KG. 15

669 58 14
                                    

Hidup itu bisa dibilang seperti takaran garam pada sayuran. Kalau takarannya kurang, terasa hambar, kalau takarannya pas rasanya enak, tapi jika takarannya lebih, sudah pasti sayuran itu akan terasa asin dan tak enak. Tapi ini bukan tentang garam.

~Garam Kehidupan
.
.
Seperti biasanya Taruna berangkat ke kantor, tapi kali ini semakin berbeda karena Bayu begitu antusias menjemputnya tiap pagi. Mau tahu alasannya, yups karena bisa cuci mata dengan Gala. Taruna merasa itu lebih baik, pagi-pagi bisa mendengar Bayu menggombali Gala yang akan pergi ke rumah sakit. Setidaknya lebih berwarna dari hari biasanya. Sedangkan mbak Susan sudah berangkat kerja dan Taruna pikir ia tak lagi merepotkan mbak Susan yang selama ini begitu baik hati menolongnya. 

"Mbak Susan dahulu ya Run."

"Hati-hati di jalan mbake." Mbak Susan menekan bel lalu berlalu pergi. Bayu baru saja tiba, dan benar saja Gala turun dengan pakaian rapih sambil menenteng tasnya.

"Selamat pagi pak Dokter guanteng." Taruna ingin sekali muntah melihat ekspresi malu-malu yang dikeluarkan Bayu. Kebiasaan yang tak bisa dihilangkan saat bertemu cowok ganteng. 

"Ya, pagi." Taruna lagi-lagi ingin ketawa, sepertinya Gala memang sangat dingin. Tapi Bayu tetap masa bodoh.

"Hati-hati ya Dok, kalau ada apa-apa telepon aja, nomor telepon saya 085XXXX."

Taruna memutar bola matanya malas, kebiasaan Bayu selalu menyebutkan nomornya untuk Gala, dan sama sekali tidak digubris Gala.

"Keren banget sih." Lagi-lagi Taruna memutar matanya jengah. Sikap Gala yang dingin menurut Bayu sangat cool dan menantang. Bagi Taruna hal itu menyebalkan dan hanya membuat makan hati.

**

Motor bebek Bayu tiba di kantor lima menit sebelum waktu kerja dan keduanya tidak terlambat. Saat keduanya masuk ke dalam kantor, lantai satu tampak begitu ramai di kerumuni para pegawai. Lebih tepatnya di depan papan pengumuman perusahaan.

"DILARANG PACARAN DENGAN REKAN KERJA SATU TIM. JIKA KEDAPATAN MAKA SALAH SATUNYA AKAN DIPINDAHKAN KE ANAK PERUSAHAAN AFOOD DI LUAR KOTA. HAL INI DILAKUKAN KARENA KINERJA KARYAWAN YANG PERFORMANYA MAKIN MENURUN."

CEO AFOOD

TULA TUNGGU ATMAJA

**

Banyak karyawan dan karyawati memasang wajah memelas, setelah membaca pengumuman itu.  Taruna dan Bayu saling pandang, lalu Taruna menatap Karen yang berlalu pergi begitu saja. 

"Emang sakit si Tulang." Komat-kamit Taruna begitu pelan. Memangnya kenapa jika berpacaran satu tim di perusahaan? Tujuan bekerja di perusahaan elit dan sebesar ini salah satu tujuan bukan hanya mendapatkan uang, tapi juga mencari jodoh. Taruna merasa ikut dongkol, lalu kapan ia akan mendapatkan jodoh, padahal ia sudah berharap akan ada salah satu karyawan yang menjadi jodohnya misalnya Lanta teman satu timnya, walau hanya dalam angan, setidaknya menghayal dululah.

"Kenapa mendadak ada aturan kayak gitu sih?" omel Prisna yang baru saja tiba dan meletakkan tas di kubikelnya. Taruna dan Bayu hanya mengangkat bahunya tanda tak paham.  Mata Taruna menatap Karen yang terlihat biasa saja sambil menatap layar handphonenya. Sedangkan Lanta baru saja datang terlihat langsung menyalakan komputernya.

"Kar, hasil analisis  bodycare kemarin udah disatukan?" 

"Udah tinggal di kasih ke pak Tula aja." Taruna, Prisna dan Bayu saling pandang. Orang tampan dan cantik seperti Lanta dan Karen tak peduli sama sekali dengan larangan romansa perusahaan. Apalagi senior-senior satu timnya juga tampak menatap Karen dan Lanta, mereka pikir keduanya akan menjadi pasangan karena sangat cocok. Sekarang sudah terhalang dengan aturan. Taruna bisa mendengar ocehan mbak Susan tentang aturan itu. Taruna sejenak menatap Karen yang sedang asyik dengan ponselnya, bagaimana kelanjutan cinta segi tiga mereka? Lalu sedetik berikutnya Taruna menggeleng pelan, mengusir pemikirannya, ia harus menjauh dan tidak boleh terlibat lagi dengan para geng sultan itu. Apapun itu, situasi genting apapun sebisanya ia harus menghindar dari mereka. 

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Where stories live. Discover now