KG. 1

2.1K 83 2
                                    

Taruna Trisla merasa begitu bahagia dan menjadi orang yang paling beruntung sedunia karena dapat bekerja menjadi seorang analis kimia di perusahaan besar AFood (Atmaja Food) yang sangat terkenal di kota metropolitan ini. Bermodal iseng-iseng mendaftar secara online, ia tak menyangka satu minggu kemudian email resmi dari AFood masuk.

 Bermodal iseng-iseng mendaftar secara online, ia tak menyangka satu minggu kemudian email resmi dari AFood masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Di sana tertulis jelas, jika ia diterima dan memintanya ikut interview. Gas terus tanpa rem, Taruna pamit pada keluarganya untuk merantau karena ia berasal dari salah satu provinsi kecil di negara ini. Provinsi paling miskin ketiga, kata BPS. Zaman sekarang duit number one. Lumayanlah gaji tiga sampai lima jutaan. Kalau jadi guru honorer bisa gaswat berujung stres, ia pengen cepat kaya raya biar bisa biayai keponakan-kepoanakannya sekolah. Itu pemikiran Taruna yang ia tuangkan pada mama dan papanya yang menolak keras jika puteri satu-satunya merantau jauh dari rumah.

Ia tak menyangka saat interview, surat diterima itu bukanlah diterima yang sesungguhnya. Ia harus melewati tiga bulan masa training bersama empat orang lainnya di tim mereka, untuk bisa diterima secara resmi. Panik? Tentu saja rasanya begitu panik, ia hampir mual karena tak bisa membayangkan gagal dari pekerjaan ini. Sia-sia uang pesawat, kos, dan makanan selama tiga bulan, yang jika ia kalikan mungkin tak seberapa bagi orang kaya. Tapi, baginya jumlah itu lumayan untuk beli motor bekas dan barang-barang lainnya. Apalagi mamanya begitu membanggakan pekerjaannya pada para tetangga. 'Gila, itu adalah satu kata yang menggambarkan diri Taruna sekarang. Bagaimana jika ia gagal dan pulang ke tanah kelahiran tercinta? Apa kata tetangga? Gaswat, ini tak bisa ia bayangkan lagi. Bisa dijadikan bahan gosip sekampung.

"Ngayal mulu, lalatan baru nyaho."
Taruna tersadar dari lamunannya. Ia merasa kesal karena Kareni kapoer Hutomo, melemparnya dengan kertas buram yang diremas menjadi bulatan.
Tak ingin mengomel, Taruna menarik rambut sebal.

"Gila kali pemilik perusahaan ini, gak ada hati banget. Kenapa harus training 3 bulan sih? Kenapa gak langsung resmi aja sih jadi pegawai perusahaan ini?" Ia merasa pusing sendiri duduk di kubikelnya.

"Komat-komat mulu, awas mantranya salah." Karen yang kubikelnya berhadapan lagi-lagi bersuara.

"Taruna kenapa? Sakit?" Tanya Lanta Baskoro, cowok analis paling kece dan tampan yang duduk di sebelah Karen.

"Enggak Lan, cuman pusing aja."

"Apa bedanya? Pusing juga bagian dari sakitkan?" Lanta mengerutkan keningnya lalu terkekeh pelan.
Melihat kekehan Lanta, hati Taruna berbunga-bunga. Gak apa-apa dikatain bego, yang penting bisa lihat Lanta senyum. Taruna ikut tersenyum walaupun ia sejak tadi komat-kamit memaki Presiden perusahaan yang memberikan peraturan itu. Sudah sebulan ia beradaptasi, beberapa kali ia melakukan kecerobohan, seperti lupa memakai alat-alat instrumen untuk menguji sampel. Maklum, Universitasnya dulu masih kekurangan instrumen. Ia harus beradaptasi dan banyak belajar.

Sibuk mikirin hidup yang penuh tanda tanya
Cuekin aja, jalani aja, ikutilah alurnya
Saat kau lelah dan mulai resah
Bernyanyilah saja syalalala
Ketika sakit hati tiada yang peduli
Ingat banyak yang lain menanti
Tinggalkan bebanmu lepaskan (lepaskan)
Enjoy aja.

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now