INTIMIDASI

45 31 1
                                    

"gue cuman gamau nge-bebanin lo aja, Vin." jawab Ashana dengan pandangan yang masih tertuju pada manik mata Kelvin.

"apa gue pernah bilang ke lo kalo lo itu beban buat gue?" tanya Kelvin lagi.

Ashana menggelengkan kepalanya, ia tak bermaksud membuat abangnya marah ia hanya ingin merubah dirinya supaya bukan menjadi pribadi yang manja.

"Shan, kalo ada masalah cerita." pinta Kelvin melas.

"gue gaada masalah, Vin. Semua yang gue lakuin itu karna lo." ucap Ashana yang mana itu membuat Kelvin terkejut.

"buat gue? Apa yang lo lakuin buat gue?"

"gue tahu kalo akhir-akhir ini lo capek karena ngurusin perusahaan alm papa, gue juga tahu kalo lo bakal ngewarisin perusahannya papa suatu saat nanti, dan gue juga tahu kalo itu ga mudah bagi lo." jawab Ashana dengan mata memerah seakan-akan air mata itu ingin turun secepatnya.

"gue cuman gamau jadi beban pikiran lo." imbuhnya sekali lagi.

"Shana, lo ga pernah jadi beban buat gue. Please tepis rasa bersalah lo itu." balas Kelvin dengan nada lembut.

"Vin, gue udah gedhe. Bahkan gue udah punya KTP. Gue cuman gamau lo kenapa-kenapa." jelas Ashana, kali ini ia tidak bisa membendung air matanya untuk tidak keluar.

Ya, gadis kecil itu menangis.

Kelvin yang melihat orang kesayangannya menangis langsung duduk di dekatnya dan memeluk pinggang Ashana, ia juga sesekali mencium singkat dahi mulus Ashana.

"jadi kesimpulannya lo khawatir sama gue karena gue sibuk di kantor?" tanya Kelvin.

Ashana menganggukkan kepalanya. Apa yang dilakukan Ashana akhir-akhir ini hanya untuk menjaga Kelvin. Ya, dia sangat sayang kepada abangnya itu.

Perlu digaris bawahi bahwa, perlakuan Ashana kali ini sungguh berbeda jika dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya.

Dia memang sosok yang peduli, tapi dulu kala ia mendapati Kelvin sakit atau apapun itu yang membuat Kelvin lemah, Ashana selalu ada disampingnya. Hanya itu, bisa dibilang perbedaan Ashana dulu dan sekarang terletak pada effort-nya.

Ashana dulu sangat penakut, walaupun kakaknya sakit ia tetap meminta tolong kepada bibi atau pekerja lain di mansion untuk menemaninya membeli obat, ke rumah sakit atau yang lainnya. Intinya dia tidak berani kemana-mana jika sendirian.

Dan Ashana sekarang sikapnya lebih pemberani, tadi di sekolah ia melihat papan ujian Kelvin patah, dan Ashana langsung saja membelikannya yang baru tanpa harus ditemani siapapun.

"selama belasan tahun ini lo selalu ngasih apa yang gue mau, bahkan usaha lo untuk njagain gue juga ga main-main. Gue ga tahu harus balas pakek apa kebaikan lo itu, Vin." ucap Ashana.

"dan jangan lo pikir gue ga tahu sama kejadian tahun lalu pas lo ngorbanin nyawa lo buat ngasih pelajaran ke Albian yang udah nyakitin gue. Gue tahu semuanya, Kelvin Louis Mahendra." ucapnya sekali lagi dengan nada penuh penekanan pada bagian ia menyebut nama lengkap kakaknya.

"sekarang gue udah gedhe, mungkin ini saatnya gue balas budi kebaikan lo. Ah, tepatnya gue pengen lo ngerasain apa yang gue rasakan pas lo jagain gue." imbuhnya sekali lagi.

Mendengar penjelasan Ashana, Kelvin malah tertawa terbahak-bahak. Ia tidak bisa berkata-kata dengan ucapan adiknya itu. Bagaimana bisa seorang gadis kecil melindungi kakaknya? Bagaimana bisa itu terjadi? Bahkan membayangkannya saja Kelvin sudah merasa geli.

"gaakan gue biarin seorang perempuan lemah kayak lo ngelindungin laki-laki jantan kayak gue." ucap Kelvin diselingi dengan senyuman manisnya.

"MAKSUD LO APAAN KETAWA KAYAK GITU HAH?! NGREMEHIN GUE LO?!" tantang Ashana tak terima.

KESHANUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum