SM 18 : Mengancam

362 49 4
                                    

"Apa maksudmu?!"

Enggan menjawab Chenyi melipir pergi dan kembali hanya untuk melempar sekotak makan malam namun untuk Zhan tidak ada apa pun bahkan segelas air tidak ada yang memberikan apa pun padanya hingga larut malam.

Larut malam Zhan merintih kesakitan dalam tidurnya, tangannya yang sudah memar karna gerogotan besi serta kakinya yang membiru sebagian.

Yibo berusaha meraih pisau kecil yang tergeletak dekat dengan kakinya, dia ingin menghampiri Zhan dan membawanya pergi, dengan usaha tinggi, kakinya benar-benar mati rasa setelah sekian lama duduk dengan posisi yang sama.

"Zhan! Xiao Zhan!" panggilnya dengan khawatir, menepuk pipi Zhan, Zhan hanya membuka matanya sekejap namun tak mampu mempertahankannya.

Ketika dia hendak mengangkatnya untuk membawanya kabur alangkah buruknya jika dia di hadang tepat di depan pintu oleh pria bermata dingin itu.
"Ini tengah malam, sepertinya tuan Wang Yibo kita tidak mengantuk sama sekali."
"Eihhhh ayo kita buat permainan, jika kamu bisa keluar dari sini maka aku akan mengalah namun jika mati... hmmm nisan seperti apa yang kamu inginkan?"

Yibo sudah kehilangan banyak tenaganya dan sekarang di ajak bertarung?rasanya sungguh dia tidak mampu lagi untuk berjalan, diam-diam dia mundur, sedangkan Chenyi melihat Zhan yang meringkuk di pelukan Yibo dengan wajah yang sangat pucat.
"Wang Yibo, apa kamu ingat dua puluh tahun lalu kita pernah bertemu di istana?"

Yibo diam, dia tidak mengingat tentang 20 tahun namun dia ingat jika dia pernah ke istana saat usia mudanya dengan orang tua Xue Er.

Saat itu hari sangat gelap, suara jangkrik dimana-mana dan Yibo hanya memakai pakaian tipis karena ketidakmampuan panti untuk memberi pakaian yang lebih tebal saat hujan badai turun dengan kilatan petir yang tiada henti.

Rencananya saat itu adalah sang raja yang ingin mengambil seorang anak yang paling keras kepala di panti, dan yang paling keras kepala adalah Wang Yibo dengan tujuan putra raja yang utama agar memiliki seorang teman sekaligus pengawal di kemudian hari, memiliki sifat keras kepala dia akan menjadi pengawal yang setia untuk melindungi tuannya. Yibo yang saat itu masih kecil memang benar apa yang di katakan, jika dia memang kepala batu sekali di tengah badai turun deras dengan beraninya dia tetap memasuki sebuah ruangan tempat berdoa untuk melihat lilin pemujaan yang banyak.

Kaki kecil itu berlari kecil lalu mengambil satu buah apel lalu mengigitnya sekali, namun ketika kilatan petir berikutnya dia mendengar suara tangisan di balik patung pemujaan saat Yibo melihat tanpa takut, seorang anak laki-laki kecil sedang menangis ketakutan.

Pakaiannya sangat mewah dan Yibo sudah menduga jika ini adalah orang penting, tanpa tutur kata dia bertanya, "Apa yang di takuti? itu hanya petir."

Anak kecil itu menangis lalu bangkit untuk memeluk Yibo, mengadu jika dia ketakutan dengan suara petir dan hujan deras, "Da-ge..."

Memaklumi sifat anak itu Yibo tetap menemaninya, bercengkrama dan memperkenalkan nama, Yibo bahkan mengambil buah untuk pemujaan untuk menunda perut lapar hingga mereka menginap di ruang pemujaan hingga badai reda di keesokan paginya.

"Didi? aku tidak mau adik diedie.. Da-ge... Da-ge..."

Sang raja melihat ke arah Yibo yang menggerogoti apel tanpa peduli rengekan temannya saat itu, sesekali dia bergumam, "Didi atau Da-ge itu sama saja.."

Sang raja tidak menggubris, seminggu Yibo menginap disana nyatanya dia tidak tertarik untuk berteman dengan putra raja, Chenyi. Dia tetap memilih didi seperti Xue Er daripada seperti Chenyi. Maka raja juga tidak akan memaksa anak kecil, karna selirnya mengandung maka niatnya menjadikan pengawal anak selirnya itu.

Secret Marriage | YiZhanWhere stories live. Discover now