12. The Sudden Crash

93 18 1
                                    

Semenjak perembukan tak disangka-sangka dengan sang sutradara, Yeji jadi sering termenung penuh pikiran perihal permintaan kolot sutradara yang ia rasa tak berdasar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Semenjak perembukan tak disangka-sangka dengan sang sutradara, Yeji jadi sering termenung penuh pikiran perihal permintaan kolot sutradara yang ia rasa tak berdasar. Menjauhi Yeonjun? Yang senyumnya selalu terbit kala malam menghampiri? Yang jika tertawa, bisa mencuri hati penyaksinya? Yang benar saja. Yeji tersadar dirinya melamun ketika klakson nyaring dari mobil di seberang jalan, berbunyi berkali-kali. Tin! Tinnn!

"Ck. Berbahaya sekali, sih!" Van mengelak tajam, buat sekujur isinya bergeser paksa terlalu ke kanan. Bongseok berdecak sendiri kala hampir saja mereka mengalami kecelakaan akibat teledor pengemudi lawan arus. Malam telah tiba. Syuting terakhir di Norwegia sudah hampir rampung dan mereka tengah berkendara menuju bandara. Yeji mengelus dada memperingatkan, "Bongseok, sabarlah. Kelihatannya kau sudah mengantuk? Mau kugantikan?"

Kuap besar Bongseok jadi jawaban. Alhasil, Yeji menawarkan diri untuk mengemudi menggantikan Bongseok yang belum rehat sejak awal perjalanan. Dengkuran kasar terdengar dari van bagian belakang, Jessi dan Kenta pamit lelap duluan. Yeji pun mengambil alih kendali van, mebiarkan Bongseok menutup mata sebentar.

Tak lama, Bongseok ikut meramaikan paduan dengkur yang bagai sahut menyahut. Yeji berkendara dengan pikiran kalut. Ia pun tak yakin harus dibawa kemana hatinya pergi. Kembali ke sang empunya dan membiarkan dunia mengacak atau digenggam erat-erat sampai ia pecah tak bersisa? Kejadian di masa lalu terus membayang-bayang. Mengapa harus ia kembali didekatkan dengan pria yang ia wanti-wanti untuk jauhi? Dan mengapa pula, kakinya terus terjerat untuk pergi?

Yeji menghela nafas.

TIN!!

"Ya Tuhan!" Yeji membanting setir cepat sebagai upaya pencegahan tabrak. Aksinya justru membuat naas, sebab van berakhir menerjang mobil warga setempat tepat di hadapan. Benturan tersebut tak begitu terasa bagi tubuh van Yeji, kendati begitu, ia dapat lihat jelas kerusakan yang diperbuat. Rontoknya plat mobil di depan serta penyok kentara. Yeji memukul kemudi sebelum beranjak keluar untuk menangani masalah. Syukurlah, semuanya pulas tertidur bagai disihir untuk tak bangun.

Yeji harus menghadapinya sendiri. Pemilik mobil Rover putih model 2026 itu, sudah menunggu Yeji turun dengan muka masam luar biasa. Bahasa yang tak begitu Yeji pahami, menjurus keluar bagai rap cepat. Yang Yeji tangkap dari aksen asingnya adalah bahwa ia sangat marah.

"I'm ... sorry? I'm really really sorry. I ... I change! Yes, let me change the ..." Yeji mencoba mengingat-ngingat frase untuk kata 'kerugian'. Namun sang pria kian mengamuk dan mulai menunjuk-nunjuk dahi Yeji bagai memarahi anak kecil. Pria bertubuh gemuk di hadapan, memerah dan berteriak-teriak. "No! No! You have to come with me to the police station! You're driving behavior is dangerous for the road, Miss! You've got to compensate!"

(Maafkan aku? Aku benar-benar minta maaf. Aku ... aku berubah! Ya, biarkan aku merubah ... / Tidak! Tidak! Kau harus ikut aku ke pos polisi! Cara berkendaramu itu sangat berbahaya, Nona! Kau harus mengkompensasi!)

VarietYou (VU)Where stories live. Discover now