Boleh yang? (21+)

39.6K 230 0
                                    

"Boleh Yang?" Pija mengangguk dan tersenyum menatap wajah Bang Al yang sangat deket dengannya. "Tapi ini akan sakit."

"Abang mau berhenti?"

Al mengeleng dengan cepat. "Yah engga. Yang."

"Yah udah. Yuk di lanjut."

Mendaratkan bibirnya lagi di bibir Pija. Kali ini ciuman itu jauh lebih lembut dan menuntut. Di bawah sana milik Al sudah perlahan demi perlahan memasuki milik Pija. Foreplay yang sebelumnya mereka lakukan membuat milik Pija basah sempurna, memang masih susah walau Pija sudah mengangkang lebih lebar. Milik Pija yang belum tersentuh apapun itu adalah alasan kenapa punya Bang Al susah masuk. Al mencoba membuka milik Pija menggunakan tangannya dan mendorong perlahan miliknya.

"Akh..." Pija mendesah saat miliknya di paksa terbuka dan menerima milik Abang Al.

Ciuman itu terlepas. Lebih tepatnya Al menghentikan ciumannya saat miliknya di bawah sana sudah masuk setengah.
Al ingin melihat bagaimana ekspersi wajah istrinya saat dirinya memasuki miliknya sepenuhnya. "Abang, Akh..." teriak Pija kesakitan, menangis kencang saat merasa sobetan pada miliknya. Rasanya sangat perih. Sesak nafas Pija saat liangnya terpenuhi. "Ini sakit." Mendorongnya lebih dalam dan kalimat itu yang di dengar Al.

Ekpresi kesakitan itu nyata di depan matanya bagaimana Pija mengigit bibir bahwanya dan bagaimana kuku-kuku cantik Pija tertanam di bahunya. Hal ini yang di takutkan Al yaitu menyakiti Pija di awal. "Mau berhenti?" Tanya Al dalam posisi miliknya sudah tertanam sempurna di milik Pija. Mencium kening Pija dengan hati-hati.

Pija sendiri masih menutup matanya dengan rapat. Di bawa sana, miliknya seakan terbelah dua, sesuatu yang di jaga selama ini untuk pasangan halalnya akhirnya berbuah manis. Di atasnya ada Bang Al yang merupakan suaminya yang menanamkan miliknya di liangnya. "Sayang." Panggil Bang Al dengan takut-takut karena Pija masih menutup matanya dengan beberapa air mata yang keluar dengan sendirinya lantara merasa sakit. "Matanya jangan di tutup." Mata Pija langsung terbuka setelah mendengar kalimat Bang Al. Pija melihat senyum tulus itu. "Mau udahan?"

Beberapa kali Pija meringis saat terjadi gerakan di bawa sana. "Emang boleh?"

"Ngga boleh."

"Yah udah lanjut, Bang." Al mengecup bibir Pija beberapa kali sebelum miliknya di tarik keluar lalu di benamkan kembali.

"Akh." Desah Pija.

"Abang bukan ngga mau gerak. Tapi, Abang mau pastikan kamu sudah nyaman dengan milik Abang." Pija tidak tahu lagi bagaimana cara kerja Tuhan hingga mempertemukannya dengan pria istimewa yang ada di atasnya ini. Semua pertimbangan dalam hal apapun untuknya terukur dengan baik.

"Ehm,... Abang." Gerakan milik Al di bawa sana sudah tidak terkontrol lagi. Bagaimana bisa rasa sakit yang tadi berubah menjadi rasa nikmat yang sungguh di luar nalar.

Al juga mendesah. "Sayang ku." Al tidak tinggal diam bibirnya meraup rakus bibir Pija, bermain dengan baik sehingga Pija juga mengikuti permainan bibir itu. Tidak lupa di bawa sana bergerak sesuai ritme.

"Akh.... Ouh..." Desahan demi desahan terdengar lirih di sela-sela ciuman mengairahkan itu.

Abang Al memberi jarak lagi dan kali ini Pija menatap suaminya yang terus bergerak di atasnya dengan penuh cinta. Kenikmatan itu benar-benar dirasakan mereka berdua. Pija tidak pernah membayangkan melakukan hubungan badan karena sebelumnya dirinya tidak pernah kepikiran untuk menikah. Tapi kali ini, Pija merasa melayang-layang karena ulah Bang Al yang berstatus suaminya.

Hentakan cepat Al lakukan sehingga Pija mendongak sambil mengigit bibirnya karena hal itu.

"Sayang... Ahn... Pijaku..." desah Bang Al. Lalu melumat kembali bibir Pija. Pija membalasnya. Entah sudah berapa lama milik mereka saling mengejar kenikmatan. Yang pertama ingin keluar tentu Pija, kedua kalinya Pija menjerik untuk keluar lagi tapi, Al juga merasa ingin keluar dan berkedut-kedut lama di dalam tubuh Pija. Sebuah bisikan-bisikan cinta selalu di dengar Pija dari Bang Al dan rasanya semakin indah ketika mereka berdua akan sampai karena pelepasan bersama.
"Ouh... Ehmm...." leguhnya.

Bang Al semakin keras memajukan mundurkan miliknya ketika punya Pija menjepit miliknya secara kuat. Pija sudah kedua kalinya mendapat pelepasan dan kali ini giliran Bang Al.
"Pija... ouh... istriku..." setelah mendapat pelepasan Al berguling ke samping. Pandangannya menuju langit-langit kamar dengan nafas memburu. Melihat ke samping dan mendapatin istrinya melakukan hal yang sama dengannya. Di tariknya Pija untuk masuk ke dalam pelukannya, di ciumnya kening Pija secara memuja.

"Gimana, Sayang. Enak?" Masih sempat-sempatnya Al bertanya.

Pija menganggukan kepalanya  membenarkan apa yang orang-orang bilang diluar sana mengenai kenikmatan surga dunia saat melakukan hubungan badan seperti ini. "Hm."

"Terimakasih sayang, Terimakasih."

Walau lelah, Pija tersenyum bahagia. Membalas pelukan Bang Al, tidak kalah erat. Badan mereka berdua bermandikan keringatan tapi, tidak menghalangi rasa bahagia serta kepuasaan satu sama lain. Puncak kenikmatan yang mereka dapatkan sungguh nyata.

Abang Al mencari selimut menggunakan kakinya dan memakainya untuk berdua. Di bawa selimut berdua dengan istrinya dalam keadaan telanjang pernah di impikan Al bagaimana semuanya sekarang berjalan tentu hal yang cukup membanggakan untuk dirinya.

Setelah kisah yang cukup panjang ini akhirnya Al bisa bernafas lega saat seseorang yang di peluknya dan yang memeluknya saat ini adalah orang yang di inginkan dari dulu. Katakan dirinya pedofil mencintai Pija sahabat adiknya yang waktu itu berumur 13 tahun, Al masih mengingat saat adiknya memperkenalkan untuk pertama kali Pija kepadanya. Tapi, itu semua benar adanya. Jatuh cinta yang sampai sekarang tidak usai di makan waktu. Senyum Al tidak pernah surut setelah pergulatan dan pikirannya yang saling terkoneksi sehingga kebahagian begitu di dapatnya.

Kini Al dan Pija akhirnya bisa merasakan menyatu, melebur dalam puncak kenikmatan bersama.

"I love you istriku." ucap Al.

Pija menjawab dengan mata tertutup karena lelahnya. "I love you suamiku."

Al tersenyum saat menyaksikan gurat kelelahan di wajah Pija. Siapa yang sangka awalnya Al hanya memeluk Pija dalam posisi seperti malam-malam sebelumnya dan tidak lama semuanya berjalan sesuai maunya.

Semua yang terjadi seharian ini tidak mengubah apapun termasuk mood Pija. Al takut jika Pija terpengaruh oleh hadirnya istri Ayah Rey ke rumah ini. Namun, siapa sangka hal itu terlihat baik-baik saja. Al juga memberikan saran untuk kerumah sakit bersama. Memberitahu Ayah Rey perihal permintaan gila oleh istri Ayah Rey. Al akan selalu mengusahakan untuk tetap di samping Pija dalam kondisi apapun dan itu yang akan di buktikan.

Jika bukan Pija yang menadi istrinya. Mungkin Al tidak sebahagia ini. Al memang menjadi pengecut selama ini. Selama ini Al lebih memilih diam dari pada mengungkapkan apa yang di rasanya.

Rasa cintanya ke Pija kecil.

Kantuk Al mulai hadir dan tidak lama ikut bergabung terlelap dengan Pija. Membiarkan semuanya di urus besok, termasuk bekas pergulatan mereka.

****

Sulbar, 24 Oktober 2023

Selamat membaca...

Sahabat ko gitu! 21+Where stories live. Discover now