9. The Heart Attack

139 18 1
                                    

"Apa maksudmu tetap melanjutkan syuting?" Nada Yeonjun keras dan dingin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa maksudmu tetap melanjutkan syuting?" Nada Yeonjun keras dan dingin. Lingkaran diskusi yang dihadiri sebagian besar tim produksi dan peserta tayang ragam, diadakan mendadak di alun-alun perkarangan atas bukit kamping. Situasi yang mencekam, menciptakan muka-muka suram pula. "PD-nim. Sudah dua kali bintang tamumu dicelakakan!" Yeonjun berdiri merasa tubuhnya panas.

PD-nim mengkibas-kibaskan tangan, "Tenanglah Choi Yeonjun. Kejadian tadi malam hanyalah bad luck, oke? Bad luck!"

"What do you mean bad luck, PD-nim?" Jessi angkat bicara. Suara seraknya memekik tajam dan menusuk. Ia pun terlihat dongkol bukan main. "Bukannya mengetatkan keamanan, justru menyalahkan keberuntungan? Lihatlah. Korbanmu itu wanita semua. Maksudmu girls had 'bad luck' while you boys are fine and living the life?" Telak ia berkata tanpa penapisan.

Sang sutradara memijat pangkal hidung penuh kesah. Kemudian ia berdiri di hadapan wajah-wajah resah yang menanti tindak lanjut layak bagi para korban serta calon korban, jika tak juga dilakukan penanganan segera. "Dengarkan aku. Tidak ada yang ingin kejadian-kejadian tersebut terjadi. Keamanan pun tak akan standby 24 jam bersama seluruh tim yang mencapai jumlah 60 lebih jika dihitung. Mulai dari sekarang, akan kupastikan keamanan berada setidaknya lima meter di sekeliling para wanita selama jadwal persyutingan tanpa menganggu keberlangsungan. Paham?"

Mereka terdiam, seperti menunggu sang sutradara untuk mengelaborasi lebih jauh lagi. "Tapi sudah resiko kita untuk melanjutkan syuting sesuai jadwal, setidaknya untuk menanggulangi keterlambatan akibat peristiwa pertama. Hyeonji-ah, kau tidak apa-apa, kan? Bagaimana menurutmu?"

Semua pasang mata tertuju pada Hyeonji yang duduk dekat dalam dekapan kedua eonninya, Yeji dan Dohyeon. Tubuhnya pucat pasi dan tatapannya kosong melompong. Ia terbelalak ketika mendengar namanya dipanggil. Yeji dan Dohyeon mengusapnya tanpa henti. "A ... aku?"

"Ya, Hyeonji. Kami perlu pendapatmu karena kau lah yang paling dirugikan disini." Sang sutradara mengulang.

"PD-nim, sebaiknya jangan menekan Hyeonji dengan tanggung jawab untuk memutuskan ..." Ujar Yeji pelan, berhati-hati untuk tetap netral namun berempati.

Sang sutradara menghela nafas. "Hyeonji tidak merasa tertekan untuk menjawab, bukan begitu, Hyeonji-ah?"

Yeji merasa disudutkan. Ia mengatup bibirnya dan berbisik pelan pada Hyeonji, "Jangan memaksakan dirimu, Hyeonji-ah."

Namun Hyeonji mengangkat wajahnya. Matanya berair dan bibirnya bergetar. Walau begitu, kalimat yang ia katakan cukup bertolak belakang dengan keadaannya sekarang. "Lanjutkan. Lanjutkan syuting, PD-nim. Jangan sampai produksi rugi dan gagal hanya karena ini semata. Aku tak apa."

Dengan begitu rapat ditutup dengan hasil absolut bahwa syuting akan terus berlanjut. Dalam manipulasi keadaan, dengan bayang-bayang bahaya yang mengintai di setiap detik penghabisan.



















VarietYou (VU)Where stories live. Discover now