Masih dengan sisa-sisa tangisannya dan jejak air mata di pipinya, Esha mendongak untuk menatap Noa meminta penjelasan lebih.

“Kecelakaan. Motornya jatuh waktu hindari lo yang ngikutin dia. Lengannya robek, di jahit dua belas jahitan.” Bukan Noa yang menjelaskan melainkan Haraz. Dua cowok yang lebih tua dari Noa memang masih di sana, untuk memastikan bahwa masalah Noa dan Esha benar-benar kelar.

“Kenapa gak bilang. Ini berdarah lagi karena gue. Maafin gue, Noa.” Esha tidak histeris kembali tapi gadis itu panik seraya menatap Noa penuh rasa bersalah.

“Jangan minta maaf terus, obati aja. Paling cuma keluar darah sedikit,” balas Noa.

Esha melotot mendengarnya, “sedikit apanya, ini perban udah penuh darah. Pasti jahitannya lepas!”

Noa terkekeh, rasa sakit di tangannya tidak membuatnya meringis kesakitan. Ia malah senang karena Esha sudah kembali seperti dulu. Gadisnya sudah kembali mengomel.

“Ke rumah sakit lagi, ya?” tanya Esha.

Noa menggeleng, “enggak. Lo aja yang bersihin.”

“Itu jahitannya pasti lepas, yakin lo gak mau balik ke rumah sakit dulu buat benerin jahitannya?” tanya Haraz sedikit ngeri melihat luka Noa yang sudah terbuka karena Esha melepas perbannya.

“Gak. Makasih udah nolongin gue, ini biar Esha aja yang rawat gue.” Noa tersenyum tipis menatap Haraz dan Jiel bergantian.

Jiel balas tersenyum tipis, meskipun sempat kesal karena Esha, adiknya jadi terluka. Tapi ia juga bersyukur Noa bisa kembali tersenyum seperti sekarang. Ia tak perlu takut lagi dengan keadaan Noa, sebab Jiel yakin Esha akan merawatnya dengan baik.

Jiel mendekat ke arah Esha yang masih sibuk mengipasi luka Noa menggunakan tangannya. “Sha, jangan kayak gitu lagi. Lo berdua bukan anak kecil lagi, kalau ada masalah selesaikan baik-baik. Jangan sampai kejadian gini terulang lagi.” Kata Jiel panjang lebar, cowok yang katanya pelit senyum dan bicara itu memang akan berbeda jika itu menyangkut Noa, adik kecilnya.

Esha mengangguk seraya tersenyum tipis. “Iya, Jiel. Gue juga minta maaf sama lo, karena gue, adik lo ini malah terluka.”

Jiel menggeleng, tangannya terangkat menepuk puncak kepala Esha. “Bukan salah lo.”

“Eh, apa tuh jangan sentuh cewek gue!” protes Noa menyingkirkan tangan Jiel dari kepala Esha.

Jiel dan Haraz mendengkus kompak. “Yaudah, gue sama Jiel balik. Lo berdua jangan ribut lagi.”

Esha tersenyum membalasnya, berbeda dengan Noa yang masih menatap Jiel kesal.

🌻🌻🌻

“Jadi masalah kemarin gimana? Lo tetap gak kasih izin gue buat ketemu Nauni?” tanya Noa setelah Esha selesai membersihkan lukanya. Cowok berdarah campuran itu berbaring di pangkuan Esha, kebiasaan yang satu minggu ini tidak ia lakukan.

Esha menggeleng pelan, tangannya terangkat mengelus rambut halus Noa. “Gue kasih izin, tapi gue gak izinin lo buat tinggal di sana lagi. Gue tau, gue gak berhak ngatur lo karena hubungan kita aja masih pacaran. Tapi kembali lagi, gue gak mau lo tinggal di sumber sakit lo. Gue sama temen-temen yang lain udah mati-matian sembuhin lo, masa lo mau kembali ke sumbernya. Nanti mereka nyakitin lo lagi, gue gak terima.”

Noa tersenyum mendengarnya. “Lo makin cantik kalau mode waras gini.”

Esha berdecak, bingung untuk memilih tersanjung karena di puji cantik atau malah harus marah karena tiga kata terakhir yang Noa ucapkan.

“Jadi gue harus tersanjung atau marah?” tanyanya ketus.

Noa tertawa, “tersanjung lah, karena gue udah puji lo cantik. Padahal lo biasa aja sih.”

Esha mendelik, “nyebelinnya kumat. Lo emang gak bisa ya puji gue secara tulus?”

“Bisa, gue tiap hari memuja lo. Lo nya aja yang gak tau.”

Esha berdecih, “masa?”

“Serius. Eh, Pau kita gak jadi putus kan?” tanya Noa setelah sadar ia belum sempat bertanya perihal hubungannya itu.

“Gak. Gue gak mau tinggalin lo, gue juga gak mau lo tinggalin.”

Noa lagi-lagi tersenyum, kali ini senyumnya lebih lebar dari yang tadi. Ia senang karena ia tak perlu merasa kehilangan dan takut Esha pergi lagi. Jujur saja, tadi siang saat Esha mengatakan ingin melepasnya dunia Noa rasanya runtuh. Dan Noa menangis sepanjang jalan, ketakutan akan ditinggalkan membuat pikirannya semakin kacau. Tapi di hari yang sama juga Noa bersyukur, karena nyatanya ketakutan itu tidaklah terjadi. Esha masih bersamanya sekarang dan Noa harap akan bersama selamanya juga.

“Noa,” panggil Esha.

Mata Noa yang semula akan terpejam kembali terbuka menatap Esha, “kenapa?”

“Lo ke Jepang kapan?”

Noa terdiam, ia juga tidak tahu akan kembali ke Jepang kapan. Ia belum memikirkannya karena kemarin ia sibuk menyalahkan diri karena pertengkarannya dan Esha.

“Gue belum pikirin, sih. Kenapa, lo mau ikut?”

“Boleh?” Esha balik bertanya. Jika Noa memperbolehkan ia memang ingin ikut, hanya untuk bertemu dengan Nauni bukan keluarga Noa yang menyebalkan.

“Kalau lo mau, ayo. Gue seneng, pasti Nauni juga seneng ketemu sama lo.”

“Beneran boleh?” tanya Esha kembali untuk memastikan.

Noa mengangguk, “boleh. Kalau lo mau ikut, kita ke sana pas libur semester aja. Lumayan dua minggu buat liburan sekalian.”

“Tapi izin dulu sama Ayah lo,” lanjutnya.

Esha yang tadinya akan tersenyum malah menarik kembali senyumnya itu. “Kalau Ayah gak kasih izin, gimana?”

“Gak usah ikut lah. Ingat lo gak boleh lawan orang tua.”

“Tapi gue mau ikut,” Esha setengah merengek. Gadis itu sudah terlanjur membayangkan indahnya berlibur di negeri Sakura bersama dengan Noa nanti.

“Nanti gue bantu ngomong, kalau tetap gak dikasih izin, nurut ya.”

Esha mengangguk. Dalam hatinya ia berharap bahwa Ayahnya akan memberinya izin, lagi pula Esha rasa Ayahnya sudah mengenal Noa luar dalam jadi pastinya akan diberikan izin. Ayahnya dan Noa memang kadang kala bertemu ketika keluarganya sedang menjenguknya. Cowok yang berstatus sebagai kekasihnya itu cukup dekat dengan Ayah Ibunya bahkan Kakaknya juga.

🌻🌻🌻

Halo, guys. Selamat Siang!!
Si couple aneh ini update lagi guys, dan sejujurnya aku mau sekalian minta maaf karena harusnya aku update kemarin. Tapi gak tau kenapa wattpad ku dua hari kemarin error terus, jadi aku gak bisa update tepat waktu.
Dan untungnya hari ini wattpad ku balik ke semula lagi.

Dah gitu aja, aku gak bakalan ngetik panjang lagi selain untuk mengingatkan vote dan komennya kalau perlu. Terima kasih sudah berkenan membaca ceritaku guys!

See you next chapter!!

Salam dari aku pacar Lee Heeseung

Sa

Hidden Couple Where stories live. Discover now