SM 10 : Miss You

352 49 5
                                    

"Xue Er."

Xue Er memainkan laptop dan menutupnya lalu tersenyum kecil menatap ke arah Yibo.

"Katakan."

Yibo menurunkan egonya dan mendekati duduk Xue Er yang berada di lantai, Yibo sedikit ragu namun wajahnya akhirnya menjadi layu di depan Xue Er.
"Akhir bulan akan segera tiba.."

Xue Er menyeringai mengetahui alur pembicaraan, tanpa ragu dia berkata, "Ohh kau sudah membunuhnya?" Yibo mengerjakan matanya mengangguk.

"Aku membayar orang."

Xue Er terkekeh tertahan, dia mengerti pikiran Yibo, lalu berkata "Haha kau sangat perhitungan Yibo, dia wanita yang cantik dan kaya, menjadikan sebuah kasus pemerkosaan dan perampokan bukan masalah yang sulit, aku setuju denganmu."

Yibo menghela nafas memejamkan matanya sejenak, dia sangat ragu mengatakan ini namun jika dia tidak mengatakannya rasa sakit di kepalanya bertambah parah, "Aku harus melakukan itu lagi."

Xue Er menjawab acuh tak acuh, "Lakukan, apa itu sangat susah? jika dia memiliki yang hal menonjol pakai itu sebagai alasannya." ujar Xue Er lantas kembali menuangkan teh penenang pikiran itu untuk Yibo lantas menyesap miliknya.

"Siapa kali ini?"tanya Xue Er.

"Pangeran."

Seperti terkena setrum di kepala, Xue Er menyemburkan teh miliknya ke arah laptop, dia terkejut lantas terburu-buru menarik tisu lantas mengelapnya dengan batuk yang menyertai dirinya. Hanya mengatakan jika target Yibo kali ini pria yang dia nikahi Xue ragu akan perasaannya antara senang karna Yibo kembali bersamanya atau takut jika Yibo mendapatkan masalah dari pihak istana.

"Uhuk.. itu benar-benar pekerjaan yang kau ambil? bagaimana jika-"

"Ini perintah istana."jawab Yibo menyela, dia tau ini sangat tidak masuk akal bahkan ini tidak pernah terpikirkan dalam benaknya selama bertemu dengan pangeran itu.

Xue Er membisu sejenak seolah memikirkan cara agar dia bisa memikirkan apa yang telah terjadi.
"Kenapa.. kenapa istana memberi perintah seperti ini? perebutan kekuasaan tidak harus melibatkan pangeran lagi, anak istri sah tentu saja menjadi penerus." ujar Xue Er menggebu-gebu, dia merasa ini tidak harus di perdebatkan dengan pertumpahan darah lagi dan sekarang dia mengkhawatirkan Wang Yibo yang di perintahkan untuk melakukan pembunuhan seperti ini lagi.

Yibo berdecak tidak senang, "Bunuh saja.. ini perintah istana, aku mengharapkan kau mendukungku saja kali ini."kata Yibo penuh penekanan, inti dari keluhannya kali ini dia meminta Xue Er untuk meyakinkannya.

"Yibo, kau akan turun tangan sendiri seperti yang istana inginkan? hei tuan kau tau siapa yang memberimu perintah in-"

"Putra mahkota memberiku perintah."jawab Yibo dengan cepat, nafasnya memburu dan sesak sekali hanya untuk mengingat isi surat yang tertulis rapi bahkan di lingkarkan merah nama dari pangeran Xiao Zhan.

Xue Er menggeleng cuek, dia kembali fokus ke depan minat laptopnya lalu mengibaskan tangan menyerahkan keputusan kepada Yibo.
"Itu terserah padamu Wang Yibo, namaku juga dalam bahaya jika publik tau bahwa aku pernah membedah pria bergelar bangsawan itu dengan ilegal, kau membunuhnya kau tidak akan terpengaruh sama sekali."

Tangan Yibo gemetar menggepal kesal, dia tidak ingin terlibat lagi dengan pertumpahan darah seperti ini, dia tidak ingin dia membenci sesuatu yang sudah menjadi miliknya malah terluka di depan matanya, namun beberapa hal baginya harus mati.

"Xue Er."

"Yibo jangan meminta pendapat jika tidak ingin mendengarnya, kau berbicara seolah kau melupakan kejadian masa lalu, kau ingin membunuhnya? maka lakukan saja itu memang pekerjaan yang kau ambil sejak lama."

Beberapa tahun yang lalu di awal masa mudanya Wang Yibo pernah memiliki seorang kekasih cantik yang memenangkan hatinya walau puluhan bidadari menawarkan cinta padanya, dia manis dan juga paling mengerti dirinya, dia tau apa yang Yibo sukai dan tidak dia sukai, setiap jengkal hidup Yibo gadis itu menemaninya dari benar-benar dari bawah tanpa kehadiran orang tua.

Dia cantik, sangat cantik tak heran Yibo sangat menyayanginya, bahkan Wang Yibo pernah pulang dari negeri jauh disana untuk menemui gadis itu ketika dia mengeluh sakit, Yibo meninggalkan banyak hal hanya untuk gadis pujaannya. Mereka tertawa dan bersenang-senang menghabiskan waktu dan Yibo pasti akan mencuri waktu untuk menemani kekasihnya itu.

"Baiklah baiklah, aku akan pulang menemanimu.."

Mereka bertunangan dan bertengkar beberapa hal kecil namun langsung berbaikan tidak sampai setengah hari, kekasihnya sangat membuatnya puas akan kelahirannya dirinya saat itu hingga kenyataan yang tak bisa dia lupakan jika gadis yang menjadi kekasihnya, Li Yan adalah seorang putri dari jendral yang menjunjung nilai kebenaran, melihat putrinya yang menjadi aib keluarga karna akan menikahi seorang anak yatim piatu dan melakukan tindakan di luar hukum membuat ayah kekasihnya sakit hati lantas saat hari pernikahan sang jendral datang dengan senapan lantas menembak putrinya sendiri di depan calon suaminya tepat ke arah jantung menembus punggung.

Li Yan tidak menyesal, setidaknya dia pernah bersama Wang Yibo sampai akhir hayatnya, dia tidak menyesal karena sudah bertunangan dan hampir menikah dengan Wang Yibo dan membuat hari pernikahan itu sebagai hari yang sangat tidak diharapkan, tapi, Wang Yibo ingat sangat jika hari itu dia juga yang menarik senapan untuk membunuh calon mertuanya di depan kekasihnya yang membuat Li Yan saat itu juga menatap Wang Yibo dengan penuh kekecewaan.

Zhan mengangguk percaya, dia tidak pernah menyepelekan masa lalu, karna baginya masa lalu memang benar-benar mengubah kepribadian seseorang dengan gampang, dia juga terbentuk karna masa lalu, Zhan mempercayai sebuah kalimat jika ingin di perlakukan dengan baik maka perlakukan orang itu dengan baik juga. Zhan hidup membuat kegelisahan di istana sebagai seorang anak pelacur yang keberadaannya lebih menjanjikan daripada Lan Chenyi, dari segi fisik dia di latih pedang hampir setiap hari bahkan pelatih yang melatih putra mahkota lebih mengaguminya daripada tuannya sendiri. Mengenai peraturan istana Zhan lebih mengerti banyak hal daripada Lan Chenyi bahkan sedikit asahan Xiao Zhan akan sangat tajam dan mahir.

Setelah mendengarkan cerita pendek dari seorang pembantu senior yang kebetulan bercerita dengan pembantu lainnya Zhan melipir pergi kembali ke rumah setelah menyiram tomat yang mulai segar, ketika sampai di ruang tamu dia melihat penjaga rumah menenteng sebuah kotak kecil di ikuti Wang Yibo di belakangnya.

Zhan sumringah lantas membukakan pintu tanpa harus di perintah, ketika matanya bertemu dengan penjaga itu lantas matanya memalingkan menuju ke kotak kecil berisi potongan kue dengan buah stroberi yang segar.
"Ehh.. apa putrimu sangat suka stroberi?"

Penjaga itu tampak gugup,"Tidak juga.. dia alergi, kebetulan saat menunggu, pedagang jalan menawarinya.."

Zhan menepuk tangan sekali lantas mengambilnya dari tangan penjaga itu, "Jika putrimu tidak boleh makan stroberi, maka berikan saja ini padaku, kau harus menghargai penjualnya.."

"Ahh ya baiklah, tidak masalah."kata sang penjaga terheran-heran lantas membungkuk kepada Yibo lalu pergi.

Yibo melihat Zhan berjalan ke meja makan melihat kotak kecil potongan kue lantas mencicipi buah stroberi besar langsung masuk ke mulutnya. Lalu berlari kecil mendekati dan menyuapi Yibo dengan sendok kecil dengan cepat, Yibo menatap tak terima namun dia tetap mengunyah perlahan sambil matanya terbuka lebar marah.

"Ini enak." ujar Zhan lalu mengusap ujung bibir Yibo yang terkena butter cream dengan ujung jempolnya, secara tak terduga ia malah menyesap jarinya sambil tertawa kecil. Yibo terkejut namun matanya seketika netral karna sifat Xiao Zhan memang sangat di luar nalar.

"Apa yang anda lakukan?!"

Pangeran menggidikkan bahu, acuh tak acuh Zhai menatap Yibo dengan sangat senang tangannya menggepal ingin memeluk tuannya.
"Aku menanam beberapa bibit tomat di belakang, kau sangat lama kembali, mereka hampir berbuah manis mungkin seminggu lagi mereka akan berubah menjadi merah berkilauan." Setelah itu Zhan diam sejenak lantas menaruh potongan kue sisanya mengejar Yibo yang berjalan ke tangga.

Yibo terdiam ketika tangan yang lebih kecil memeluk pinggangnya dengan sangat erat, menyandarkan kepalanya ke punggung Yibo lantas berkata pelan,

"Aku sangat merindukanmu."

.
.
.
Tbc
Gak vote jarinya keseleo

Secret Marriage | YiZhanWhere stories live. Discover now