1509 💚 Suatu Pagi di Asrama

28.3K 4.1K 2.2K
                                    

Di pagi yang cerah itu, suasana di asrama begitu hidup. Arga, Cakra, dan Aji duduk bersama di meja makan, menikmati nasi goreng lezat buatan Arga. Di samping mereka, Reihan sibuk meracik teh lemon dengan hati-hati, tampaknya ia lebih memilih minuman daripada sarapan.

Di waktu yang sama, di ruang tengah ada pemandangan yang menggelitik tawa. Jendral, dengan muka bantalnya, tengah terdiam di ruang tengah sambil menatap layar TV yang menyala. Sesekali terdengar suara menguap, rambut berantakannya semakin menambah kesan kocak. Kostum pemuda itu juga masih sama dengan semalam.

Sementara itu, Haikal dan Marka sepertinya masih asyik dengan pagi mereka di dalam kamar. Cakra memberi tahu bahwa Marka sedang bersiap untuk pergi ke kampus, sedangkan Arga mengungkapkan bahwa Haikal masih tertidur pulas di tempat tidur Arga. Meski jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Haikal tampaknya masih belum tergoyahkan oleh cahaya pagi yang memasuki kamar mereka.

"Jen, lo pulang jam berapa dari tongkrongan?" Arga bersuara.

Sembari menguap dan suara yang hampir tak terdengar, Jendral menjawab. "Jam 3-an tadi kayaknya."

"Good morning," ucap Haikal dengan suara seraknya. Semua member praktis menoleh padanya dan membalasnya dengan ucapan yang sama.

Haikal keluar dari kamarnya, masih lengkap mengenakan sarung, rambutnya acak-acakan dan matanya setengah terpejam saat ia memeriksa keadaan di luar kamar.

"Sarapan, Kal?" tanya Reihan menawari.

"Kalian bikin apa?"

"Nasi goreng," jawab Arga.

"Hng?"

"Nasi goreng, mau nggak?"

Haikal menggeleng, wangi nasi goreng pagi itu agaknya tak mempengaruhi minatnya untuk sarapan, Haikal lebih tertarik mendekati sofa tempat Jendral berbaring. Dengan tiba-tiba, Haikal menimpa tubuh Jendral dan memeluknya tanpa ragu.

"Kenapa mata gue lengket banget," rengeknya dengan suaranya yang serak.

Dia memejamkan mata lagi, dan Jendral hanya diam, hanya meringis sedikit kesakitan akibat tekanan Haikal yang tidak terduga.

"Kalian berdua nggak ada kelas pagi?" tanya Arga pada dua orang di ruang tengah.

Jendral dan Haikal kompak menjawab dengan suara yang kecil. "Enggak."

"Udah, Na, biarin aja kalo gitu," kata Reihan. Arga lantas mengangguk dan melanjutkan sarapan paginya.

"Kalian tau nggak sih? Gue-- eh?" Cakra spontan berhenti.

"Kenapa berenti?" tanya Aji yang terlihat sibuk mengaduk-aduk sisa nasi goreng di piringnya.

"Kalian denger nggak sih?" tanya Cakra.

"Apa?" tanya Reihan.

"Ada hantu?" celetuk Aji.

"Mending lo diem," tegur Reihan.

"Kal, lo nangis?" tanya Arga yang langsung menoleh ke ruang tengah.

"Huh? Kok gue? Gue nangisin apaan coba pagi-pagi begini, Na?" beo Haikal. Ia dan Jendral juga kompak bangun.

Tatapan cemas dan penasaran terpancar dari mata para member saat mereka berusaha mencari tahu asal suara isak tangis yang terus memecah kesunyian pagi. Haikal, yang sebelumnya tampak santai dengan mata terpejam, tiba-tiba merasakan ketegangan dalam udara dan membuka matanya. Dia dengan hati-hati mendengarkan suara isak tangis, alisnya berkerut dengan keprihatinan. Para member bergerak menuju sumber suara perlahan, ekspresi penasaran tergambar jelas di wajah-wajah mereka.

SAPTA HARSA {TERBIT} ✓Where stories live. Discover now