Episode 55: Cafe Dibuka

8 3 0
                                    

"Ini kak, saya mau mengantarkan papan nama yang sudah dipesan atas nama Laura" jawab si pengantar tersebut.

"Ouh, berapa harganya ya kak?" tanya  Monika sambil menaikkan alisnya.

"Pembayarannya sudah dibayar. Saya hanya mengantarkan barang ini saja"

"Baiklah. Kalau begitu terima kasih banyak kak" ucap Monika langsung mengambil barang tersebut dan si pengantar pun pergi.

Monika pun langsung masuk ke dalam, "ini pesanan anda Bu Laura"

"Wah, cepat juga. Kalau begitu, tolong kamu pasangkan papan ini di atas cafe ya Nick" perintah Laura.

"Baik Bu Laura" jawab Nick langsung mengambil papan tersebut dan barista pria lainnya mengikuti dari belakang, untuk membantu memasang papan tersebut.

"Kalau begitu, kamu Monika ambil papan buka dan tutup, lalu letakkan di depan itu. Karena cafe sudah kembali buka" perintah Laura kembali.

"Siap Bu Laura" bergegas mengikuti perintah Laura.

"Yang lainnya lakukan pekerjaan kalian masing-masing"

"Siap Bu Laura" serentak semua barista yang ada di dalam cafe tersebut.

Laura pun keluar untuk melihat papan yang sedang dipasang, "wah, bagus banget. Nama dan nuansa cafenya benar-benar cantik. Saya suka jadinya" tersenyum bahagia, sambil melihat papan nama cafenya.

"Apa miring Bu Laura?" tanya Nick dari atas.

"Tidak. Pas kok" jawab Laura sambil mengacungkan jempol kanannya.

"Okey, selesai" ucap semua barista pria, termasuk Nick.

Nick pun langsung turun ke bawah dan semua berkumpul dihadapan Laura, "kalau begitu kalian kembali bekerja. Karena cafe resmi buka kembali, dan mari kita masuk dulu, untuk pemotongan kue" ujar Laura, dan mereka semua langsung masuk ke dalam cafe kembali, termasuk Laura.

Di dalam cafe, "eh, semuanya berkumpul dulu. Saya lupa, kalau kita ada satu acara, yaitu pemotongan kue dan peniupan kue" panggil kepada semua barista yang sedang bekerja.

Semuanya pun berkumpul, dan Laura langsung membuka kotak cake tersebut di atas meja, dan semua menatap cake tersebut. Laura pun memasangkan lilin di atas cake tersebut, dan menyalakan lilin tersebut dengan mancis yang dimiliki oleh Nick.

"Kalau begitu, kita berkumpul memutar, biar semuanya dapat meniup lilinnya. Cepat" perintah Laura dan semua barista mengikuti perintah Laura.

"Kalau begitu, dalam hitungan 1, 2, 3, kita tiup lilinnya bareng-bareng ya"

"Siap Bu Laura" jawab semua barista dengan bahagia.

"Sebelum meniup lilin, baiknya kita berdoa untuk perkembangan cafe ini"

"Semoga saja cafe ini semakin berkembang, dengan digantinya nama baru cafe ini. Dan semoga saja cafe ini terus dipenuhi dengan kebahagiaan" ucap Laura sambil tersenyum.

"Semoga cafe semakin membaik, tanpa ada masalah. Dan semua orang yang datang ke sini dipenuhi kebahagiaan" ujar Monika dan semuanya mendoakan untuk cafe Happiness Exists.

"Kalau begitu, mari kita tiup lilinnya, dalam 1, 2, 3," semua barista termasuk Laura langsung meniup lilin tersebut, dan mereka semua bertepuk tangan.

"Kalau begitu, Bu Laura potong kuenya" ucap Nick dan Laura pun memotong cake tersebut.

"Nih, untuk kalian semua. Dimakan cakenya, sebelum bekerja. Nih" langsung membagikan cake yang sudah ia potong, lalu ia letakkan di piring kecil, dan ia bagikan kepada semua baristanya.

Semua barista langsung menyantap cake tersebut, termasuk Laura, "bagaimana rasanya, enak bukan?" tanya Laura sambil mengunyah cake tersebut.

"Enak banget Bu Laura. Bu Laura beli di mana, baru kali ini saya mencoba cake seenak ini, dan rasanya seperti berada di surga" jawab Claudia sekaligus bertanya.

"Kalau kalian mau, nanti akan saya kirim lokasinya. Di sana cakenya benar-benar enak. Kalian harus beli deh" ucap Laura sambil tersenyum.

Selesai makan cake bersama. Semua barista langsung mengerjakan pekerjaannya masing-masing, dan Laura pun langsung keluar untuk menyapa pelanggan yang datang.

Pelanggan pun mulai berdatangan, karena melihat nama cafe Laura yang baru, "halo kak, kelihatannya cafenya baru ya?" tanya pelanggan langganan Laura.

"Iya nih, biar lebih enak saja. Warna cafenya juga baru kok, tentunya menunya tidak akan berubah, sama-sama enak. Kalau begitu, silahkan minum di dalam, dan nikmati suasana baru di dalam cafe" jawab Laura dengan begitu sopan, sambil tersenyum bahagia.

Pelanggan lainnya mulai berdatangan, "selamat datang di cafe Happiness Exists. Kalau mau foto-foto, bisa langsung ke belakang cafe saja, karena di sana ada taman bunga yang indah, untuk berfoto" memberitahukan kepada pelanggan yang datang.

"Baik kak, terima kasih banyak" ikut tersenyum dan langsung masuk ke dalam cafe tersebut.

Disisi lain, ada seorang pria yang datang dengan mengenakan motor besar, sambil mengenakan helmnya. Laura pun melihat pria tersebut, karena baru kali ini ia melihat ada seorang pria mengenakan motor besar di cafenya.

"Siapa pria itu. Keren juga motornya" ucap Laura sambil menaikkan sebelah alisnya.

Pria tersebut membuka helmnya dan Laura sedikit terkejut, karena pria yang mengendarai motor besar tersebut adalah Revandra. Revandra pun menghampiri Laura.

"Halo, hei, kenapa melamun" menyadarkan Laura yang melamun melihat Revandra.

"Eh, Revan. Tumben banget kau menaiki motor, biasanya naik mobil?"  sadar Laura dan ia langsung bertanya.

"Lagi kepengen saja. Omong-omong, cafemu sudah buka ya?" jawab Revandra sekaligus bertanya.

"Iya, cafeku sudah buka kembali. Apa mau minum kopi" ucap Laura sambil tersenyum tipis.

"Aku memang mau minum kopi. Lagi kepengen. Kenapa kau ada di luar, apa sedang meminta uang?" tanya Revandra mengejek Laura.

"Apaan sih, aku sedang ramah kepada pelanggan. Jangan banyak bicara, kalau belum tahu kebenarannya. Kalau begitu masuk sana" jawab Laura jadi sedikit kesal, dengan ucapan Revandra.

"Jangan ngamuk gitu dong. Pembeli itu raja. Kalau begitu aku masuk dulu" langsung masuk ke dalam dan tertawa tipis melihat wajah Laura yang kesal.

"Dia suka banget bikin orang kesal. Lama-lama ku timpuk juga tuh mulut" ucap Laura menghela napas panjang, dan menenangkan dirinya.

Saat Laura sedang menenangkan dirinya, tiba-tiba saja ada yang mengagetkannya dari belakang, "halo Laura sayang" ujar yang tidak lain lagi ialah Nathalie.

Sontak Laura kaget, "eh matamu lima" kaget Laura langsung berbalik badan dan menatap wajah Nathalie, sambil memegang dadanya karena kaget.

"Nathalie, kau membuatku kaget saja. Astagaaa" kesal kembali Laura.

"Kenapa sih kau, kelihatannya kau tidak baik-baik saja hari ini?" tanya Nathalie sambil menaikkan alisnya.

"Aku baru saja dibuat kesal oleh seorang pria menyebalkan" jawab Laura.

"Pria siapa memangnya. Apa kau sedang dekat dengan seorang pria. Cieee, kenapa tidak cerita denganku sih. Siapa pria itu, siapa namanya?" tanya Nathalie, dengan pertanyaan yang begitu banyak.

"Kau sudah seperti wartawan saja. Aku belum siap berbicara, kau sudah menerobos saja"

"Ya maaf, namanya aku penasaran. Kalau begitu pria siapa?" tanya Nathalie kembali, dengan pertanyaan yang sama.

Akhirnya Laku JugaOnde histórias criam vida. Descubra agora