KG.30

952 52 3
                                    

Haruskah Taruna punya sayap untuk terbang tinggi? Ataukah ia harus berjoget terajana? Saking senangnya. Berasa jadi perempuan cantik yang diperebutkan cogan.

Atmosfer menjadi berbeda. Langkah kaki Tula perlahan mendekati Gala. Bisa Taruna lihat dua bola mata itu terlihat begitu dingin. Lalu sudut bibirnya menyunggingkan senyum yang terlihat mengerikan.

"Benarkah? Maka bermimpilah." Satu tarikan saja Taruna langsung berada dalam pelukkan Tula. Harusnya Taruna senang, tapi kali ini ia merasa dua pria ini benar-benar seperti dua bocah yang sedang merebut mainan, dan ia harus jadi mainan keduanya.

"Hola bondia, Bayu coming. Wah, kayaknya seruh ni lagi rame ya? Eh ada pak Tula sama Dokter Gala!"

"Huah Bayu pas banget datang." Taruna tersenyum lebar lalu melepaskan pelukkan Tula dan menarik Bayu untuk masuk ke kamarnya.

"Maaf ya kita bubar, soalnya tamu penting udah datang." Taruna segera menarik Bayu masuk ke dalam kamar, lalu dengan cepat mengunci pintu kamar. Tidak sia-sia tadi ia mengirim pesan pada Bayu untuk datang saat ia menyajikan kopi di pantri dapur. Masa bodoh dengan dua pria itu, biarkan saja drama perebutan itu berakhir.

"Kenapa lo Bay, sariawan?!" Taruna menatap Bayu dengan kesal saat Bayu menatapnya dengan menggoda. Bibirnya-bibirnya digigit dengan gaya sensual.

"Ada cerita ape ni? Roman-romannya Runanya kita bakal punya cowok tajir nih!"
Taruna lagi-lagi memutar bola matanya malas.

"Diam gak lo Bay. Gue tuh lagi pusing!" Taruna menarik rambutnya frustasi.

"Hah! Apa ini?!" Bukannya berhenti bicara, Bayu malah menyipitkan matanya dengan raut menggoda sambil mengangkat tangan kanan Taruna.

"Ini cincin mahal banget, gak mungkinkan lo beli sendiri beb? Gue tahu banget lo tipe cewek yang gak terlalu mementingkan kemewahan. Baju aja gue maksa dulu baru beli, apalagi cincin berlian ini."

Taruna mendengus lagi. Tahu saja Bayu jika ia tidak terlalu menyukai kemewahan.
Cepat-cepat ia melepaskan genggaman tangan Bayu. Jika berurusan dengan Bayu maka akan sangat ribet. Bayu dan Prisna itu tukang kepo, tukang gosip, pasti tidak akan berhenti untuk mencari tahu.

"Katakan beb, siapa orang itu. Dokter Gala atau Pak Tula?!" Bayu masih saja terus menuntut Taruna agar jujur padanya. Merasa jengah, pada akhirnya Taruna menceritakan semua yang terjadi saat ia keluar kota bersama.

"Omo, omo, jinjjayo. Otoke? Otoke?!" Taruna lagi-lagi memutar bola matanya malas saat Bayu begitu terkejut.

"Jadi pak Tula bilang lo pacarnya? Wuihs, asik banget." Bayu memukul bahu Taruna pelan dengan senyum menggoda.

"Siap-siap diperawanin lo."

"Anji*r, ngomong lagi gue lempar lo dari balkon!"

Bukannya cemberut Bayu malah tertawa melihat wajah Taruna yang terlihat sangat kesal.

"Ingat ya Bay, lo gak boleh ngomong aneh-aneh sama orang-orang, ini rahasia."

Taruna menatap penuh harap Bayu.

"Omo, omo, harus banget ya Tar?!"

"Bayu!" pekik Taruna kesal karena Bayu masih saja menggodanya.
"Iye, iye mbak." Bayu memasang wajah cemberut, lalu dia kembali tersenyum.

"Ya baguslah, jadi dokter Gala harus jadi milik gue."

Taruna membuang nafas jengah, lalu ia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang.

"Lo boleh pulang Bay."

"Hah?!" Bayu sontak saja bangkit dari duduknya lalu menatap Taruna dengan kesal.

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now