Bab 30 - Move On

173 14 1
                                    

Anna hanya mengalami dislokasi bahu ringan, meskipun ia tetap perlu menjalani rawat inap semalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anna hanya mengalami dislokasi bahu ringan, meskipun ia tetap perlu menjalani rawat inap semalam. Lidia menemaninya bersama Devi, sementara Erwin dan Tania harus pergi dinas keluar negeri selama seminggu kedepan. Boni belum sempat bercerita soal Anna, ia sudah harus segera bertanding.

Boni bertanding dengan penuh emosi. Seluruh kebenciannya pada Bian ia luapkan pada pertandingan hari ini. Ia benar-benar menguasai lapangan dan menjadi bintang. Tapi sayangnya sekeras apapun Boni bertanding, secemerlang apapun ia bersinar, dihati kecilnya ia tetap merasa hanya mengikuti bayangan Bian. Ia hanya mencoba untuk menjadi Bian di era yang sudah berlalu.

Apa yang kulakukan, apa yang membanggakan dari ini semua? Seperti menjadi pemenang di antara para pecundang, batin Boni yang tetap tak merasa bangga. Boni tetap ingin mengalahkan Bian daripada menjadi bintang lapangan seperti sekarang.

Mengalahkan Bian di lapangan, membuatnya di permalukan di depan publik, mempecundanginya. Tapi nyatanya meskipun kini Bian sudah tidak menjadi sorotan dan kembali masuk dalam kehidupannya yang tertutup dan sangat privat, Boni tetap berada di strata sosial yang berbeda. Hanya Anna satu-satunya kemenangan mutlaknya atas Bian.

"Sayang..." panggil Boni yang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Anna.

Anna sudah bangun setelah tangannya mendapat penanganan. Lidia menyuapi Anna tersenyum lega melihat Boni yang datang.

"Aku bawa Mc.D," ucap Boni sambil menunjukkan bawaannya untuk Anna dan Lidia.

Devi menepuk bahu Lidia mengajaknya keluar membiarkan Boni berdua dengan Anna.

"Aku takut..." lirih Anna dengan mata yang berkaca-kaca memandangi Boni.

Boni memeluk Anna dengan hati-hati. "Semua baik-baik saja, aku bakal jagain kamu."

Anna mengangguk lalu Boni menyeka airmata Anna.

"Nginep di rumahku sementara mau?" tawar Boni. "K-kamu bisa tidur di kamar tamu kok," ucap Boni langsung mencabut tawarannya dengan gugup agar ia tak di nilai sama seperti Bian yang posesif.

Anna mengangguk. "Maaf ngerepotin kamu terus," lirih Anna yang benar-benar merasa senang dan sungkan karena terus bergantung pada Boni.

Boni tersenyum sumringah. "Gapapa, kamu ini sungkan mulu. Padahal kita bentar lagi tunangan."

Anna ikut tersenyum mendengar ucapan Boni yang begitu mengerti dirinya. Boni lembut dan penyayang, mungkin efek dari keluarganya yang jauh lebih harmonis daripada Bian. Orang tua Boni juga sangat suportif padanya, beda dengan Bian yang selalu di atur dan di dekte dengan sangat keras.

"Tadi di pertandingan rasanya sepi, gak ada kamu. Rasanya kayak aku di kucilkan." Boni menghela nafas lalu membukakan bungkus makanan yang ia bawakan untuk Anna.

Anna menggenggam tangan Boni. "Maaf ya..."

Boni menatap Anna bingung lalu mengecup bibirnya sekilas. Anna langsung bersemu begitu pula dengan Boni.

BIANNAWhere stories live. Discover now