciuman dengan wanita lain. Apa aku tidak pantas marah hah. Baru kali ini aku melihat pria modelannya seperti ini. Dasar murahan!" tegas Laura sampai melotot dan menahan air matanya.

Saat Laura sedang marah dihadapan Kevin. Tiba-tiba saja Kevin menampar pipinya, "pak polisi, cepat masukkan saya ke penjara. Saya tidak mau berhadapan dengan wanita sok jual mahal seperti ini, padahal aslinya dia mau saja dengan pria manapun, atau terbilang wanita murahan. Hahahah, dasar wanita bodoh," tertawa bahagia Kevin.

"Dasar pria bodoh, buaya, payah, jelek. Aku membencimu dan aku tidak akan membiarkanmu tenang di penjara. Pak, berikan pria itu hukuman yang setimpal, atas apa yang telah dia lakukan dan yang dia lakukan pak, saya mohon," memohon Laura kepada komandon polisi tersebut.

"Baiklah, kami akan mengurus masalah ini sampai tuntas. Bawa dia ke sel penjara" perintah komandan tersebut kepada polisi yang menahan Kevin.

"Baik pak, cepat kau masuk ke dalam sela!" tegas polisi tersebut kepada Kevin.

"Semoga kau tidak akan pernah mendapatkan pasangan dan jika kau mendapatkan pasangan, kau akan dipenuhi dengan banyak masalah. Kau tidak akan hidup tenang, karena aku akan selalu berdoa, agar kau tidak memiliki pasangan sampai kau mati," teriak Kevin mengutuk Laura dan Kevin langsung di masukkan ke dalam ruang sel penjara.

"Astaga, jangan sampai itu terjadi ya tuhan," ucap batin Laura sambil menghela napas panjang.

"Apa anda baik-baik saja, kenapa hidung anda keluar darah?" jawab polisi tersebut sekaligus bertanya.

"Hah, berdarah," memegang hidupnya dan ternyata hidungnya benar-benar berdarah.

"Ouh, mungkin saja karena kejadian tadi itu pak. Kalau begitu, saya duluan ya pak dan kalau terjadi sesuatu dengan pria itu, hubungi saja saya pak. Saya akan langsung datang ke mari," ucap Laura sambil tersenyum dan membersihkan darah yang keluar dari hidungnya dengan tisu yang ia bawa di tasnya.

"Baik Bu Laura. Kalau begitu anda hati-hatilah di jalan karena ini sudah malam," ikut tersenyum polisi tersebut dan mempersilahkan Laura untuk keluar.

Di luar kantor polisi, Laura berdiri di depan kantor polisi tersebut, "aku berharap kau mati di dalam sana Kevin," mendoakan Kevin mati dan Laura langsung masuk ke dalam mobilnya, lalu pergi dari tempat tersebut.

Sesampainya di rumah, Laura langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Di dalam rumah tidak ada siapa-siapa, "mungkin semuanya sudah tidur. Baguslah," ujar Laura langsung masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamarnya, Laura pun mengambil kotak obat dan ia langsung duduk di atas tempat tidur, "gini kalau lagi banyak masalah, bawaannya kepikiran terus. Jadinya gini eh, mimisan, astaga," ucap Laura sambil menahan darahnya dengan kapas, agar tidak terus keluar.

"Aku harus kuat menjalani semua cobaan ini. Aku yakin, aku pasti bisa melewati ini semua. Walaupun hinaan dan awan gelap terus hadir dihidupku. Aku percaya, dibalik awan gelap itu, akan ada pelangi yang begitu indah yang akan datang kepadaku dan memberiku kebahagiaan yang tiada henti," menghela napas panjang dan tersenyum tipis.

"Lebih baik aku mandi dan setelah mandi tidur. Aku tidak boleh memikirkan apapun dan aku tidak boleh stress karena masalah ini saja. Kau harus kuat Laura," ujar Laura langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Keesokan paginya, di mana Laura sudah bangun dan sedang membuat sarapan pagi di dapur, "aku lagi kepengen masak. Udah lama gak bikin sarapan buat keluarga," tersenyum dan membuat sarapan capcay bakso bersama sayuran dan ikan nila saus tomat.

"Hm, harum apa ini. Harum banget, apa yang anak Ayah bikin nih?" tanya ayahnya sambil tersenyum dan duduk dikursi.

Laura berbalik badan, untuk menatap wajah ayahnya, "lagi buat sarapan Ayahku sayang. Omong-omong, Ibu di mana?" jawab Laura sekaligus bertanya.

"Ibu mu masih tidur, katanya kelelahan karena kemarin habis arisan dengan teman-temannya dan mereka jalan-jalan. Oh ya, tumben banget kamu buat sarapan sayang," jawab ayahnya terus tersenyum kepada Laura.

"Lagi kepengen saja, lagian Laura pengen membuat sarapan yang akan membuat Ayah terus nambah deh, Laura yakin itu. Tadi Laura sudah menyuruh bibi untuk membersihkan rumah saja dan Laura yang membuat sarapan. Jadinya Laura deh yang membuat sarapan untuk kita semua," ucap Laura dengan jelas dan kembali berbalik badan untuk melihat masakannya

"Anak Ayah memang pengertian deh, bisa semuanya. Oh ya, apa Ayah bisa numpang mobil kamu, soalnya mobil ayah lagi rusak sayang," ujar ayahnya.

"Boleh Ayah, nanti kita pergi bersama. Kebetulan Laura mau melihat cafe yang terbakar," jawab Laura kembali tersenyum.

"Hah, maksud kamu apa. Cafe mana yang terbakar dan milik siapa?" tanya ayahnya.

"Cafeku Ayah, yang ada di Jalan Tanah Abang dan untung saja pelakunya sudah ditemukan. Jadi Laura sudah tenang sekarang," jawab Laura.

"Astaga, kenapa itu semua bisa terjadi. Banyak sekali orang yang tidak suka denganmu sayang. Maka sebab itu, kamu harus jaga diri kamu baik-baik. Karena banyak pria di luaran sana yang menginginkan kekayaanmu, bukan perasaan kamu. Jadi kamu dengarkan apa yang Ayah katakan ini. Kamu paham kan sayang, ini demi kebaikan kamu juga nak," menasehati Laura dengan lembut.

"Iya Ayah, aku paham dengan apa yang Ayah katakan. Aku akan menjaga diri dan akan memilih pria yang terbaik bagi diriku. Kalau begitu, makanannya sudah jadi dan aku akan memanggil Ibu dulu deh. Apa Ayah bisa membantuku, untuk merapikan makanan di atas meja," meminta bantuan.

"Tentu saja sayang. Biar Ayah bantu kamu, sini," langsung berdiri dan membantu Laura menyajikan makanan di atas meja.

"Kalau begitu, Laura mau manggil Ibu dulu," langsung menuju kamar ibunya, untuk membangunkan ibunya yang masih tidur.

Sesampainya di depan kamar ibunya, Laura pun langsung masuk ke dalam kamar. Saat Laura masuk ke dalam kamar ibunya, ternyata

Akhirnya Laku JugaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant