EMPAT MATA

36 15 1
                                    

Taman sekolah terlihat sangat bersih dan segar, belum lagi tanaman hijau yang mengelilingi area tersebut membuat atmosfer di sekitarnya menjadi semakin sejuk.

"gue gabisa lama-lama di sini. Gue harus ngurus adkel. Kalian berdua gue tugasin bersihin ruang musik. Dan lo Grace, lo bisa ngawasin mereka selama ngejalanin hukuman."

"gue bakal balik secepatnya." ucap Kelvin tergesa-gesa kepada Grace, Alvin, dan Ashana. Setelah mengatakan semua itu, Kelvin berlari ke arah gudang sekolah dan kembali melanjutkan tugasnya sebagai anggota OSIS.

"lah anjir?? Ck! Gue kira ga bakalan dihukum." protes Alvin kesal.

"biar gue aja yang ngerjain, Al. Lo sama Grace tunggu di sini aja. Lagian ruang musik ga terlalu besar." ucap Ashana menawarkan.

"ga terlalu besar pala lo peang?! Bahkan ruang musik 2× lebih gedhe daripada ruang kelas." jawab Alvin habis pikir dengan penawaran Ashana.

"daripada disuruh bersihin toilet yang berjejer dan ga cuman satu?? Ya mending ruang musik lah!" ucap Ashana semangat.

Grace memandang kedua temannya jengah. Ia tidak terlalu menyukai keributan dan juga tidak ingin ikut beradu argumen dengan mereka.

"gue anter kalian berdua ke ruang musik." ucap Grace lalu pergi ke ruang musik. Ashana dan Alvin yang melihatnya langsung mengekori Grace dari belakang.

Sesampainya di ruang musik, Grace segera membuka pintu dengan kunci yang ia bawa. Grace sendiri memang ikut ekskul musik, dia diamanahi oleh Bu Ningning—selaku guru ekskul musik untuk membawa kunci ruang musik.

Cklek

Hawa yang dipancarkan dari ruangan tersebut sedikit lebih merinding daripada ruangan lainnya. Ruang musik memang jauh dari deretan ruang kelas karena terletak di ujung koridor dan berhadapan langsung dengan kolam ikan.

Sunyi dan hening, keadaan itulah yang mereka rasakan kala memasuki ruang musik. Grace menekan saklar lampu guna menerangi ruangan tersebut. Ketika lampu sudah menyala, alangkah terkejutnya Ashana dan Alvin ketika melihat kondisi ruang dan alat-alat yang ada di dalamnya terlihat begitu bersih dan rapi. Tidak ada sampah, kotoran, atau bahkan debu. Seolah-olah ruangan itu baru saja dibersihkan beberapa menit yang lalu.

Ashana duduk di salah satu kursi yang ada di sana, ia juga terlihat cukup shock karena ini pertama kalinya ia memasuki ruang musik. Semua furniture yang ada di dalamnya terlihat seperti baru dan tak pernah dipakai.

"kita disuruh bersihin apa kalo begini?? Perasaan gaada yang kotor deh." monolog Alvin sambil melihat-lihat seluruh penjuru ruang musik.

"ini baru dibersihin'kan?" tebak Ashana menyetujui opini Alvin.

"iya." ketus Grace lalu ikut duduk di depan Ashana.

"semua alat di sini baru apa begimana bejir? Kok kayak ga pernah disentuh gitu?" tanya Alvin ketika ia memegang gitar listrik yang terlihat sangat mengkilat seperti tidak pernah ada yang menggunakannya.

"tadi pagi ada kunjungan murid MPLS. Semua anggota ekskul disuruh Bu Ningning buat bersihin ruangan ini." jelas Grace.

"kecuali lo 'kan?" tebak Alvin karena ia tahu jika Grace tadi pagi belum datang ke sekolah.

"hm."

"hebat bener anak ekskul sini, bisa bersihin gitar sampai mengkilat." kagum Alvin.

"trus gunanya kita di sini ngapain?" tanya Alvin.

"introgasi lo berdua." jawab Grace dengan menaikkan kaki kanannya dan meletakannya di atas kaki kirinya.

"ANJ-" teriak Alvin terpotong.

KESHANWhere stories live. Discover now