Bab 17 - Hubungan

962 27 1
                                    

Erwin datang menemui Miranda dengan wajahnya yang memar setelah di hajar Bian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erwin datang menemui Miranda dengan wajahnya yang memar setelah di hajar Bian. Bian dan Anna juga ikut menjenguk Miranda. Bukan tanpa alasan, Bian tak mau citranya menjadi buruk di hadapan Miranda karena sudah memukul Erwin. Tapi sepertinya setelah Bian menjelaskan Miranda tak terlihat marah sama sekali dan memberi respon yang sama seperti Anna.

"Ayah!" pekik Lidia yang berlari ke kamar Miranda lalu memeluk Erwin.

Bian melihat keluarga Anna yang berkumpul dengan penuh kehangatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya perlahan mundur. Bian ikut bahagia untuk Anna. Tapi ia juga merasa sedih teringat keluarganya sendiri yang dingin dan terasa begitu asing. Bian mengambil foto keluarga Anna yang berkumpul lalu membiarkan keluarga Anna berkumpul sementara Bian duduk menunggu di luar.

"Anna anaknya Pak Erwin, bagus. Aku bisa nikah sama dia, sekarang kita sama," gumam Bian senang sembari memandangi foto yang baru ia dapat.

Bian membayangkan jika ia menikah bersama Anna nanti akan bisa sebahagia sekarang. Selalu ada masakan rumahan yang disediakan untuknya, selalu ada sambutan hangat ketika ia pulang, selalu ada tempat untuk bercerita dan bermanja-manja. Bian bahkan sudah membayangkan jika mereka punya anak kelak. Kehidupannya akan semakin komplit.

Bian mendongakkan kepalanya sembari memejamkan mata. Membayangkan ketika ia sudah resmi menjadi suami Anna nanti. Bian tak peduli soal status sosialnya, hanya ia, Anna, dan anak-anaknya. Tinggal di vila memandangi anak-anaknya yang bermain di taman. Makan bersama sembari mendengar Anna yang memarahi anak-anak yang sulit makan sayur sepertinya. Benar-benar mimpi yang indah.

"Bian," panggil Anna lalu duduk di samping Bian.

"Pulang?" tawar Bian.

Anna menggeleng. "Ayah mengajakku bicara, dengan Lidia juga. Sepertinya akan ada pembicaraan serius. Nanti aku akan pulang terlambat, maaf ya," ucap Anna lembut pada Bian.

Bian mengerutkan keningnya. "Aku di usir?" tanya Bian.

Anna menggeleng, ia tak bermaksud mengusir Bian meskipun memang tujuannya begitu. "Bian..."

"Tidak apa-apa, nanti aku akan menjemputmu lagi. Aku masih ada acara," ucap Bian lalu memeluk Anna.

Anna mengangguk lalu mengecup pipi Bian dengan lembut. "Tidak usah terburu-buru, aku akan menunggu disini," ucap Anna sebelum Bian mengecup kening dan bibirnya.

***

Eve menunggu balasan pesan dari Bian. Sudah belasan pesan yang ia kirim tak satupun yang mendapatkan balasan. Eve mulai frustasi di buatnya sampai akhirnya Bian datang menemuinya langsung di rumah keluarga Eve.

Bian sedikit muak dengan pesan yang Eve kirimkan padanya juga telfon yang terus mengganggunya. Biasanya jika Anna bersamanya, Anna akan membacakan tiap pesan yang masuk lalu membalasnya untuk Bian. Anna berperan sangat penting dalam kehidupan Bian.

BIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang