LAUNDRY

27 9 1
                                    

Ashana mengakui jika dia memendam rasa iri dan dengki yang mendalam kepada Myla. Gadis itu berhasil menggantikan peran Ashana sebagai penguntit Kelvin. Bukan hanya karena wajah Myla yang cantik, tetapi juga tentang karirnya yang secerah masa depan rafathar.

Bisa dikatakan, masa depan Kelvin dan Myla itu sama. Terlahir dari keluarga pebisnis yang kaya raya membuat semua orang merasa jika mereka cocok untuk dijodohkan. Kelvin adalah pewaris tunggal PT. MANDRAJAYA sedangkan Myla adalah pewaris dari salah satu restoran di Cina cabang kedua milik alm kakeknya.

"gue emang bukan pewaris kayak mereka, gue cuman anak pungut yang cuman ngandelin ibu angkat gue."

"gue ga seberuntung itu untuk bisa menyamai posisi Kelvin dan Myla."

"tapi gue–Ashana Zeline, juga bisa ngebuktiin ke kalian kalo gue bukan anak manja yang cuman bisa minta ke ortu." tekadnya kuat.

Saat ini, gadis berkacamata tebal itu sedang berada di halaman parkir sebuah ruko laundry.

Sesuai yang dikatakan Grace kemarin, sepulang sekolah, ia mampir ke tempat dimana dia bisa bekerja dan mencari uang. Ia yakin jika dirinya akan diterima sebagai salah satu karyawan di tempat tersebut, mengingat Ashana memiliki backingan orang dalam semua akan dipermudah.

Saat setelah ia menginjakkan kaki di dalam ruko, betapa terkejutnya ia kala melihat ruangan itu sudah dipenuhi dengan beberapa keranjang pakaian yang diperkirakan milik para pelanggan.

Seorang wanita yang berumur 6 tahun lebih tua dari Ashana menghampiri calon karyawannya itu yang masih dibuat terperangah dengan usaha laundry yang baru saja dibuka tetapi sudah mendapatkan banyak pelanggan.

"kamu Ashana ya?" tanya wanita itu ramah.

Ashana mengangguk hormat. Pasti perempuan tersebut adalah atasannya.–pikirnya.

"mari ikut ke ruangan saya sebentar." pintanya  lembut. Ashana yang tahu jika dia akan melakukan sesi interview langsung mengekori atasannya dari belakang.

Sesampainya di ruangan serba putih yang penuh dengan lembaran kertas-kertas penting, Ashana diminta untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu.

"sebelumnya, perkenalkan nama saya Laura Cintiyawati. Panggil saja Laura. Saya adalah manager yang ditugaskan beliau untuk mengurus cabang usaha laundry yang kelima puluh dua." wanita itu mulai memperkenalkan dirinya.

"saya sudah tahu detail mengenai kamu, jadi saya tidak perlu menanyai kamu lebih lanjut."

"saya hanya ingin bertanya satu hal sama kamu. Mengapa kamu sangat ingin bekerja di sini? Bukankah kamu sudah memiliki banyak uang dari nyonya Margaretta?" Pertanyaan Laura mendapat respon tak sedap dari Ashana, gadis itu sempat terkejut namun beberapa detik kemudian ia menyadari satu hal, Grace–cowok itu pasti sudah memberitahu latar belakang dirinya kepada Laura.

"saya hanya ingin menjadi pribadi yang lebih mandiri, bu." jawab Ashana setengah gugup.

Laura manggut-manggut, kemudian ia memberikan selembaran kertas yang dilapisi portofolio berwarna biru. Pada lampiran tersebut tertera beberapa perjanjian yang harus Ashana tanda tangani.

"silahkan kamu baca dulu, kalau kamu setuju. Kamu bisa tanda tangan di sini." Laura menunjuk pada satu titik di mana sebuah materai terpasang di bawah nama lengkap Ashana.

3 menit setelah ia membaca perjanjian tersebut, hatinya merasa diberatkan dengan satu hal. Lantas, ia bertanya pada Laura "maaf, apakah saya boleh mengusulkan sesuatu?" tanyanya hati-hati.

Laura mengangguk. Tanpa memotong perkataan Ashana, ia mengizinkan gadis itu mengeluarkan uneg-unegnya.

"bagaimana jika jam bekerja saya dimulai pukul 5 sore sampai jam 10 malam?" Ashana bertanya dengan keringat yang sudah mengucur deras di kepalanya. Padahal di ruangan tersebut sudah terpasang sebuah AC.

KESHANWhere stories live. Discover now