2510 🧡 Pindah

22.8K 3.2K 1K
                                    

| Aji
Bang, hari ini pulang ke asrama atau rumah
Oma?

| Reihan
Rumah Oma. Kita bersih-bersih abis itu
malemnya nyicil mindahin barang kita, kalo
bisa selesai malah langsung bisa pindah

| Haikal
Catnya beli warna apa?

| Marka
Pokoknya yang kalem aja deh Kal

| Haikal
Masalahnya ngebedain warna yang kalem
sama yang barbar itu gimana? Kan catnya
masih segel, mana bisa gue ngecek isinya

| Marka
Maksudnya warna yang nggak nyolok mata Kal

| Reihan
Beli aja warna yang bagus buat tembok ruang
tamu. Terserah warna apa.

| Haikal
Oke

"Catnya warna putih aja deh, Pak," kata Haikal pada pemilik toko bangunan.

Aji dibuat menggeleng tak habis pikir. "Apa gunanya lo nanya di grup kalo ujungnya beli putih, Bang?"

"Basa-basi aja sih," jawab Haikal kelewat santai. Setelah mendapat cat dan kuasnya, Haikal mengarahkan Aji untuk melaju ke apartemen sepupunya.

"Apa gak ganggu, Bang? Jam segini ke tempat orang," celetuk Aji saat mereka sudah tiba di depan pintu apartemen.

"Halah, Bang Albi gak akan pernah terganggu kalo ama gue," kata Haikal bersamaan dengan pintu yang terbuka dari dalam. Albi muncul dengan pakaian santainya. "Ya, kan, Bang?" lanjut Haikal.

"Iya apa?" tanya Albi.

"Lupain aja. Ayang gue mana, Bang? Gue masuk, ya, assalamu'alaikum," kata Haikal melewati si pemilik dengan santai.

Albi menjawab sembari menggiring Aji masuk lalu menutup pintunya. "Wa'alaikumsalam. Kalo nyari wayang nggak ada di sini."

"Ayang, Bang. Mbak Nai."

"Dia kerja, pulangnya masih nanti jam 5," jawab Albi. Ketiganya kini duduk di ruang tamu.

"Sayang banget, padahal kangen berat nih gue," ungkap Haikal.

"Bang, mending lo berenti daripada di tabok sendal ama Bang Albi," celetuk Aji.

"Nah, betul tuh. Aji aja ngerti," timpal Albi. "Gue basic-nya sabar tapi kalo ketemu lo rasanya pengen marah, Kal."

Haikal cengengesan. "Jangan dong. Orang baik gak boleh marah-marah. Inget prinsip keluarga kita, Bang. 'Harus jadi orang yang berhati luas dan rendah hati.'."

Albi berdecih kemudian bangkit, ia dengan tenang masuk ke dalam ruang kerjanya untuk mengambil beberapa buku yang masih baru. Kemudian ia meletakkannya di atas meja.

"Banyak bener, Bang. Lo nggak nyuruh gue ngejualin itu, kan?" tanya Haikal. Matanya membulat melihat setumpuk buku yang Albi suguhkan.

"Itu buat kalian di asrama. 1 buku buat 1 orang."

"Wah, gue juga dapet nih berarti," sahut Aji.

Albi mengangguk.

"Keren~" ucap Aji dengan wajah sumringah.

"Gue foto dulu, Ah. Mau pamer ke Ghea." Dengan cepat Haikal mengeluarkan ponselnya.

Namun, semangatnya langsung hilang saat Albi bersuara. "Ghea udah dapet juga."

"Males udah. Males gue punya sodara terlalu adil begini," keluh Haikal.

"Kan, emang harus adil, Kal."

SAPTA HARSA {TERBIT} ✓Where stories live. Discover now