Episode 39: Air Mata

10 4 1
                                    

Setelah keluar dari mobil. Laura pun langsung masuk ke dalam restoran tersebut. Dan di dalam cafe tersebut sudah ada Candra yang menunggunya, dengan sebuah bucket ditangannya.

"Sayang, akhirnya kamu datang juga. Aku udah nunggu kamu dari tadi lho" ucap Candra langsung berdiri dan tersenyum.

"Tadi ada kesibukan di rumah. Omong-omong, ada apa kamu mengajak bertemu. Apa yang ingin kamu katakan padaku?" jawab Laura sekaligus bertanya, dan tanpa ekspresi.

"Kok wajah kamu gitu sih, Sayang. Ada apa dengan kamu?"

"Aku tidak apa-apa kok. Kalau begitu, katakan saja apa yang ingin kamu katakan padaku?" jawabnya sekaligus bertanya.

"Sebenarnya, ada hal penting yang mau aku katakan kepadamu. Tapi sebelum itu, terimalah bucket bunga ini, Sayang. Aku tadi sekalian melewati toko bunga, jadi aku beliin buat kamu deh. Diterima ya, Sayang" jawab Candra memberikannya kepada Laura, namun Laura meletakkannya di atas meja dan tidak ada ekspresi senang atau bahagia.

"Oh, terima kasih banyak. Hal apa yang ingin kamu katakan, cepat, soalnya aku masih punya pekerjaan lagi yang harus aku kerjakan" ujar Laura melipat kedua tangannya dan menaikkan alisnya kepada Candra.

"Kamu jangan marah gitu dong, Sayang. Maafin aku kalau aku ada salah. Jadi, aku mengajak kamu ke sini, karena aku ingin melamar kamu menjadi istriku. Apakah kamu bersedia menjadi pasangan hidupku. Karena aku benar-benar mencintaimu, Sayang" jawab Candra langsung berlutut dan menunjukkan cincin kepada Laura.

Laura pun langsung berdiri dengan emosi yang melambung. Semua orang menatap ke arah mereka berdua dan mengucapkan kata-kata bahagia untuk mereka.

"Terima, terima, terima" ucap semua pelanggan yang ada di sekitar mereka.

Dengan rasa emosi, Laura menampar pipi Candra dengan kuat. Sontak semua pelanggan kaget, termasuk Candra.

Candra pun langsung berdiri dan menatap Laura dengan penuh pertanyaan, "kenapa kamu menamparku. Ada apa dengan kamu. Kamu benar-benar aneh tahu?" tanyanya dengan keras dan sedikit nada tinggi.

"Pakai nanyak lagi kamu. Kemarin siang aku melihat kamu berpelukan dengan seorang wanita dan kalian begitu romantis. Kenapa kau masih bertanya ada apa. Benar-benar gila ya kamu!!" jawab Laura dengan tegas dan menatap Candra dengan ekspresi wajah menahan air matanya.

"Kenapa kamu menuduhku selingkuh. Kamu gak punya bukti sama sekali. Tiba-tiba saja kamu menuduhku selingkuh. Aneh kamu"

"Aku punya buktinya. Kamu mau lihat bukti kan, okey, aku bakal tunjukkin buktinya kepada kamu dan kepada semua orang yang ada di sini. Kamu lihat ini" mengambil ponselnya yang ada ditasnya dan memutar video yang sudah ia rekam kemarin siang.

Video tersebut menunjukkan di mana Candra begitu romantis dengan selingkuhannya, dan bahkan mereka sampai berciuman, "ini apa coba, apa ini tidak kamu. Kamu jangan mengelak deh. Sekarang kamu jawab apa hah?" tanya Laura dengan tegas dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya.

"Aishh, sial. Iya, aku memang selingkuh. Kenapa, apa kamu tidak suka. Kamu lihat dia, dia lebih cantik dan punya banyak waktu untukku. Bahkan dia sering datang ke apartemenku dan memberikan kenikmatan kepadaku. Tidak sepertimu, sok alim dan tidak mau melakukan kewajibanmu. Dasar wanita sok jual mahal!!!.

Dengan emosi yang melambung. Laura langsung menaikkan tangannya dan menampar pipi Candra kembali dengan lebih keras dan membuat darah keluar dari hidung Candra, "jangan sekali lagi kamu merendahkanku. Di sini kamu yang salah, dan jangan menyalahkanku. Sadar diri dong. Apa aku tidak cukup baik kepada dirimu dan begitu perhatian kepada kau. Apa itu tidak cukup" tanya Laura meneteskan air matanya karena emosi yang ia pendam.

Tiba-tiba saja Candra mengacungkan tangannya dan menampar pipi kanan Laura. Sontak Laura kaget dan memegang pipinya. Ia pun menatap wajah Candra, "beraninya kamu menamparku. Tolong saya, dia benar-benar pria yang jahat dan suka memukul wanita" teriak Laura dan pelanggan pria langsung menghampiri mereka berdua.

"Hei, luh jangan gitu dong. Dia itu wanita, dan kenapa kau seenaknya menamparnya. Punya akal gak. Mending kau keluar saja, mari" ucap pelanggan pria tersebut langsung menyuruh Candra keluar bersama pelanggan lainnya.

"Jika kau bertemu dengan seorang pria dan pria itu adalah masa depanmu. Semoga kalian terus dihadang oleh masalah dan kalian tidak akan bahagia. Aku tidak akan biarkan itu terjadi" teriak Candra dan langsung keluar dari cafe tersebut sambil diseret oleh pelanggan yang membantu Laura.

"Jangan sampai itu terjadi ya Allah. Jangan sampai" kembali meneteskan air matanya dan kembali duduk dikursinya.

"Permisi Mbak Laura. Ini minuman anda, jangan sedih lagi ya. Karena kalau anda sedih, nanti cantik anda hilang. Dan jangan pikirkan soal pria itu tadi, karena kami akan selalu menjaga orang sebaik anda" ujar barista tersebut yang begitu dekat dengan Laura, karena Laura begitu baik kepada karyawannya.

"Terima kasih banyak. Kalau begitu, kamu bisa kembali bekerja" sahut Laura dan barista tersebut langsung kembali ke dapur.

"Benar-benar menyebalkan. Kenapa aku harus merasakan ini semua. Ini benar-benar menyakitkan, sangat sakit" ucap batin Laura mengusap air matanya, sambil meminum kopinya.

Malam pun tiba. Di mana Laura tidak pulang, dan ia masih tetap berada di cafe dan terus menerung melihat ke luar, "sejuk banget angin nya. Aku lagi tidak ingin pulang, karena aku mau menenangkan diriku sebentar di sini, di tempat yang bahagia versi diriku sendiri" melihat ke arah luar jendela, sambil menikmati kopi hangat seperti biasanya.

Saat sedang melihat ke belakang, tiba-tiba saja ada yang langsung memeluknya dengan erat dari belakang dan ia adalah Nathalie. Sontak Laura kaget dan langsung berbalik badan menatap wajah Nathalie, "Nathalie, akhirnya kamu datang juga. Aku sudah menunggumu dari tadi" langsung memeluk Nathalie dengan erat dan menahan air matanya kembali yang hendak keluar, karena ingin menceritakan sebuah cerita sedihnya kepada Nathalie.

"Apa kau dan Candra benar-benar putus, seperti yang kau katakan ditelpon tadi?" tanya Nathalie langsung duduk disampingnya dan menatap wajah Laura dengan kasihan.

"Tentu saja. Mana mungkin aku mempertahankan pria yang seperti itu. Dia benar-benar pria yang jahat. Dia menamparku dengan kencang, karena aku menunjukkan buktinya, bahwa dia sedang beromantisan dengan wanita lain. Apa aku salah karena menunjukkan video itu Nathalie?" tanya Laura dengan nada rendah, karena ia masih merasa sakit hati dan ia pun mengeluarkan air matanya.

"Kau sama sekali tidak bersalah. Sudahlah, jangan pikirkan pria itu lagi. Bagaimana kalau kita ke pantai, untuk melihat bulan dan bintang-bintang. Mau" ajak Nathalie yang tahu tempat untuk menenangkan Laura.

Laura menganggukkan kepalanya dan mereka berdua langsung keluar dari cafe tersebut lalu masuk ke dalam mobil Laura bersama-sama, dengan Nathalie yang mengendarai mobil tersebut.

Saat di perjalanan, Nathalie terus melirik Laura yang sepanjang jalan hanya diam saja, sambil melihat ke arah luar jendela kaca mobil.

"Dia pasti sakit hati banget. Aku bersyukur, karena dia masih kuat dan tidak melakukan hal yang berbahaya, seperti membunuh dirinya sendiri. Kau benar-benar wanita yang kuat Laura" ucap batin Nathalie tidak tega dengan Laura.

"Nathalie" panggil Laura.

"Hm, ada apa Laura" sahut Nathalie sambil tersenyum.

"Apa aku tidak boleh bahagia. Apa aku tidak boleh merasakan yang namanya kasih sayang dari seorang pria masa depanku. Apa aku memang ditakdirkan untuk terus menderita, dan kenapa masalah terus datang kepadaku. Kenapa, kenapa. Semua pria yang dekat denganku, selalu berakhir dengan penuh rasa sakit hati. Mereka mendoakanku, untuk selalu dipenuhi masalah, saat aku nanti bertemu dengan pria masa depanku"

"Apa aku sejahat itu ya sama Allah, sampai aku tidak bisa merasakan yang namanya cinta?" tanya Laura tidak bisa menahan air matanya, dan air matanya pun menetes dipipinya.

Akhirnya Laku JugaWhere stories live. Discover now