Episode 31: Siapa Miko?

16 7 1
                                    

Sontak Candra kaget, "eh, Sayang, kamu ternyata. Aku kira siapa tadi. Ini, bucket bunga untuk kamu, karena kamu sudah bersusah payah untuk memberi surprise toko ini kepada mereka" ucap Candra langsung memberikan bucket bunga tersebut.

"Terima kasih banyak. Omong-omong, tadi kan kamu bilangnya kalau kamu lagi sibuk, kenapa sekarang malah datang?" tanya Laura sambil menaikkan alisnya.

"Sebenarnya, tadi aku mencoba minta izin ke Bos aku. Ternyata Bos aku langsung memberikan aku izin untuk datang menemui kamu. Jadinya aku bisa menemui kamu deh" jawab Candra sambil tersenyum.

"Baguslah. Kalau begitu, kamu nikmatilah makanannya, karena banyak kok makanan yang ada di sini. Oh ya, wanita itu tadi siapa?" tanya Laura kembali.

"Hm, dia hanya temanku saja. Kami pernah bertemu di jalan, saat dia kesusahan mengambil tomatnya yang berantakan, jadinya aku membantunya deh. Sejak saat itu kami jadi kenal satu sama lain" jawab jelas Candra, entah itu benar atau hanya ucapan yang ia keluarkan dari mulutnya dan tidak fakta.

"Kamu benar-benar pria yang baik. Tidak salah aku memilih kamu sebagai pacar aku. Kamu memang yang terbaik" ucap Laura mencubit kedua pipi Candra.

"Aduh, sakit tahu, Sayang. Omong-omong, apa acaranya sudah selesai?" tanya balik Candra sambil mengelus kedua tangan Laura.

"Belum, tinggal acara doa aja, setelah itu, baru selesai" jawab Laura ikut tersenyum, saat Candra tersenyum kepadanya.

Jam 22.00 malam pun tiba. Di mana acaranya sudah selesai dan Laura sudah mengantarkan Ibu angkatnya bersama anak-anak kembali ke rumah. Sekarang, Laura sedang dalam perjalanan menuju rumahnya.

"Fyuh, akhirnya siap juga acaranya. Ayah dan Ibu tidak tahu, kalau aku membuat acara ini. Lagian, mereka benar-benar sibuk dan tidak bisa aku ajak ke mana-mana. Hanya waktu luang saja, baru mereka bisa pergi bersamaku. Tapi gapapa, yang terpenting, aku masih mempunyai keluarga yang utuh dan aku masih bisa berbagi dengan orang yang membutuhkan" ucap Laura bahagia dengan hari ini.

Keesokan paginya. Laura terlambat bangun, karena ia kelelahan, akibat kemarin malam. Laura pun membuka matanya perlahan-lahan, dan mengambil ponselnya yang ada disampingnya, untuk melihat jam.

"Masih jam 06.00 WIB. Masih pagi" ucap Laura mengusap matanya dan langsung duduk.

Saat Laura sedang melamun. Tiba-tiba saja ada sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Laura pun langsung melihatnya dan itu adalah pesan dari Candra.

Candra mengirimkan sebuah foto dirinya yang sudah berada di perusahaan dan sedang minum kopi di kantin, " assalamualaikum, selamat pagi, Sayang. Apa kamu sudah bangun cantik" ucap Candra di dalam pesan tersebut.

"Hahahah, dia begitu menggemaskan sekali. Sampai mengirim pap seperti itu. Aku belum mandi, jadi malas deh buat mengirimkan pap untuknya. Aku balas aja deh" ujar Laura membalas pesan Candra.

Balasan pesannya, "kamu cepat sekali datang bekerja. Sedangkan aku masih di dalam kamar dan baru bangun tidur. Semoga kamu bisa menghadapi hari ini tanpa masalah apapun. Aku ada di sini untukmu, Sayang" balasan Laura untuk pesan Candra.

"Apa kita bisa video call?" tanya Laura yang rindu dengan wajah Candra.

"Maaf banget ya sayang. Di ruanganku masih ada karyawan lainnya, nanti saja ya. Kalau nanti sudah tidak ada karyawannya, baru aku akan mengajak video call kamu. Gapapa kan, Sayang" jawab Candra.

"Yaudah deh. Kalau begitu, sampai jumpa nanti sayang. Soalnya aku mau bekerja juga. I love you" balasan Laura kembali untuk Candra.

"I love you to"

Setelah selesai, Laura pun langsung mematikan ponselnya dan bergegas mandi, "hari ini aku akan mengajak Ibu dan anak-anak untuk berbelanja bahan-bahan cake di mall. Sekalian menghilangkan rasa rinduku kepada Candra. Nanti bisa-bisa aku terus memikirkannya lagi" ucap batin Laura senyum sendiri.

"Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta kepada Candra. Jadi begini rasanya jatuh cinta. Indah banget ya Allah" kembali tersenyum dan langsung masuk ke dalam kamar mandinya.

Setelah beberapa menit. Laura pun selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian rapi seperti biasanya untuk bepergian, "okey, pakaian sudah, sekarang tinggal riasan saja" duduk dikursi depan kaca riasnya dan mulai merias wajahnya.

Akhirnya riasan pun selesai, hanya dalam beberapa menit saja. Setelah itu, Laura pun mengambil ponselnya dan memasukannya ke dalam tasnya, lalu ia keluar dari kamarnya dan turun menuju meja makan.

Saat di meja makan, Ayahnya sedang memotong cabai dan Ibunya sedang memasak, "pagi semuanya" ucap Laura dengan bahagia.

Sontak Ayah dan Ibunya menatap wajahnya, "pagi juga. Oh ya, ada hal yang mau Ayah tanyakan kepada kamu" sahut Ayahnya dan Laura langsung duduk disampingnya.

"Apa itu Ayah?" tanya Laura, sambil menaikkan alisnya.

"Apa kemarin malam acara pembukaan toko cake kamu?" tanya balik Ayahnya.

"Benar Ayah. Itu bukan toko milik Laura, tapi milik anak-anak bersama Ibu yang Laura ajak dari kolong jembatan waktu itu. Kan Laura pernah menceritakannya kepada Ayah, masa Ayah lupa sih" jawab Laura dengan jelas.

"Iya, Ayah tahu kok. Tapi, kenapa kamu tidak mengajak Ayah dan Ibu kamu. Kan kami ini Ayah dan Ibu kandung kamu. Kenapa malah pacar kamu yang datang dan tidak mengajak kami. Ayah jadi kesal kepada kamu" ucap Ayahnya kesal dengan Laura dan kembali melanjutkan memotong cabai merah tersebut.

"Ouh, soal itu aku takut mengganggu pekerjaan kalian berdua, makanya Laura tidak memberitahukan hal ini kepada kalian. Tapi Ibu sudah tahu kok, kalau Laura akan membelikan toko cake kepada anak-anak jalanan itu" jawab Laura mengelus lengan kanannya Ayahnya.

"Iya juga sih. Akhir-akhir ini Ayah sangat disibukkan dengan proyek dan rapat yang begitu banyak. Tapi, setidaknya kamu memberitahukan hal ini kepada Ayah. Bahkan Ibu kamu saja tidak mau memberitahu Ayah, bagaimana Ayah tidak kesal dengan kamu" sahut Ayahnya yang masih kesal karena tidak diberitahukan akan memotong pita pembukaan resmi toko cake tersebut.

"Maafin Ayah deh Laura. Lain kali Laura tidak akan melakukan hal ini lagi kepada Ayah. Laura janji akan memberitahukan apapun lebih awal kepada Ayah. Mari berjanji" ujar Laura menunjukkan jaring kelingkingnya dan Ayahnya langsung menatap wajahnya.

"Janji" ucap Ayahnya yang meraih kelingking Laura dan menyatukannya dengan jari kelingkingnya.

"Ayah tidak marah lagi kan?" tanya Laura dengan lembut dan menatap memohon maaf kembali kepada Ayahnya.

"Tidak, Ayah sudah memaafkan kamu, Sayang. Kalau begitu, mari bantu Ayah untuk memotongi bawang ini. Ibu kamu mau membuat makanan yang enak katanya" tutur Ayahnya.

"Baiklah. Memangnya, masakan apa yang mau Ibu buat, Laura jadi penasaran deh?" tanya Laura kepada Ibunya yang sedang fokus memasak.

"Ada deh, kalian lihat saja nanti" jawab Ibunya sambil tersenyum.

"Oh ya Nak, apa kamu tidak mau melihat Miko" tanya Ayahnya.

"Hah Miko. Memangnya Miko sudah sembuh Yah?" tanya balik Laura langsung berdiri dan menatap wajah Ayahnya.

Akhirnya Laku JugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang