BETWEEN US

36 10 1
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi, para siswa mulai menutup bukunya dan berkemas-kemas guna mengakhiri pembelajaran pada hari itu.

Sebetulnya, setelah pesta demokrasi tadi, murid-murid diperkenankan untuk melakukan kegiatan apa saja asalkan tidak melanggar peraturan sekolah. Namun, karena suatu alasan, tepat pukul 12.00 WIB speaker sekolah berbunyi, dalam pengumuman tersebut dijelaskan bahwasanya mulai jam 12.10 pembelajaran seperti biasa akan dimulai. Sehingga, di jam 17.00 ini para siswa baru diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Kelvin, cowok itu sudah menunggu Ashana di depan kelas XI MIPA 2. Tetapi, manusia yang sedang ditunggunya tidak kunjung menampakkan diri padahal semua murid di kelas itu sudah keluar meninggalkan ruangan.

"adik gue mana?" tanya Kelvin pada sepupunya, Graciano.

"piket." ketus Graciano lalu pergi meninggalkan Kelvin tanpa pamitan.

"ih ada Kelvin itu di depan!"

"eh iyaa, coba lo liat! Ganteng banget ga sih itu?!!!"

"iya ya, kok gue baru nyadar punya ketos se-ganteng itu?"

"gue gebet aja kali ya?"

"emang lo bisa? Dia aja 11 12 sama Grace. Sama-sama dingin."

Ashana yang sedang menyapu lantai kelas merasa jengkel dengan perkataan cewek-cewek di sekelilingnya. Tapi itu tak masalah, karena se-effort apapun mereka untuk mengambil hati abangnya, tetaplah Ashana yang akan diprioritaskan oleh Kelvin. Buktinya, laki-laki itu sudah ada di depan untuk menjemputnya.

"nyari Ashana ya, Vin?" tanya Rena–sekretaris XI MIPA 2 yang kebetulan pada saat itu satu regu piket dengan Ashana.

Kelvin mengangguk sebagai jawaban. Tanpa basa-basi, ia segera menghampiri Ashana yang  sudah selesai menyapu lantai kelas.

Sama seperti Graciano, Ashana pergi keluar kelas tanpa berpamitan dengan kedua teman kelasnya, ah tidak, bahkan Ashana tidak menganggap mereka sebagai temannya.

"jadi pergi ke salon?" Kelvin bertanya kepada Ashana saat mereka berdua berjalan menuju parkiran.

Ashana menggeleng.

"kenapa ga jadi? Lagian tumben banget lo ke salon, biasanya harus dipaksa dulu sama mama." Kelvin mulai mengingat tabiat Ashana yang sedari dulu paling malas kalau berurusan dengan hal-hal berbau dandan. Ia lebih suka tampil sederhana dan se-simple mungkin.

Ashana diam, ia tak berniat menjawab pertanyaan abangnya.

"kenapa diem aja?" tanya Kelvin merasa aneh dengan sikap Ashana.

"ga mood ngomong gue sama lo." ucap Ashana terus terang.

Kelvin menghela nafasnya kasar, ia sudah tahu jika hal ini akan terjadi.

"lo marah karena gue ke kantin bareng Myla?" Kelvin memberhentikan langkah Ashana dengan mencekal tangannya. Jujur saja, ia sudah muak dengan tingkah Ashana yang terus-menerus merajuk.

Ashana dengan kasar melepas cengkraman tangan Kelvin.

"lo juga ninggalin gue sendirian tadi."

"gue udah ngajak lo, tapi lo gamau." jawab Kelvin sambil mengingat-ingat kejadian tadi siang di teras aula.

"mau sampai kapan lo cemburu terus ke gue?" tanya Kelvin lelah.

"cemburu? Shut the fuck up! Gue sama sekali ga cemburu liat lo bareng Myla." Ashana memberikan penekanan di setiap perkataannya, walau sebenarnya itu berbanding terbalik dengan isi hatinya.

KESHANWhere stories live. Discover now