𝟑. Emily? 🌱✨

42 19 9
                                    

Ku titipkan renjana dalam aksara ini, karena aku tau bahwa aku dan kamu bagaikan bentala dan bumantara

~Azriel Xavier Alexander


Aku duduk termenung di pinggir ranjang. Menghadap ke jendela yang sinar matahari pagi bisa menembus ruangan. Ah pasti indah sekali, kapan aku bisa melihatnya?

Kudengar langkah kaki Nenek berjalan mendekat ke arahku. Aku juga merasakan kasur yang sedikit bergoyang. Sepertinya Nenek duduk di sampingku. "Nenek?" panggilku.

Nenek mengelus rambutku. "Kamu baik-baik saja kan? kenapa tidak turun untuk sarapan?" tanyanya.

"Ail mau turun bersama Nenek," jawabku.

"Hmm begitu rupanya, dasar anak kecil! kau membuatku khawatir saja," ucap Nenek seraya mencubit hidungku.

"Ah Nenek, kenapa Nenek jahil sekali?"

Nenek tidak menjawab. Justru ia menertawakan tingkahku. Kemudian kami turun ke lantai 1 untuk sarapan bersama. Seperti biasa, Nenek selalu menyuapiku. Kami juga mengobrol disela-sela makan.

"Ail," panggil Nenek tiba-tiba.

"Iya? ada apa, Nek?"

"Malam tadi ibumu mengirimkan kita uang lagi, Dia juga mengirimkan pesan kepada Nenek untuk mengajakmu jalan-jalan sepulang sekolah supaya kamu senang," jawab Nenek panjang lebar.

Mulutku terkunci. Bahkan untuk melanjutkan mengunyah makanan ini saja rasanya sulit bagiku.
"Ail?" pangil Nenek lagi.

Aku terperanjat kaget. "Ah iya,"

"Kamu mau jalan-jalan kemana?" tanya Nenek.

Aku bingung harus menjawab apa. Untuk saat ini aku tidak ingin apapun selain bertemu orang tuaku. Tapi kenapa rasanya sulit sekali? seolah-olah kami tidak ditakdirkan mengenal satu sama lain.

"Ail, kamu kenapa?" tanya Nenek dengan nada khawatir.

Aku meneteskan air mataku. "Ail hanya ingin bertemu Ibu dan Ayah, Nek,"

Hening, Nenek tidak menjawab apapun lagi setelah aku menjelaskan keinginanku. Nenek pun memelukku dengan sangat erat. Aku merasakan bajuku basah karena tetesan air mata Nenek.
"Hari ini Nenek antar kamu ke sekolah," ucap Nenek.

"Tidak perlu, Nek. Ail bisa berangkat sendiri seperti biasa," aku mencoba mencegah Nenek.

"Tolong jangan tolak keinginan Nenek kali ini, Ail,"

Karena nada bicara Nenek yang memohon, akupun menurutinya.

Di sekolah, aku selalu memikirkan tentang Nenek. Ada apa sebenarnya? kenapa Nenek seperti mengajukan permintaan terakhir? Ah kemana arah pikiran ku sekarang?

Aku tidak bisa berhenti memikirkan Nenek. Di perjalanan pulang pun aku melamun.

Sesampainya di rumah, aku langsung mencari Nenek. Memanggilnya berkali-kali. Namun tidak ada sahutan sama sekali. Aku mulai panik. Aku takut kalau Nenek juga meninggalkanku seperti Ayah dan Ibu. Lalu siapa yang akan menemaniku nanti?

Falling Apart (Spin Off Alverissa) Where stories live. Discover now