10. Accusations

113 16 2
                                    

"Cut!" Seru sang sutradara dari bawah payung tempatnya berteduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cut!" Seru sang sutradara dari bawah payung tempatnya berteduh. Langit menggores gurat-gurat abu dan melukis rintik-rintik sendu ketika dua pertiga syuting episode empat selesai dilakukan. "Istirahat dua jam lalu kita lanjut setelah makan malam."

Menerjang gerimis yang pemalu, Yeji berlari kemana sang sutradara berada. Sedari kejadian tadi malam suntuk, banyak hal yang menganggu kelancaran akal, serta perasaannya. "PD-nim!" Yeji mengekori sutradara yang berjalan bebek cepat-cepat, melawan hujan yang terus bertambah jumlah.

"PD-nim. Ada yang perlu kubicarakan denganmu."

Sang sutradara menengok sekilas, cukup untuk kemudian menyimpulkan bahwa omongan Yeji tak perlu ia anggap penting untuk saat ini. "Ah, Yeji-ssi. Sebaiknya kau meneduh. Hujan disini buat sakit." Tuturnya tak acuh, terus berjalan di bawah payung, sedangkan sang lawan bicara tersentuh air langit langsung.

"Tapi ini penting PD-nim. Bisa kupinjam waktumu?"

"Heol. Yeji-ssi. Lihatlah sekeliling. Semua sibuk menyelamatkan diri dari hujan, begitupun diriku." (Astagah)

"Tapi PD-nim, ada hal yang sangat mengangguku!"

"Kalau hal itu tidak membunuhmu, maka itu bisa menunggu."

"PD-nim!" Yeji sampai lelah sendiri. Tak mengerti kenapa sang sutradara begitu tak menggubris urusan gawat yang bisa jadi mencelakakan para gadis di tempat ini.

"Hoi, anak TK." Air hujan berhenti menusuk kulit Yeji dingin. Yeji menengadah untuk menemukan Yeonjun, tengah memayunginya. "Masih zaman hujan-hujanan?"

"Ah, Choi Yeonjun. Kau sudah tidak apa-apa?"

Yeonjun seketika belingsatan. Mukanya kembali memerah. "Ma ... maksudmu? Memangnya aku kenapa??"

"Tadi lututmu lemas?? Lalu kau kena serangan jantung??"

"Itu tadii!"

"Oke ... santai saja, tidak usah memonyongkan bibir begitu." Yeonjun menggapai bibirnya sendiri, tak menyadari miliknya sudah maju beberapa senti.

Mereka pun berjalan beriringan menuju tempat kamping. Sentilan Yeonjun di pipi, menyadarkan Yeji dari tempat pikirannya beradu. "Hoi, alismu kenapa berlapis kerut begitu?"

"Ah, tidak ... hanya saja ..."

"Hanya apa?"

"Hanya saja ada yang janggal dari kamar mandi wanita di belakang hutan."

Yeonjun terdiam. Fokus melekat pada Hwang Yeji yang tengah sibuk memilin kata dari relung otaknya. Menunggu dengan penuh kesabaran.

"Aku melihat sebuah kamera, Yeonjun. Aku tak mungkin salah. Model kamera begitu sudah sering kutemui di banyak lokasi syuting." Yeji membuang nafasnya berat. "Kamera tersembunyi."

VarietYou (VU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang