chapter 43

2.3K 49 0
                                    















"Beneran boleh nih?" tanya Satya menatap wajah Salsa.

"Hm,"

"Marah?"

"Pake nanya lagi!"

"Ini kerjaan penting jadi enggak bisa ditugaskan ke yang lain," jelas Satya.

"Kan aku udah bilang boleh, enggak apa-apa," jawab Salsa seadanya.

"Tapi kamu kayak marah gitu sih," Satya menatap Salsa.

"Ya aku marah dong udah pasti, kamu enggak bisa datang keacara penting kayak gitu. Tapi aku juga enggak mungkin egois dan larang kamu melaksanakan kewajiban kamu tau," Salsa tampak menatap Satya sambil sesekali mendengus.

"Pacar siapa sih ini," goda Satya mengacak rambut Salsa yang mulai panjang.

"Jangan diacak, aku kan mau jadi calon istri yang pengertian," sombong Salsa.

Satya terkekeh "jadi enggak sabar mau kawin sama kamu,

Salsa melotot "nikah!"

Satya tertawa terbahak bahak "typo dikit enggak ngaruh sayang,"

Salsa mengulum senyum "ih kok latah banget manggil sayang sekarang,"

"Emang enggak boleh?" tanya Satya menaikkan sebelah alisnya menggoda.

"Boleh dong, tapi jangan panggil yang lain sayang selain aku!" perintah Salsa.

"Iya iya,"

Salsa bersandar didada bidang milik Satya, "sayang banget kamu enggak bisa datang," lirihnya.

"Selamat ya sayang, udah lulus!" hibur Satya.

Salsa tersenyum "makasih, btw hadiahnya mana?"

"Masa enggak lihat?" tanya Satya membuat Salsa menautkan alisnya bingung.

"Hah emang ada? Mana???" Salsa memberikan jarak pada Satya lalu mengedarkan pandangannya mencari cari sesuatu hal yang kiranya adalah hadiah.

Melihat reaksi Salsa, Satya menahan dirinya untuk tertawa "mana?" tuntut Salsa kembali menatap Satya saat tak menemukan hal yang berpotensi sebagai hadiahnya.

"Ini didepan kamu, aku hadiahnya," jawab Satya membuat Salsa yang awalnya antusias langsung menghadiahkan pukulan bertubi-tubi.

"Nyebelin tau? Kamu kok main main sih! dasar PHP aku kira beneran ada loh itu hadiah yang kamu siapin," gerutu Salsa kemudian berhenti memukul Satya.

"Ngambek?" tanya Satya melihat Salsa yang tampak merenggut, dan tak menanggapi perkataan Satya.

"Maaf, aku cuma bercanda tapi kamu malah antusias gitu. Masa kita marahan sih? Padahal aku besok berangkat ke Singapura," ujar Satya dengan nada sedih.

Salsa kemudian menghela "malah diingatin, ishh nyebelin tau! Kamu beneran enggak bisa balik sebelum hari wisuda aku?" tanya Salsa sudah tak marah.

Satya hanya tersenyum tipis "maaf ya,"

Salsa yang mengerti akhirnya menyudahi pembicaraan itu dan membahas tentang pakaian apa yang akan dirinya pakai diwisuda.

.

.

.




"Selamat ya!!!! Gue bangga banget sama lo, lulusan terbaik dengan gelar cumlaude!" Salsa memeluk sahabatnya keduanya baru saja menyelesaikan wisudanya dan sekarang sedang berkumpul untuk sekedar berfoto-foto.

PAK DOSEN BUCIN (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora