4. The Tragedy

150 20 4
                                    

"Kerja bagus hari ini, semuanya! Silahkan habiskan malam di Roma sampai besok pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kerja bagus hari ini, semuanya! Silahkan habiskan malam di Roma sampai besok pagi. Jadwal kita akan dimulai besok siang, jadi puas-puaskanlah malam ini. Terima kasih semuanya." Namyul berujar dengan senyum sumringah, ruang sewaan di Hotel Piera seketika dipenuhi sorai kemenangan.

Diantaranya, Yeji mendengar percakapan yang seharusnya tidak ia dengar.

"Yeonjun oppa, bisa temani aku belanja? Oppa tidak ada rencana apapun 'kan sehabis ini?" Bahkan ketika kamera berhenti berputar, Dohyeon tak hentinya mendesak Yeonjun di belakang layar. Bukan lagi gimmick, apalagi akting. Sudah terlalu jelas lebih.

"Ah ... rencana ya ..." Yeonjun menggaruk belakang kepala, celingak-celinguk. Seakan mencari-cari sesuatu, atau seseorang mungkin. Ketika matanya terjatuh pada Yeji, ia segera tersenyum lepas. Ia menunjuk Yeji. "Kau!"

Yeji menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"

"Ya kau." Yeonjun menepuk kilas tangan Dohyeon dan berkata, "Maaf. Yeji sudah mengokupasi waktuku. Lain kali ya, Hyeon."

"Te ... tentu saja, Oppa. Kalian nikmatilah!" Dohyeon membungkuk pamit.

Yeonjun berjalan mantap menuju Yeji yang seketika salah tingkah, mereguk habis-habisan jus tomat yang baru saja ia pesan dari restoran hotel. "Oi. Sepertinya ada yang punya masalah denganku."

"Masalah? Maksudnya?"

"Coba katakan padaku alasanmu memblokir nomorku, hm?" Sembari menyakukan kedua tangan, Yeonjun menunduk demi menyaingi garis mata milik Yeji.

"Ah, tidak kok. Mungkin kau salah sangka." Yeji mencari-cari celah untuk kabur. Dentuman di hatinya terlalu bising untuk diajak tenang. "Sebaiknya aku ke kamar. Duluan!"

Yeonjun mencekalnya. Lagi-lagi. "Aku mau ke luar."

"Dan?"

"Dan harus ditemanimu."

Yeji mengedip-ngedip cepat. Pertanda salah tingkah tingkat kritikal. "Kenapa ... kenapa aku? Tadi 'kan Dohyeon sudah menawarkan diri?"

Yeonjun menyentil kecil dahi Yeji. "Kalau maunya sama kau, bagaimana? Bisa?"

Segera, ujaran tegas manajer mengisi relung otaknya. Nasihat-nasihat untuk menjauhi Yeonjun apa pun alasannya, segera mencabut rasa girangnya dalam sekejap. "Ah, maaf. Kau tahu, ehm, manajerku—tidak, maksudku perusahaanku sebenarnya, ya, kau tahu, kan, aku ... ah. Aduh!" Ia merutuki dirinya yang berubah gagu. Bagaimana tidak? Mata kenari yang berbinar-binar itu menatapinya tanpa henti, begitu dekat, begitu lekat!

VarietYou (VU)Where stories live. Discover now