Bab 34 - Revenge

129 17 6
                                    

Lidia bolos hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lidia bolos hari ini. Ia pergi ke tukang service untuk memperbaiki ipadnya. Lidia menangis sendirian di mall yang sepi. Ini masih pagi menjelang siang, semua orang masih ada di sekolah dan kantor. Dulu Lidia sangat ingin bisa pergi jalan-jalan sendirian tanpa harus di bebani tanggung jawab membantu ibunya. Tapi sekarang ia benar-benar merindukan ibunya sekarang.

Lidia benar-benar lelah dan muak dengan kehidupannya yang sekarang. Lidia berharap kehidupannya akan menjadi lebih baik. Ketika Lidia membuka ponselnya hujatan padanya terus bergulir. Sekarang orang-orang bukan hanya mengolok dirinya tapi juga kakak juga mendiang ibunya. Lidia benar-benar malu dan kesal.

Padahal Lidia berharap bisa memiliki kehidupan yang baik dan tidak di pandang sebelah mata karena ia anak dari Erwin Seymour, statsunya secara hukum juga sudah jelas sekarang. Tapi rasanya orang-orang itu tetap saja membullynya tanpa alasan yang jelas. Bahkan komiknya yang hanya bercerita soal kisah fantasi dan hanya sedikit keromantisan saja ia di bully habis-habisan.

***

Tania datang ke sekolah begitu mendapat kabar dari wali kelas Lidia jika ia bolos dan langsung pergi keluar begitu saja. Tania bingung apa yang menyebabkan putrinya kabur sampai saat ia melewati ruang kelas Lidia ia melihat sebuah bangku kosong yang penuh sampah dan coretan dimana-mana. Ia diam cukup lama memandangi satu-satunya bangku kosong di kelas Lidia itu.

"Itu bangku Lidia?" tanya Tania pada wali kelas yang hendak mengantarnya kedepan.

Walikelas itu langsung tampak gugup dan langsung menundukkan pandangannya.

"Kamu tau Lidia tidak baik-baik saja?" tanya Tania lagi sambil tersenyum menatap teman sekelas Lidia yang kini menatapnya dengan gugup. "Ku lihat ada vidiomu yang sedang memuaskan kepala sekolah, apa aku perlu menunjukkannya pada suamimu?" Tania melangkah kembali.

"T-tidak...kumohon jangan!" wali kelas itu langsung bersujut memohon di kaki Tania. Tania terus melangkah mengabaikannya.

Wali kelas itu kembali bangun untuk mengejar Tania.

"Sebelum pulang sekolah, beri tau aku siapa yang merundung Lidiaku," ucap Tania tegas lalu masuk kedalam mobilnya dan mencari Lidia dengan pelacak di ponselnya.

Tania sedikit ragu mencari Lidia sendirian. Ia masih takut jika Lidia akan mengamuk padanya lagi tapi Anna dan Boni sedang sibuk. Sementra Suaminya juga sedang ke kantor. Tania menghela nafas beberapa kali sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi mencari Lidia.

Tania pergi ke mall, mengikuti arahan dari GPSnya yang selalu terhubung dengan kedua putrinya. Ia melihat Lidia duduk sambil menangis di dalam ruang karaoke kecil di dalam tembat bermain. Ia duduk didalam ruang kecil kedap suara, tempat karaoke kecil dengan kartu.

Lidia menangis sendirian, bajunya koyak, ia juga menggunakan sandal sementara sepatunya terlihat basah dan kotor di penuhi tinta. Samar Tania juga melihat pipi dan mata Lidia yang memar. Ia merasa gagal menjadi ibu. Tania menyesal tak cukup bekerja keras untuk mendekati Lidia hingga ia harus menahan segala bullyan sendiri.

BIANNAWhere stories live. Discover now