12. Bubar 🌱✨

17 7 2
                                    

Aku mengikuti Calvin. Ia membawaku ke sebuah tempat sepi dan gelap. Terlihat sebuah gubuk di sana. Kami melangkahkan kaki mendekati gubuk itu.

Aku melihat seorang anak kecil laki-laki sedang memakan sesuatu. "A-"

Ucapanku terhenti ketika Calvin membekap mulut ku. "Jangan terlalu keras," bisiknya lalu menarik tanganku untuk menjauh dari tempat itu.

"Ada apa?" tanya ku ketika sudah cukup jauh dari gubuk itu.

"Kalau kau berbicara terlalu keras, Reynandra akan mendengar dan kabur," jawabnya.

Aku menutup mulut ku tidak percaya. "Reynandra? Dia Reynandra?" tanyaku.

"Iya."

"Lalu, apa yang dia lakukan di sana?"

"Makan. Reynandra selalu keluar setiap malam hanya untuk mencari makanan. Aku selalu membuntuti nya."

"Kenapa? Kenapa Reynandra mencari makanan di luar? Bukankah panti sudah menyediakan semuanya?"

"Panti memang menyediakan semua, tapi tidak untuk Reynandra. Dia tidak pernah mendapatkan jatah makan."

"Kenapa?"

"Ibu panti membenci Reynandra. Karena ia menganggap bahwa Reynandra adalah anak sial yang membunuh anaknya."

"Apa maksudnya?"

"Itu akan ku jelaskan nanti, yang terpenting sekarang adalah kau harus membantuku membebaskan Reynandra." ia kembali menarik tanganku.

Saat ini kami berdiri di belakang panti asuhan. "Sebelumnya, kau harus tau, apa saja yang Reynandra lakukan."

Aku mengangguk. Kami duduk di sebuah batu di belakang panti. Aku melihat Reynandra pulang ke panti dengan mengendap-endap.

"Dia pulang dengan mengendap-endap agar ibu panti tidak mengetahui bahwa ia tadi sempat ke luar," jelas Calvin.

Duarr...

Suara petir itu mengagetkan aku dan Calvin. Kami buru-buru berteduh karena tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.

Calvin terlihat sangat ketakutan. Tidak ku sangka, anak laki-laki dengan tampang sesangar itu ternyata juga takut dengan yang namanya petir. Aku memeluknya dengan erat. Ia menangis, benar-benar menangis. Mungkin dia merindukan pelukan seorang ibu atau ayah?

***

Malam ini kabarnya, mereka akan berkumpul lagi. Ingin menikmati liburan yang tinggal 1 hari ini bersama teman-teman katanya. Haha terdengar sangat menyenangkan. Tetapi sayangnya, aku akan terlambat karena harus bekerja.

Jam menunjukkan pukul 09.00. Aku mengemasi barang-barang ku.

"Riel," panggil Paman Ming.

Aku menoleh. "Iya, Paman?"

Paman menyerahkan sebungkus roti. "Makanlah."

Aku menerimanya dengan ragu-ragu. "Terimakasih, Paman. Azriel pamit pulang dulu." aku menyalami tangan paman Ming. Dia membalas dengan senyuman ramahnya.

Aku menjalankan motor ku ke gedung komunitas. Ya, aku memiliki sebuah motor peninggalan nenek. Motor klasik, tapi masih bagus untuk dibawa ke mana-mana.

Aku sampai di gedung itu. Terdengar keributan dari dalam sana. Aku yang panik pun segera berlari untuk memastikan.

Ahh apa ini? Aku terkejut ketika melihat botol-botol minuman keras berceceran di dalam ruangan itu. Bukan hanya itu, teman-teman ku juga terlihat mabuk. Tidak ada yang bersikap normal. Aku panik. Bingung harus berbuat apa. Tentunya aku kewalahan jika harus mengatasi semuanya sendirian. Lalu, jika meminta bantuan kepada masyarakat, apa kata mereka tentang komunitas pelajar yang kini sudah rusak oleh minuman keras ini?

Tunggu, aku tidak melihat seseorang. Alvero. Di mana dia? Aku bergegas meninggalkan ruangan itu dan berlari ke rooftop. Kenapa harus rooftop? Karena Alvero biasa menghabiskan waktunya di sini.

Dan benar saja. Aku menemukannya yang sedang berjongkok dan meremas rambutnya frustasi. Aku menghampirinya. "Alvero," panggil ku.

Ia menoleh. Terlihat wajahnya sangat lelah. Keringat bercucuran. Dan nafasnya tersenggal-senggal. Aku menahan tangannya ketika ia akan terjatuh. Sangat dingin. Tangan Alvero benar-benar berkeringat dingin.

Aku membawanya masuk ke dalam gedung. Karena udara di luar sangat menusuk kulit. Kami duduk di depan ruangan yang saat ini sedang ricuh. Aku menenangkan Alvero terlebih dahulu. Kemudian mengajaknya masuk ke dalam.

Ketika kami masuk, ruangan yang semula ricuh, tiba-tiba menjadi senyap. Semua mata tertuju pada aku dan Alvero. Ervan berjalan ke arah Alvero. "Al, selamatkan gang kita."

Alvero masih menunduk. "Tidak bisa."

Ervan tampak emosi. "APA MAKSUDMU?!"

Alvero mengangkat kepalanya menatap Ervan. "Sesuai kesepakatan awal, Van. Sesuai misi dan perjanjian ketika komunitas ini dibentuk juga."

"Salah satu misi kita adalah membentuk karakter generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti. Dan untuk mewujudkan misi itu, kita perlu memberikan contoh yang baik kepada mereka. Tapi, apa yang kalian lakukan sekarang? Kalian menodai mata dan otak mereka. Dengan kejadian mabuk disaat masih ada anak-anak tadi, mereka menjadi takut. Dan itu sudah merusak, mencemarkan nama baik komunitas ini. Apakah kalian tidak sadar? Kalian telah mengecewakan banyak orang yang sudah percaya dengan kita?" lanjut Alvero.

Masih belum ada yang menyahut. Bahkan, Ervan sendiri pun kini diam seribu bahasa. Mungkin dia meratapi kesalahannya?

"Apakah kalian bisa berubah? Apakah kalian bisa berjanji kepada ku untuk menunggu minuman keras itu?" lagi-lagi tidak ada yang menyahut pertanyaan Alvero.

"Jika kalian bisa berjanji untuk meninggalkan minuman itu, maka komunitas ini masih bisa diselamatkan. Tapi, jika kalian tidak bisa meninggalkan minuman itu, maka semuanya berakhir saat ini juga. Jadi, saya tanya sekali lagi, kalian memilih komunitas atau minuman?" lanjut Alvero.

"Tolong angkat tangan bagi yang memilih komunitas!" pinta ku.

Yang mengangkat tangan hanya Felicia, Camella, Ervan, Devano, Zella dan Kenzo. Aku sangat senang ketika mengetahui bahwa semua sahabatku  lebih memilih komunitas daripada minuman keras. Tapi, aku juga sedih karena hanya mereka yang menginginkan komunitas ini bertahan.

"Baiklah. Jadi, kalian semua lebih memilih minuman sialan itu daripada komunitas yang sudah berdiri selama 2 tahun ini?"
Alvero menghela nafasnya.

"KATAKAN PADAKU. APA MANFAAT YANG TELAH MINUMAN ITU BERIKAN KEPADA KALIAN? APAKAH DIA MEMBUAT KALIAN KAYA? APAKAH DIA MEMBUAT KALIAN MENJADI LEBIH PINTAR? JAWAB!"

Hening. Tidak ada satupun yang menyahut perkataan Alvero.

"Minuman itu haram. Mau jadi apa kalian kalau terus menerus mengonsumsinya dalam jangka waktu lama? Apakah ini bisa disebut memberi contoh yang baik? Kalian benar-benar sudah melupakan misi UnitedStars. Saya amat kecewa kepada kalian semua."

"Kalian telah melanggar janji yang telah kita buat di awal berdirinya komunitas ini. Janji untuk anak-anak, janji untuk komunitas, dan juga untuk diri kalian sendiri."

"Apa yang ada di dalam pikiran kalian sehingga dengan mudahnya melepaskan tanggungjawab hanya demi minuman keras yang bisa merusak otak dan kesehatan kalian? Kalian benar-benar sudah terpengaruh dunia toxic yang benar-benar toxic. Dunia yang gelap."

"Saya kecewa. Dan hari ini, 10 Juli 2022, komunitas UnitedStars resmi saya bubarkan."

Seketika, suasana yang tadinya hening, langsung heboh oleh ocehan-ocehan random dari mereka yang sedang bingung. Ternyata, banyak dari mereka yang kesulitan menentukan pilihan antara komunitas atau minuman. Sekarang, mereka semua terlihat menyesal. Bahkan tak sedikit juga yang menangis, memukul benda-benda di sekitar mereka, dan melempar apapun yang mereka lihat untuk melampiaskan emosi.

Tiba-tiba

Bugh...

Falling Apart (Spin Off Alverissa) Место, где живут истории. Откройте их для себя