Bab 12 - Kerikil di Jalan

241 18 3
                                    

Lidia yang semula ingin menghubungi ayahnya perlahan mengurungkan niatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lidia yang semula ingin menghubungi ayahnya perlahan mengurungkan niatnya. Ia ingat segala penderitaannya dan kesedihan ibunya selama ini karena keegoisan ayahnya. Lidia dan Anna memang senang mengetahui jika ayahnya mencarinya dan masih menyayangi keluarga kecilnya. Tapi keduanya juga bingung harus bersikap bagaimana sekarang.

"Ini aku ambil uang buat Lidia kalo ada kebutuhan, sama buat Ibu," ucap Bian sembari menyerahkan dua buah amplop coklat pada Anna.

"Makasih Bian," lirih Anna lalu menggenggam tangan Bian.

"Kenapa sedih lagi?" tanya Bian lalu merangkul Anna.

Anna menggeleng pelan lalu kembali tersenyum. "Aku gak tau bisa hidup apa enggak kalo gak ada kamu," ucap Anna lalu mengecup tangan Bian yang ada dalam genggamannya.

Bian tersenyum lalu mengangguk. "Makannya kamu jangan ngeyel sama aku," ucap Bian lalu merangkul Anna sembari mengecup keningnya.

Sebuah kilatan cahaya tiba-tiba menahan Bian yang hendak masuk kedalam kamar inap Miranda. Anna masuk duluan sementara Bian pergi mencari arah kliatan cahaya yang ia lihat sebelumnya. Namun karena enggan terlalu lama diluar mencari sesuatu yang belum pasti, Bian langsung masuk kedalam kamar.

"Sayang makan," tawar Anna yang menyiapkan makan untuk Lidia.

"Disuapin," pinta Bian terang-terangan menunjukkan kemanjaannya pada Anna.

Miranda dan Lidia tertawa menengar permintaan Bian. Bian tersipu lalu memalingkan wajahnya.

"Bian emang gitu, lagi gak mood makan," ucap Anna lembut lalu mengambil sedikit lebih banyak lauk untuk menyuapi Bian.

"A-aku makan sendiri aja," ucap Bian yang sudah terlanjur dimakan gengsi.

Anna tersenyum senang mendengar ucapan Bian lalu ia mengambil makan untuk dirinya sendiri. Semua makan dengan lahap. Masakan buatan Anna memang enak dan jauh lebih enak jika di bandingkan dengan makanan rumah sakit. Lidia juga tambah dua kali, sementara Bian terlihat tidak semangat. Bian suka di suapi sembari sesekali minta di cium atau memeluk Anna saat makan.

Sadar Bian tidak semangat makan Anna langsung mengambil piring dan sendoknya lalu menyuapi Bian tanpa di minta.

"Ibu, ini bukan Bian ya yang minta di suapin. Anna yang pengen suapin Bian!" ucap Bian mencari pembenaran terlebih dahulu sebelum di tertawakan lagi.

Anna hanya tersenyum sambil mengangguk. "Iya, aku yang suka nyuapin Bian," ucap Anna lembut lalu mengambilkan keripik kentang untuk Bian.

Bian makan lebih lahap dari sebelumnya meskupun sesekali komplain tidak cocok dengan sayurannya dan Anna akan selalu memelototinya.

"Ibu! Anna matanya mau keluar nih!" adu Bian tiap kali Anna hendak memarahinya.

"Bian ih dikit-dikit ngadu," protes Anna.

"Biarin, orang Ibu sekarang jadi Ibuku kok," saut Bian sembari membuka mulut menerima suapan dari Anna.

***

Melania cukup kesal melihat Bian yang ada di rumah sakit bersama Anna. Namun jika ia marah dan melarang Bian sekarang ia belum siap menghadapi reaksi Bian lagi dan membuat hubungannya semakin jauh. Melania juga tak mau mengambil resiko terlebih dahulu.

"Sepertinya Swis cukup baik untuk Bian," ucap Melania sembari memberi isyarat pada sekertarisnya untuk menyiapkan kampus terbaik di Swis untuk Bian.

Melania memandangi Anna dan Bian yang masih bersama setelah pesta keluarga Jager merasa sedikit kecewa. Melania menganggap Anna tak lebih dari kerikil dan rumput kering yang menghalangi langkah putranya. Melania ingin menyingkirkan Anna tanpa melukai Bian.

"Apa kita punya kesempatan bertemu dengannya?" tanya Melania.

"Sepertinya sulit Nyonya, Tuan Muda tinggal bersamanya dan hampir menghabiskan seluruh waktunya bersama Anna."

Melania berdecak kesal, meskipun ia juga melihat banyak perubahan positif pada diri Bian setelah ia mengenal Anna. Melania tetap tidak menyukai Anna yang dari kelas bawah dan jauh tak setara dengan Bian.

"Apa sesulit itu menemuinya?" tanya Melania tak yakin jika Bian benar-benar bersama Anna selama 24 jam.

"Benar Nyonya, Tuan Muda selalu mengawasinya termasuk di sekolah. Kemarin Anna juga di paksa pindah ke apartemen Tuan Muda."

Melania mengangguk, ia akan menyusun rencananya sendiri.

***

Anna kembali ke apartemen Bian setelah yakin ibunya akan di tangani dengan baik oleh tenaga medis di RS dan Lidia yang bisa tinggal di asrama. Keluarganya benar-benar aman terkendali ketika Bian ikut campur membantunya. Anna jadi senang, meskipun sebagai gantinya ia harus menjadi tahanan untuk Bian.

"Sayang, nanti aku mau ketemu Eve. Ada acara amal di keluarganya," ucap Bian pada Anna sembari ikut tiduran di samping Anna.

Anna mengangguk sambil tersenyum memberi ijin.

"Nanti kalo ada kesempatan aku pengen kenalin kamu sama Eve," ucap Bian lembut sembari mengelus pipi Anna.

Anna kembali mengangguk lalu mengecup bibir Bian. "Aku sayang banget sama kamu," bisik Anna lalu mengecup kening Bian.

Bian tersipu mendengar ucapan Anna dan kecupan-kecupan singkatnya juga. Sudah lama Bian tidak mendengar kata-kata itu belakangan ini. Ia jadi banyak diam dan banyak berpikir belakangan ini. Mungkin Anna sering mengatakan jika ia menyayangi Bian, tapi Bian mungkin tak menyadarinya.

"Aku gak pengen ketempat Eve, aku pengen sama kamu aja kalo kayak gini."

Anna tertawa kecil mendengar ucapan Bian. Bian begitu manja padanya. "Babyku harus tetep berangkat, kan udah janji," ucap Anna sembari memeluk Bian.

Bian langsung menyandarkan kepalanya di dada Anna dengan manja.

"Kamu suka di panggil baby?" tanya Anna yang langsung di angguki Bian. "Mau jadi babyku?" tanya Anna yang kembali di angguki Bian.

"Biasanya kan juga gitu," jawab Bian lalu menciumi dada Anna yang sintal. "Padahal biasanya juga kamu nenenin," ucap Bian yang membuat Anna tersipu.

"Kamu manja banget, tapi kalo di sekolah galak," ucap Anna yang membiarkan Bian melepaskan dasternya lalu melepas branya.

"Kan jaga wibawa, biar aku keliatan keren, cool," jawab Bian lalu mengecup bibir Anna.

Anna mengerutkan keningnya. "Tapi aku di omelin mulu, takut," ucap Anna sembari menutupi payudaranya dengan tangan.

Bian langsung cemberut. "Naaa!" rengek Bian.

"Janji gak marah-marah lagi!" ucap Anna yang menyempatkan diri untuk tawar menawar dengan Bian.

"Iya, janji gak marah!" ucap Bian sembari menyingkirkan tngan Anna dan langsung melahap payudara Anna.

"Amhhh..." 

" 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BIANNAWhere stories live. Discover now