13. Debts I Got

122 17 2
                                    

Kluk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kluk. Sesuatu halus ditempatkan di atas pelupuk kepala Hwang Yeji yang tengah tertidur dengan posisi terduduk. Matanya mengerjap perlahan, kabur-kabur yang mengelabui pandangan mulai membentuk rupa seorang manusia. Mata sayup yang penuh lelah namun tetap terang bagai bintang itu, menjurus tepat padanya. Yeonjun tengah berjongkok di hadapan Yeji, menengadah penuh kelembutan. "Badanmu dingin sekali." Katanya halus.

Sontak Yeji menitikan air mata. Ledakan perasaan begitu penuh memadati relung dada, ia sampai tak sadar ia mampu menangis sebegitu mudahnya. "Maaf ... maafkan aku ..."

Yeonjun tidak berkata-kata. Ia menarik Yeji masuk ke dalam hangat dada bidangnya. Menghembuskan nafas lega tak berkehabisan, ia menepuk-nepuk lembut kepala Hwang Yeji. "Aku terima maafmu kalau kau beri aku pelukan." Yeji memukul punggung Yeonjun terkejut. Membelalak namun menerima perlakuan pria di depannya. Hampir rindu dengan rasa dekapan tubuhnya yang besar dan menenangkan. "Ye ... Yeonjun! Nanti ada yang lihat!"

Pemuda Choi merengus dan mengetatkan peluk. "Ini pos polisi di antah berantah, Yeji. Tidak ada yang peduli dengan seorang kriminal."

"Maksudmu?! Aku kriminal??!"

Yeonjun menjauhkan kepala untuk menatap gadis dalam dekapannya. "Buktinya kau ditahan disini?" Yeji mengaku kalah, mengendurkan bahu tegapnya dan kembali merasa bersalah. "Tapi sungguh ... aku ... aku sangat teledor. Aku pasti merepotkan semua orang. Maafkan aku ..."

Yeonjun menggeleng dan mencubit hidung Yeji. "Kau orang yang bertanggung jawab. Tapi suka tidak pakai otak."

Yeji merasa tersindir keras.

"Makan dulu sana. Biar mukamu tidak begitu." Yeonjun menyodorkan satu kantung plastik penuh isi. Yeji melongok mendapati semua macam makanan favoritnya di dalam. Yeonjun masih mengingat semua kudapan kesukaannya?

"Memangnya mukaku kenapa??"

"Seperti menunggu cinta yang tak kunjung datang untuk seribu tahun lamanya."

Yeji mencubit lengan Yeonjun gemas. "Lebay!" Yang dicubit hanya tertawa-tawa lalu menepuk kepala Yeji, bangkit berdiri dan tersenyum hangat. "Makan dulu. Aku bicara pada Sir Beans dan Bennet. Tunggu disini ya."

Yeji mengangguk penuh syukur. "Aku ikut!"

"Kalau kau ikut, nanti kupeluk lagi!"

"Kok begitu???"

"Ya makannya, makan saja. Anak kicil tidak boleh ikut-ikutan!" Ia sudah mengacir pergi sebelum Yeji sempat menjuruskan pekik amarah.












♥︎













Yeji memasuki ruangan dengan berjinjit, takut menganggu aktivitas silahturami yang tengah berlangsung antara Beans, Bennet, dan juga Choi Yeonjun. Tawa megah mengisi ruangan lobi yang sudah mulai diramaikan oleh karyawan-karyawan shift pagi lainnya. Yeji mendekat penuh kehati-hatian, takut menarik atensi. Bennet menyadari kehadiran Yeji pertama. Anehnya, ia begitu ramah menyambut. Seakan kejadian semalam suntuk bukanlah hal berarti. "Ah, Miss Hwang Yeji. You've eaten?" (Ah, Nona Hwang Yeji. Sudah makan?)

VarietYou (VU)Where stories live. Discover now