Nenek lampir

6.9K 172 0
                                    

"Eh, itu nenek lampir yang lo bilang. Ja." Ucap Ara yang baru ingat mengenai tadi malam waktu pulang dari rumah sakit. "Sialan tuh, nenek lampir!"

Pija hanya memakan kripik pisangnya, menikmati kekesalam Ara yang di tujuhkan pada tantenya yang menyandang status sebagai istri dari adik Papanya. Yaitu Ayah Rey.

Mereka berdua menonton drama korea sambil menikmati kripik pisang dan minuman soda. Ini semua tentu ide dari Ara. Setelah semua orang pergi bekerja dan Bunda pergi ke rumah Oma tinggalah Ara serta Sasa. Ara sendiri malas ke kampus karena tidak ada mata kuliah untuk hari ini sedangkan Pija memilih tidak mengurus semua berkas untuk wisudanya karena larangan dari Bang Al. Bang Al meminta untuk Pija beristirahat terlebih dulu selama 1 minggu sebelum kembali ke aktivitas kampus. Pija tidak ingin membatah apapun maka, yang dilakukan Pija saat ini dirumah yaitu bermalas-malasan bersama Ara. Sedangkan untuk mengetahui informasi Ayah Rey, Pija menelponnya karena tidak memungkinkan untuk ke rumah sakit jika tantenya ada disana. Bisa-bisa Pija di amukin.

"Untung banget lo, cuman sebulan tinggal sama nenek lampir itu. Kalo tidak Ja, eh lo tinggal tulang menghadapinya." Entah berapa banyak kalimat tidak suka yang keluar dari mulut Ara kepada Tantenya-Mia. "Kenapa juga Ayah Rey berjodoh dengan nenek lampir itu." Pija juga sepemikiran dengan Ara perihal Ayah Rey yang berjodoh dengan Tante-Mia. Kalo di umpamakan setan dan malaikat yang berjodoh.

"Ngga tahu. Gue juga bingung." Sahut Pija.

"Memang kelakuannya kaya gitu yah. Bilang lo anak tidak tahu diri. Padahal sih nenek lampir itu yang tidak tahu diri."

Sekalih lagi Pija menjawab dengan mengedipkan bahunya tanda tidak tahu. "Lo. Ngga ada kelas?"

"Ngga ada, palingan besok ada 2 kelas  jadi malas kalo di ingat-ingat, harus ke kampus tanpa lo."

Pija tertawa-menertawakan Ara yang tidak suka kalo membahas tentang perkuliahan. "Jadi hari ini, lo mau ngapain?"

"Mau live instagram tapi, jam 2 siang. Ada beberapa endorse yang minta barangnya di pakai saat live." Jawab Ara  dengan matanya masih fokus menonton drama korea yang sedang di putar di tv. Kali ini mereka bermalas-malasan di kamar Ara. "Lo mau join di live gue?"

"Lo bayar gue berapa?"

"Ngapain gue bayar eh lo. Uang dari Abang, kurang?"

"Ngga kurang tapi, gue harus manfaatin adik ipar gue yang selebgram ini, haha..."

"Gue suka. Lo yang gini." Ucap Ara pelan tapi, masih bisa di dengar Pija. "Kaya Abang gue miskin aja." Ara tidak terima saat Pija begitu ngotot ingin dibayar padahal sebelum nikah Pija jarang minta bayaran kalo ikut live dengannya.

Memang kalo sudah nikah dan jadi ibu-ibu pikirannya uang terus kayanya. Pikir Ara.

"Bilang saja pelit." Ejek Pija.

"Bukan pelit tapi, gue mikir ngapain kasih uang untuk orang kaya mending uangnya gue sumbangi ke panti asuhan."

Perdebatan kiang panas. Ara sendiri tidak ingin mengalah begitu pun Pija. Hingga akhirnya mereka tertidur, makan siang berlalu dengan tv yang masih menyalah. Pija ingin baik-baik saja maka menuruti apa yang Bundanya bilang untuk tidak berpikir yang tidak-tidak.

Bunda memberitahu kronologis kecelakan Ayah Rey di pagi hari setelah semua orang sarapan. Pija sebenarnya kaget perihal Ayah Rey yang bukan kecelakan tunggal dan masih di usut lebih jauh oleh polisi perihal kecelakan itu.

Ara tahu bahwa setelah mendengar hal itu badannya pasti sedikit kaku dan benar saja tapi, untungnya ada Abang Al yang berada di sampingnya dan membisikan kata-kata semangat dan mengsugeti dirinya bahwa semuanya akan baik-baik terlepas dari apapun itu Bang Al akan tetap di sampingnya.

Sahabat ko gitu! 21+Where stories live. Discover now